Kamis, 27 Oktober 2016

Mayor Warto, Mantan Buruh Tani yang Kini Disegani Dunia

Mayor Inf Warto telah banyak mengukir prestasi serta mengangkat nama baik TNI Angkatan Darat dalam berbagai event. Perwira Menengah ini merupakan sosok di balik Sukses Petembak TNI di Kancah Internasional.

Semua ini didapat dengan kerja keras dan kejujuran. Mayor Warto bukan anak pejabat atau jenderal, dia lahir sebagai anak buruh tani yang serba kekurangan.

Masa kecil Warto dihabiskan untuk membantu orang tua demi membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Saat menempuh pendidikan mulai dari SD hingga SLTA, berbagai kendala harus dilaluinya. Biaya sekolah kerap kali tersendat. Bahkan pernah dia mengalami putus sekolah karena ketiadaan biaya.

Namun Warto muda tak mau menyerah. Dia bekerja sebagai buruh tani pada sebuah lahan milik tetangganya sepulang sekolah.

Pada tahun 1982 setamat SLTA, Pria kelahiran 1962 ini mendaftarkan diri di Rindam V/Jayakarta sebagai calon Tamtama TNI AD. Setelah lulus Secata Warto yang menyandang pangkat Prajurit Dua dipercaya untuk mengemban tugas di Batalyon Infanteri 328/Kostrad Cilodong.

"Selama bertugas di Yonif Linud 328/ Kostrad, berbagai kegiatan dijalaninya dengan penuh rasa tanggungjawab. Aktivitas yang rutin dilakukan di luar penugasan adalah latihan atletik, olahraga militer, beladiri, menembak, dan terjun bebas," demikian informasi dari Dinas Penerangan TNI AD.

Di bidang atletik, Warto tergabung dalam pelari jarak menengah dan estafet. Di bidang oramil, seluruh materi oramil dikuasainya. Di bidang beladiri karate, dia penyandang Dan-II (sabuk hitam). Saat itu Warto pernah meraih medali perunggu pada even turnamen antar angkatan di bidang kumite kelas bebas.

Soal menembak, Warto juga penembak jitu berprestasi. Sejak tahun 1985 hingga sekarang dia bersama tim TNI AD berhasil menorehkan tinta emas prestasi di berbagai kejuaraan dalam dan luar negeri. 

Tak cuma itu, di jago terjun payung. Hingga saat ini dia tergabung dalam tim Persatuan Terjun Payung TNI AD (PTPAD).

Karena keberhasilannya saat mengemban tugas operasi di Timor-Timur pada tahun 1988. Warto memperoleh kepercayaan untuk mengikuti pendidikan Secaba tanpa tes. Setelah selama 5 tahun pangkat Bintara disandangnya, kemudian karena prestasinya dia memperoleh kepercayaan dari pimpinan TNI AD untuk mengikuti pendidikan Secapa. Dari 1.350 siswa Secapa, dia berhasil menduduki peringkat 5 besar.

Selama berkarier di militer, beberapa kursus yang pernah diikuti yakni tembak mahir, tembak runduk, terjun bebas, dan instruktur pelatih. Dalam beberapa kursus, dia berhasil menjadi lulusan terbaik. 

Dalam kurun waktu 32 tahun Warto berdinas, waktunya banyak dihabiskan di lapangan. Selama 26 tahun dihabiskan di Batalyon Infanteri 328/Kostrad, selebihnya ia pernah bertugas di Pussenif/Pusdikif, Kodam Jaya, Kodam XVII/Cenderawasih, Dispenad dan saat ini bertugas di sebagai Kepala Staf Kodim 0508/Depok.

Pada tahun 1991 ia dipercaya untuk memperdalam materi terjun bebas di Pert Australia. Sejak tahun 2005 Warto dipercaya pimpinan untuk menyiapkan tim petembak TNI maupun TNI AD.

Kepercayaan yang diberikan pimpinan kepada Warto ternyata tidak salah. Hal itu terbukti pada pelaksanaan lomba tembak BISAM di Brunei Darussalam, sejak tahun 2005 sampai dengan sekarang TNI berhasil menyandang predikat sebagai juara umum. Selain itu untuk lomba tembak AASAM di Australia yang diselenggarakan sejak tahun 2008 hingga sekarang, kontingen TNI AD masih bertahan sebagai peraih predikat juara umum.

Berbekal kemauan yang keras untuk maju Warto tidak saja menjadikan dirinya berprestasi, akan tetapi potensi yang ada padanya sanggup ditularkan kepada para prajurit lainnya sehingga mampu berbicara di kancah nasional bahkan internasional.

Negara-negara maju yang kita kenal sebagai kekuatan adidaya seperti Amerika, Inggris, Perancis, Australia, Jepang Singapura dan negara kawasan Asia Pacifik lainnya, ternyata tidak sanggup menundukkan kemampuan yang dimiliki oleh putra terbaik bangsa.

Apa resep Mayor Warto menggembleng para penembak? 

"Harus mau berkeringat, menguasai materi, menguasai kondisi psikologi para petembak, berani mengambil keputusan, berani menegakkan disiplin petembak, berani membina fisik dan mental petembak, menguasai senjata, menguasai karakteristik munisi, program latihan harus tepat, dan harus memiliki semangat yang tinggi," kata Warto.

Mengenai kehidupan keluarga, Warto memiliki istri bernama Ipa Suarsih, seorang wanita asli Bogor kelahiran 1966. Dia juga sukses membina keluarga. Terbukti dari tiga orang putra didikannya, anak pertama bernama Guntur Bayu Bima Pratama (23) telah berhasil menjadi Dokter.

Putra kedua, Guruh Amba Sadewo (19) kini menjadi catar Akmil, dan si bungsu bernama M. Gandhi Dewantoro kini baru menapak di bangku SMA. Si bungsu, adalah penyandang Dan-I dan memiliki prestasi sebagai penyandang juara nasional karate.

Kunci keberhasilannya satu. Selalu ikhlas dan berserah diri pada Tuhan.


silahkan share jika bermanfaat
Sumber ; merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar