Info-Polhukam -
Perawakannya tak begitu besar, tinggi layaknya seorang tentara dengan
kualifikasi para komando. Namun, dengan perawakannya itu membuat tentara
Amerika Serikat, Lebanon dan Denmark, harus angkat topi serta berdecak kagum
hingga menyebutnya 'Tentara Gila'.
Lalu
siapa prajurit yang membuat nama Indonesia harum tersebut? Ia adalah Sersan
Kepala Pasukan (Serka Pas) Abdullah Lubis, prajurit Batalyon Komando
(Yonko) 462 Paskhas/Pulanggeni, Pekanbaru.
"Iya,
saya disebut tentara Amerika sebagai prajurit crazy, tentara gila," kata
Serka Abdullah Lubis, saat bincang-bincang dengan RIAUONLINE.CO.ID,
Selasa, 18 Oktober 2016, di Markas Yonko 462 Paskhas.
Lubis,
demikian ia dipanggil kawan-kawannya, menceritakan kenapa julukan itu
disematkan ke dirinya. Saat menjadi pasukan perdamaian PBB di
Lebanon, United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL), November
2009-2010, ia bersama timnya ditempatkan di daerah bernama Acid al
Qusairi.
SERSAN
Kepala Pasukan (Pas) Abdullah Lubis, mencatat dan melaporkan truk yang
ditumpangi tentara Denmark masuk jurang kedalaman 100 meteri di Ganduriah,
Lebanon, 2010.
Pasukan
perdamaian PBB asal Indonesia diawali dengan pengiriman Garuda 23A di dalamnya
terdapat anak pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti
Yudhoyono. Lubis tergabung dalam Pasukan Garuda 23D. Di Acid al Qusairi,
sebelum pasukan Garuda masuk, sudah ada pasukan dari negara lainnya.
"Sayangnya,
mereka ini tak menyatu dengan masyarakat sekitar. Ditambah lagi, pasukan
tersebut berasal dari bukan negara berpenduduk mayoritas Islam, seperti
Indonesia," kata penyandang kualifikasi Jump Master ini.
Bagi
Bintara Operasi Yonko 462 Paskhas/Pulanggeni, Pekanbaru ini, berbagai upaya
pendekatan dilakukan. Mulai dari menyerahkan bantuan komputer, buku, mainan
hingga kemasyarakatan lainnya.
"Setelah
empat bulan kita di sana, warga merasa nyaman. Biasanya cuek, apatis, dengan
kedatangan TNI, mereka responsif," kata prajurit pernah dinas di Papua
ini.
Keuntungan
sebagai sesama muslim inilah kemudian memudahkan tugas-tugas Pasukan Garuda di
Lebanon. Termasuk saat menyelamatkan dan evakuasi dua prajurit tentara Denmark
yang masuk ke dalam jurang bebatuan kedalaman 100 meter.
Saat itu,
kenang Abdullah Lubis, sebagai Komandan Regu (Danru), diperoleh informasi ada
seorang prajurit UNIFIL dari Denmark mengalami kecelakaan masuk jurang di
daerah Ganduriah. Setelah lakukan koordinasi dengan markas, ia dan regunya
diperintahkan untuk lakukan evakuasi.
Setibanya
di lokasi, sudah ada pasukan Amerika Serikat, Lebanon dan negara lainnya.
"Mereka hanya melihat-lihat saja dari atas ke jurang. Sedangkan tentara
Denmark satu tersangkut di kedalaman 50 meter, satu lagi di 100 meter,"
kata Abdullah Lubis.
SERSAN
Kepala Pasukan (Pas) Abdullah Lubis, prajurit Batalyon Komando (Yonko) 462
Paskhas/Pulanggeni, Pekanbaru.
Usai
mempelajari jurang dan kedalaman, bersama seorang marinir Indonesia, Abdullah
turun tanpa menggunakan tali seutas pun dan alat-alat bantu lainnya.
Perlahan-lahan, batu-batu cadas yang tajam berhasil dilewati dan tiba di
kedalaman 50 meter.
"Saya
lihat dan cek denyut nadinya, sudah tak ada lagi berdenyut. Tentara Denmark ini
sudah meninggal. Saya bungkus dengan pakaiannya, kemudian kirim titik koordinat
ke markas guna evakuasi menggunakan helikopter," kenang pemilik brevet
tembak mahir ini.
Melihat
aksi nekad kedua prajurit TNI itu, membuat nyali tentara Amerika Serikat ciut.
"Anda tentara gila," kata tentara tersebut kepada Abdullah seusai
mengevakuasi dua tentara Denmark dari dasar jurang.
Saat
ditanyakan, kenapa ia nekad turun ke jurang tanpa tali, Abdullah menjelaskan,
ia seorang tentara dengan kualifikasi Combat SAR, atau SAR Tempur. Dengan
kualifikasi tersebut, ia sudah memperhitungkan medan sebelum turun ke
jurang.
TRUK
mengangkut tentara Denmark, hancur usai jatuh ke dalam jurang dengan kedalaman
100 meter, di wilayah Ganduriah, Lebanon, 2010.
Abdullah
mengatakan, semula ia memperkirakan tentara Denmark yang jatuh tersangkut di
kedalaman 50 meter bakal selamat. Ternyata justru kawannya berada di dasar
jurang.
"Kedua
tentara itu dari kesatuan Zeni. Denmark lebih banyak zeni, mereka yang bangun
bunker dan camp UNIFIL di Lebanon," jelas Abdullah Lubis.
Usai
membungkus tubuh tentara Denmark tersebut dengan pakainnya sendiri, sambil
menunggu helikopter tiba, tenyata sudah didahului ambulance tentara Indonesia.
Akhirnya, paramedis Indonesia turun ke jurang bawa tandu dengan mengikuti
langkah dan jejak Lubis.
Ia
memperkirakan, dengan kondisi truk yang sudah hancur lebur, tentara Denmark di
dasar jurang juga akan bernasib serupa seperti kawannya, tewas. Ternyata,
prediksi itu salah. Saat Lubis dekati, prajurit tersebut masih hidup.
"Saya
hampiri, ternyata masih hidup, kirim koordinat dan infokan masih selamat.
Sebelum bantuan Indonesia datang, dari jalan lain telah datang ambulance dari
Prancis, dengan mengambil jalan memutar dan evakuasi korban selamat. Bangganya,
prajurit Denmark itu hingga kini masih hidup," kenang Abdullah Lubis
dengan tersenyum.
Selang
tiga hari usai penyelamatan dan evakuasi dua prajurit Denmark tersebut,
Abdullah Lubis dan timnya kemudian diberikan penghargaan dalam sebuah upacara
di markas UNIFIL.
"Kami
peroleh penghargaan dari Denmark diserahkan oleh Dankomark, serta Dansatgas
Garuda, Letkol Inf Andi Perdana Kahar," kata Lubis.
Sementara
itu, Komandan Yonko 462 Paskhas/Pulanggeni, Mayor Pas Rully Arifian mengatakan,
tugas apapun bagi prajurit adalah suatu kehormatan dan kebanggaan. Termasuk
tugas tugas operasi perdamaian.
"Tetap
pertahankan prestasi tersebut demi kehormatan bangsa Indonesia di mata dunia.
Saya juga pernah ikut misi tahun 2010-2011 sebagai military observer di Kongo
selama setahun," kata lulusan AAU ini.
Rully
mengakui, hanya prajurit Indonesia saja yang mau bekerja tanpa pamrih. Inilah
menjadi alasan kenapa nama Indonesia untuk pasukan perdamaian PBB tetap
harum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar