Setahun
yang lalu, saya masih sangat membenci sosok yang satu ini.
"Anarkis,
arogan, angkuh..." Begitu ku pikir.
Sepak
terjang nya sering membuat saya mengurut dada sambil beristighfar.
Astaghfirullah al adhim...begitulah saya yg awam menyikapi beliau. Bukan tanpa alasan, saya melihat beliau jauh dari nilai nilai Islami, suka kekerasan, dikit dikit beliau bilang "haram" maen razia, dll, dsb, dst. Dan itu bukan pandangan saya saja, namun juga sebagian besar teman teman saya.
Astaghfirullah al adhim...begitulah saya yg awam menyikapi beliau. Bukan tanpa alasan, saya melihat beliau jauh dari nilai nilai Islami, suka kekerasan, dikit dikit beliau bilang "haram" maen razia, dll, dsb, dst. Dan itu bukan pandangan saya saja, namun juga sebagian besar teman teman saya.
Kebencianku
pada beliau makin membuncah, ketika beliau berteriak lantang mengatakan haram
menilih pemimpin non muslim. Dengan retorika nya yg menggebu gebu Gubernur
Muslim untuk Jakarta, membuat rasa ga suka pada beliau makin membuncah. Aku
mulai posting ketidak setujuanku pada nya via medsos. Tak kusangka, seorang
sahabat ku mengomentari postingku.
Dia
bilang,
"Sophie,
kamu harus banyak belajar tentang Islam. Bahwa Islam hanya bisa tegak berdiri
setelah kita bisa menegak kan Amar ma'ruf dan Nahi Mungkar secara bersamaan.
Banyak ulama kita yg terus menganjurkan kita untuk ber Amar Ma'ruf. Tapi
seorangpun dari mereka yg mau meneriakan pada kita untuk ber Nahi Munkar.
Selama kita hanya mau mengurusi Amar Ma'ruf tanpa nahi mungkar, srlama itu pula
Islam akan terus di injak injak."
Aku
membalas komen nya, "Teh, negeri kita ini dalam kondisi yg aman, damai dan
tentram. Amar ma'ruf saja sudah cukup, tak perlu nahi mungkar. Itu mah alasan
para teroris saja Teh..."
Dia
membalas lagi, " Ya Allah, Phie, ternyata kamu juga harus banyak meng
Iqro, membaca dan mengamati. Benarkah negeri ini aman, damai tentram???
Semoga Allah memberi mu hidayah. Aamiin"
Semoga Allah memberi mu hidayah. Aamiin"
Perasaan
saya mulai tidak enak dengan jawaban sahabat tadi. Saya pun bergegas menemui
guru kami, Aa Gym. Saya utarakan pandangan saya pada Aa. Di luar dugaan Aa
menjawab, " Amar ma'ruf Nahi munkar harus tegak bersama. Biarkan Aa bagian
Amar Ma'ruf nya dan Habib Rizik bagian Nahi mungkar nya."
Jawaban
dari sahabat saya dan Aa Gym membuat saya mulai mencari tau siapa Habib Rizik
sebenar nya. Saya mulai mempelajari sepak terjang nya, saya pelajari aksi aksi
nya, saya pelajari biografi nya, saya putar semua ceramah ceramah dan pidato
pidato beliau.
Masha
Allah, tak ada kata kata beliau yg salah, tidak ada sepak terjang dan aksi
beliau yg salah. Semua wajar dan bisa dipertanggung jawabkan.
Hingga
suatu hari, saat saya mudik, Ayahanda tercinta berkata, " Sophia, Islam
jaya diseluruh dunia karena 4 karakter Khulafaur Rasyidin. Abu bakar yg begitu
taat, Umar yg keras dan teguh pendirian, Utsman yg pengusaha dan Ali yg seorang
cendekiawan. Banyak sekali ulama ulama kita dan dunia yg telah mewakili
karakter Abu Bakar, Utsman dan Ali. Tapi hanya sati yg bisa mewakili Umar,
yaitu Habib Rizik. Bisakah kamu bayang kan jika Umar tidak mendapat hidayah
saat itu? Siapa yg membakar semangat kaum muslimin saat itu kala mereka
terpuruk? Siapa yg paling depan.membela Islam saat islam di hina ?
Umar
adalah hadiah dari Allah saat itu, Nabi Muhammad SAW sendiri yg meminta pada
Allah,
"Jadikanlah
Abu Jahal atau Umar sebagai pembela kami..." Dan ternyata Allah memberi
Umar untuk kaum muslimin. Demikian pula Habib Rizik, beliau adalah hadiah dari
Allah untuk umat Islanm Indonesia ...." ayahanda terus bercerita ttg Umar
dan Habib....
Dan
semua itu terbukti....
Ketika
sosok yg dulu sempat saya idolakan tiba tiba berkata menyakitkan umat, Habib
lah yg pertama berteriak membangkitkan harga diri kami.....
sumber : fb https://web.facebook.com/shefora.shefora?fref=ts
Tidak ada komentar:
Posting Komentar