Sepak terjang Prabowo Subianto di satuan Kopassus sangatlah menarik untuk diceritakan, bagaimana Kopassus ikut terlibat dalam membantu membenamkan rezim brutal komunis Kmer Merah dan menangkap Pol Pot Pelaku Kejahatan Manusia di Negara Kamboja.
April 1975, suasana Phnom Penh memanas karena terjadi perang memperebutkan kekuasaan Negara Demokratik Kamboja antara pihak Pol Pot yang beraliansi dengan partai - partai komunis lain dengan pendukung Sihanouk. Setahun kemudian, kubu Sihanouk kalah dan Pol Pot diangkat sebagai Perdana Menteri Kamboja, setelah ia terpilih lagi menjadi sekretaris partai.
Pol Pot akhirnya harus menghabisi kawan sendiri demi kestabilan posisinya. Selain kejam pada kawan sendiri, Pol Pot juga menunjukkan kediktatorannya sebagai pemimpin dengan memerintahkan rakyat untuk pindah ke perkotaan dan bekerja. Perintah Pol Pot ini menyebabkan terjadinya ledakan penduduk di ibukota yang dalam waktu singkat populasi disana bertambah sekitar satu juta jiwa. Program kerja paksa membuat rakyat menderita kelaparan, dan parahnya mereka tidak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Lebih dari 3 dasawarsa rakyat Kamboja merasakan kekejaman yang dilakukan seorang anak manusia bernama Pol Pot. Sejarah lalu mencatat bahwa Pol Pot mewakili satu paham yang kemudian mendapat stigamatisasi negative, Komunis. Pol Pot bukan wakil jahat dari rezim yang mengatas namakan paham yang dibuat oleh Karl Marx dan Engels ini. Sebut saja, Stalin, si tangan besi, lalu ada beberapa pemimpin dunia sebelum Pol Pot berkuasa yang mengatas namakan Komunis membantai ribuan bahkan jutaan rakyat tak berdosa di berbagai belahan dunia lainnya. Komunis kemudian menjadi musuh dalam kehidupan sosial, utamanya di negeri ini pasca tragedi sejarah yang penuh dengan misteri, peristiwa 1965.
Diperkirakan 500.000 rakyat kamboja dibantai (1970 – 1975) dan sejuta dibunuh atau mengalami kerja paksa sampai mati oleh rezim komunis Khmer Rouge (1975 – 1979).
Ada sekitar 343 “ladang pembantaian”, seperti Choeung Ek tersebar di seluruh wilayah Kamboja. Tetapi, Choeung Ek adalah “ladang pembantaian” paling terkenal. Pasalnya, sebagian besar korban yang dieksekusi di sana adalah intelektual dari Phnom Penh.
Penjara S-21 atau Tuol Sleng adalah organ rezim Khmer Merah yang paling rahasia. Pada 1962, penjara S-21 merupakan sebuah gedung SMA bernama Ponhea Yat. Tuol Sleng yang berlokasi di sub-distrik Tuol Svay Prey, sebelah selatan Phnom Penh, mencakupi wilayah seluas 600 x 400 meter. Setelah Phnom Penh jatuh ke tangan Pol Pot, sekolah diubah menjadi kamp interogasi dan penyiksaan tahanan yang dituduh sebagai musuh politik.
Demikian pula kisruh antara Pihak Norodom Sihanouk dan Hunsen yang menginginkan sebuah negara berbentuk Republik, Pak Harto dan Mahathir Muhammad pun turun tangan membantu permasalahan Kamboja. Setelah tercapai kesepakatan ditentukan Norodom Sihanouk sebagai Raja dan Hunsen sebagai Perdana Menteri, Tapi masih dirongrong oleh Kmer Merah. Pol Pot masih mengendalikan Kmer Merah dari tempat persembunyiannya.
Munculah Ide dari Pemimpin Kamboja saat itu untuk melawan Komunis Kmer Merah, Pada Tahun 1995 mereka mengirim 1 Kompi (Dua Tahap 1995 dan 1996 Komandan dan Wakilnya) pemuda yang militan ke Indonesia dan Dilatih oleh Kopassus, saat itu Prabowo Subianto berpangkat Kolonel dan menjabat sebagai Danpusdik Passus Batujajar.
Melatih pasukan Khusus Kamboja ini bukanlah hal yang gampang, mereka terbiasa hidup dihutan dan cenderung liar serta suka mengeluh dan cepat putus asa, jika dihadapkan kepada medan berat moril mereka langsung turun, tidak jarang mereka menyerah dan dipulangkan. Jika mereka berjalan, mereka hanya menghafal beberapa kata - kata dalam bahasa Indonesia "Komando Kalau Jalan Naik - Naik Terussss, Kalau turun, Turun terussss, Pelatih Enak Naik Mobil".
Buk..!!! Terdengar suara pukulan tali togel rim menghantam punggung mereka, cara ini dilakukan agar mereka berhenti mengeluh. Bahkan mereka tidak bisa membuang kotoran di lobang WC, para pelatih harus sabar menghadapi mereka, ini adalah Komando yang paling susah disaat Tahap Basic, tapi jika mereka bermain di hutan, mereka sangat Lihai karena mereka terbiasa bergerilya tapi tidak teratur dalam susunan formasi tempur.
Yang unik adalah, diantara mereka tidak ada yang berpangkat Tamtama, minimal Sersan Mayor, Mayor dan Kolonel, padahal pelatih mereka ada yang berpangkat Prajurit Satu, Mengapa..??, karena di negara mereka, Jika pasukan mereka berhasil membunuh Kmer Merah berpangkat lebih tinggi dari mereka maka itu pangkat tersebut langsung menyandang di pundak mereka. Bayangkan Jika mereka membunuh Jenderal, maka dia akan langsung menjadi Jenderal.
Selama 7 bulan mereka dilatih dengan materi hanya 66 %, hampir setiap hari Prabowo Subianto mengontrol mereka dan melaporkan kepada Satuan Atas dan Kerajaan Kamboja tentang perkembangan mereka dan mereka disebut dengan KOMANDO-67 yang menjadi Cikal BakalBatalyon Para-Komando 911. Pasukan itu merupakan bagian dari tentara Kerajaan Kamboja (Royal Cambodian Army). Dari Komando inilah Prabowo Subianto menerapkan sistem pendidikan Manusiawi, Pelajar jika tidak ada kegiatan pelajaran jam 10 malam wajib tidur, Belajar diruang belajar menggunakan Proyektor dan Ruang Makan buka 24 Jam serta ada Ekstra Puding seperti jaman Jenderal Yusuf.
Betapa bahagianya mereka setelah dilantik di Permisan Nusakambangan dan langsung mengenakan Baret Merah dan Loreng Darah Mengalir Kopassus dan menjadi seragam mereka sampai saat ini. setelah konsolidasi mereka kembali ke negaranya Kamboja, dengan tekad didada mereka, akan menjaga negaranya, menghancurkan Kmer Merah dan memburu Pol Pot.
Selama mereka berada di Kamboja, terjadi insiden kontak tembak mereka dengan Pasukan Kmer Merah, mengakibatkan 3 personel mereka gugur, melihat hal itu, Prabowo Subianto pun berangkat ke Kamboja membawa 15 orang Prajurit Parako untuk mendampingi Pasukan Komando 911 Kamboja. Ke 15 orang anggota Kopassus ini melebur di setiap Regu pasukan Kamboja, kemudian regu ini dipecah menjadi unit-unit kecil agar mobilisasi cepat dan evisien dalam bermanuver.
Operasi Sandi Yudha (Intelijen Kopassus) pun berjalan, didapat Informasi akan melintas 200 lebih pasukan Kmer Merah, 2 regu dipersiapkan untuk menghadang mereka serta Kiling Room, 2 regu lagi sebagai penutup untuk menyekat agar mereka tidak bisa meloloskan diri dan mencegah bantuan dari Kmer merah.
Pada siang hari melintaslah pasukan Kmer Merah tapi diantara mereka tidak terdapat Pol Pot, tepat mereka masuk di Killing Room, Door..!!tembakan pertama di sahut oleh ledakan Granat dan Ranjau, ini benar benar penghadangan yang disiapkan, mayat Kmer Merah bergelimpangan tak karuan, beberapa diantara mereka ada yang berusaha meloloskan diri dalam keadaan terluka tapi di hadang oleh Tim Penutup, tinggal beberapa orang saja diantara mereka yang masih hidup itu pun sebagian mereka ada yang terluka.
Prabowo Subianto memerintahkan seluruh mayat diserahkan ke Pemerintah Kamboja, sedang yang masih hidup dilakukan interogasi secara terus menerus, diantara mereka mengaku dimana keberadaan Pol Pot, pasukan pun Konsolidasi dan mulai memburu Pol Pot dan menyergap Pol Pot yang selalu berpindah pindah tempat setelah 3 hari memburu, Pasukan mendapatkan sebuah pemukiman ditengah hutan dan menyergap.
Dunia pun geger tahun 1997 Pol Pot ditangkap oleh Batalyon Komando-911 yang didalamnya ada personel Kopassus, Pol Pot dibawa ke pemerintah Kamboja, Penjahat Kemanusiaan ini hanya dikenakan Tahanan Rumah. Seluruh Personel Kopassus pun di Tarik ke Pnom Pen dan mendapatkan ucapan selamat dari Norodon Sihanouk dan Hunsen dan Prabowo Subianto mendapat sebuah kehormatan dari Kerajaan Kamboja menjadi Warga Negara Istimewa Kamboja.
Jadi, Pak Prabowo Mendapat Kewargaan Kehormatan pertama kali bukan dari Jordania tapi dari Pemerintah Kamboja.
Pada 15 April 1998, Dunia bersyukur Pimpinan Komunis dan Pelaku Kejahatan Kemanusiaan di Kamboja bernama POL POT hilang dari peredaran dunia dan disusul penangkapan tokoh - tokoh Kmer Merah yang lainnya.
Silahkan di share
Sumber : harkal.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar