Ada
kisah menarik saat Kapolri Jenderal Hoegeng diberhentikan Presiden Soeharto .
Banyak pihak motif politik ada di belakang pencopotan ini.
Sejak
mau dilantik sebagai Kapolri, Hoegeng memang sudah tak cocok dengan Soeharto .
Tahun 1968, Hoegeng menghadap Soeharto . Saat itu Soeharto meminta agar polisi
tak lagi bertugas di medan tempur. Dulu memang Brigade Mobil Polri terjun di
berbagai pertempuran seperti TNI, mulai operasi Trikora di Papua, hingga
Dwikora di Pedalaman Kalimantan.
Apa
jawaban Hoegeng?
“Kalau
begitu angkatan lain juga jangan mencampuri tugas angkatan kepolisian,” kata
Hoegeng tegas. Soeharto terdiam mendengarnya. Demikian ditulis dalam buku
Hoegeng, Oase menyejukkan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa
terbitan Bentang.
Sepak
terjang Hoegeng membuat kroni keluarga Cendana mulai terusik. Apalagi sejumlah
kasus diduga melibatkan orang-orang dekat Soeharto . Puncak perseteruan itu,
Soeharto mencopot Hoegeng sebagai Kapolri tanggal 2 Oktober 1971. Baru tiga
tahun, Hoegeng menjabat. Seharusnya masih ada dua tahun lagi.
Ironinya
dengan alasan penyegaran, justru pengganti Hoegeng, Jenderal M Hasan lebih tua
satu tahun.
Hoegeng
menghadap Soeharto , dia menanyakan kenapa dicopot. Secara tersirat
Soehartoberkata tak ada tempat untuk Hoegeng lagi.
Dengan
tegas Hoegeng menjawab. “Ya sudah. Saya keluar saja,” katanya.
Soeharto
menawari Hoegeng dengan jabatan sebagai duta besar atau diplomat di negara
lain. Sebuah kebiasaan untuk membuang mereka yang kritis terhadap Orde Baru.
Hoegeng menolaknya.
“Saya
tidak bisa jadi diplomat. Diplomat harus bisa minum koktail, saya tidak suka
koktail,” sindir Hoegeng.
Ada
beberapa penyebab kenapa Hoegeng diganti. Salah satunya kasus penyelundupan
mobil yang dilakukan Robby Tjahjadi.
Kasus
itu sangat fenomenal pada akhir periode 1960an sampai awal 1970an. Robby adalah
anak muda yang menyelundupkan ratusan mobil mewah ke Indonesia. Mulai Roll
Royce, Jaguar, Alfa Romeo, BMW, Mercedes Benz dan lain-lain.
Robby
menyuap sejumlah pihak di bea cukai dan kepolisian untuk melanggengkan aksinya.
Diduga ada keterlibatan kroni keluarga Cendana dalam kasus ini.
Selain
itu kasus pemerkosaan seorang penjual telur bernama Sumarijem di Yogyakarta.
Anak seorang pejabat dan seorang anak pahlawan revolusi diduga ikut menjadi
pelakunya.
Proses
di pengadilan berjalan penuh rekayasa. Sumarijem yang menjadi korban malah
menjadi tersangka. Hoegeng bertekad mengusut tuntas kasus ini. Dia siap
menindak tegas para pelakunya walau dibekingi pejabat.
Belakangan
Presiden Soeharto sampai turun tangan menghentikan kasus Sum Kuning. Dalam
pertemuan di istana, Soeharto memerintahkan kasus ini ditangani oleh Team
pemeriksa Pusat Kopkamtib.
Pengamat
kepolisian Bambang Widodo Umar menilai sulit sekali mencari petinggi Polri
sejujur Jenderal Hoegeng. Para polisi jujur sering tidak mendapat tempat di
posisi komando atau posisi strategis.
“Ada
yang jujur, hanya terjebak di tumpukan arsip dan tidak akan terkenal,” kata
Bambang
Maka
walau sulit, semoga saja Kapolri saat ini bisa meneladani Jenderal Hoegeng.
Sumber
: merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar