Senin, 27 Maret 2017

Bak KANCIL..! Kegesitan KOPASSUS Ini Mengundang Decak Kagum Tawanan FRETILIN!

Latihan keras yang dijalani calon anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) membuat mereka bergerak dengan luwes di medan pertempuran. Bahkan, gerakan yang tak terduga ini sempat membuat kagum seorang tawanan politik Fretilin dari dalam penjara.

Cerita ini bermula dari penyerbuan Dili, Timor Timur pada 7 Desember 1975 dengan sandi Operasi Seroja. Kopassus yang waktu itu masih bernama Pasukan Komando Sandi Yudha (Kopassandha) bersama Lintas Udara ambil bagian dalam pertempuran tersebut.

Kisah ini ditulis oleh wartawan senior MS Kamah dalam bukunya 'Wartawan Perang: Dari Irian Barat Hingga Timor Timur' terbitan Antara Pustaka Utama cetakan 2009. Tiga dari ratusan anggota Kopassandha/Lintas Udara mendarat di atas penjara Dili usai terjun payung.

Tiga orang tersebut terdiri dari sersan, kopral dan seorang lainnya yang mendarat sekitar 100 meter dari penjara. Masih ada dua orang lainnya yang mendarat persis di pinggir penjara. Kelompok ini dipimpin Kapten Max. 

Ketika masih berada di udara, Max dan pasukannya sudah menghadapi moncong senapan dan desingan peluru dari pasukan Tropas/Fretilin. Namun, kondisi itu tak membuatnya gentar. "Hebat dan cukup mengerikan," ucapnya santai.

Setelah menjejakkan kakinya di atap penjara, Max berusaha turun sembari menghindari tembakan musuh. Dia juga berkali-kali memberikan aba-aba hingga berhasil bergabung bersama anak buahnya dan membentuk kekuatan tempur. 

Meski sudah berupaya melakukan pengepungan total, Tropas yang diperkuat satu peleton tak bisa menghentikan pergerakan Kopassandha. Mereka tidak mampu mengimbangi kegesitan pasukan Max yang bergerak seperti kancil.

Hanya dalam satu jam, Kopassandha berhasil menguasai penjara. Sedangkan seluruh pasukan Tropas terpaksa mundur.

Rupanya, pertempuran sengit itu disaksikan sejumlah tawanan politik Fretilin. Dia adalah Arnaldo Dos Reis Araujo, pimpinan Partai Apodeti yang memberikan kesaksiannya kepada MS Kamah.

Saat masih berada di dalam penjara, dia mendengar suara gemuruh pesawat yang disusul suara tembakan gencar. Saat itu, dia langsung sadar, pasukan Indonesia sudah masuk dan akan merebut Dili dari tangan Fretilin.

"Langsung saya katakan kepada teman-teman bahwa pasukan Indonesia sudah datang," ujarnya.

Dia menceritakan, dalam beberapa menit saja, pasukan Kopassandha yang dipimpin Kapten Max sudah menguasai sebagian besar penjara. Yang membuatnya kagum adalah kecepatan mereka saat menyerbu dan melumpuhkan kekuatan Tropas.

Ketika itu, Araujo mendengar pintu penjara didobrak paksa. Saat itu pula, dia melihat prajurit 'asing' berseragam loreng dan senjata lengkap masuk. Tak lama, terdengar suara tembakan dan orang asing itu pun menghilang dalam sekejap.

"Mereka bergerak cepat sekali," puji salah seorang anak buah Araujo menggambarkan serbuan kilat itu. [tyo]

JOSS..! Jenderal Terkenal dari LAOS Ini Ternyata Pernah Dilatih oleh KOPASSUS!

Inilah Jenderal Kong Le, seorang prajurit tangguh yang memiliki jasa besar terhadap negerinya dari invasi Viet Minh, pasukan komunis Vietnam di bawah kepemimpinan Ho Chi Minh. Dia anggota Angkatan Darat Kerajaan Laos, dan bergabung bersama pasukan payung.

Ketangguhannya dalam menjalani pertempuran membuatnya diberi kepercayaan untuk memimpin Batalion Parasut ke-2. Pasukan yang dipimpinnya ini memiliki pengalaman tempur dengan pasukan Viet Minh dalam rentang tahun 1959 dan 1960.

Kong Le bergabung dengan Angkatan Darat Kerajaan Laos pada pertengahan 1951, tidak lama setelah menyelesaikan pendidikan formalnya. Kemampuan bela diri membuatnya didaftarkan ke dalam Sekolah Kandidat Perwira angkatan ketiga di Dong Hene, Kamboja.

Penugasan pertama diberikan setelah OCS menempatkannya bersama Kapten Ouane Rattikone di Luang Prabang. Kemudian, dia dikirimkan untuk mengikuti pelatihan Ranger Intai di Fort William McKinley, Filipina pada 1957. Sekembalinya dari sana, dia langsung bergabung bersama Batalion Parasut ke-2.

Selain berlatih perang di Filipina, ternyata Kapten Kong ini juga pernah dilatih oleh Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha, kini Kopassus). Hal ini diungkap Luhut Pandjaitan kepada Hendro Subroto dalam bukunya 'Para Komando: Perjalanan Seorang Prajurit' terbitan Kompas.

"Korps Baret Merah mendidik pasukan Republik Kamboja maupun pasukan Pemerintah Laos untuk memperoleh kualifikasi para dan komando. Salah satu siswa komando dari Laos adalah Kapten Kong Le, kemudian hari menjadi seorang jenderal karismatik dalam memimpin Laos."

Setelah mendapatkan mandat untuk memimpin sebuah batalion, Kong Le memimpin sebuah pemberontakan terhadap Raja Laos. Dia dan pasukannya memimpin sebuah pemberontakan pada 10 Agustus 1960 untuk menjatuhkan pemerintahan Laos. Kepada rakyatnya, dia menyebut tindakannya ini untuk memberangus korupsi di tubuh pemerintah dan untuk mengejutkan para perwira AS. Tak hanya itu, dia juga menuding kebijakan AS jadi penyebab kekacauan di Laos.

Namun, aksinya ini dapat diberangus dengan cepat pada 14 Desember 1960, oleh Jenderal Phoumi Nosavan. Kong Le, yang kemudian mengangkat dirinya sebagai Mayor Jenderal, bersama pasukannya melarikan diri hingga ke lokasi strategis bernama Plain of Jars. Di sana dia melakukan perekrutan baru, serta mendirikan Pasukan Bersenjata Neutraliste, dan menyebabkan Laos terlibat dalam perang saudara.

Setelah menjalani pertempuran panjang, kemampuan pasukannya ternyata tak mampu menandingi pasukan Kerajaan Laos. Tak hanya itu, mereka juga menghadapi masuknya sejumlah pasukan Vietnam Utara yang melintasi markas utamanya. Berbagai kekalahan lantas membuatnya melarikan diri dari Laos pada 17 Oktober 1966.

Sepanjang pelariannya, dia pernah bersembunyi di Indonesia, Hong Kong, AS. Dia menghembuskan napas terakhirnya saat berada di Prancis, awal tahun lalu. [tyo]

sumber : merdeka.com

Minggu, 26 Maret 2017

GEGER..! Anggota Pramuka Makan Beralaskan Tanah, Ini Komentar Kwarnas PRAMUKA

Belakangan beredar foto di media sosial yang menunjukkan sekelompok orang berpakaian seragam Pramuka makan nasi dari atas tanah berumput tanpa menggunakan alas.

Foto tersebut tersebar di media sosial dan sampai ke Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault. Adhyaksa mengaku sangat menyesalkan peristiwa yang terjadi di foto itu.

"Saya tegaskan ini bukan bagian dari pendidikan dan pembinaan di Gerakan Pramuka, saya sangat menyayangkan ini," kata Adhyaksa dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (25/3/2017).

Adhyaksa menilai, pembina kegiatan tersebut belum mengikuti atau memenuhi kualifikasi pelatih dan pembina Pramuka. Ia menegaskan bahwa semua kegiatan Pramuka itu mendidik, menggembirakan, menginspirasi serta menyenangkan, menguatkan persaudaraan anak-anak

Dia mengaku sudah berkoordinasi dengan sejumlah petinggi Kwarnas Pramuka terkait kasus ini, yakni Kepala Pusdiklatnas Kwarnas Gerakan Pramuka Suyatno, Wakil Ketua Kwarnas Bidang Pembinaan Anggota Muda Budi Prayitno, serta Wakil Ketua Kwarnas Bidang Pembinaan Anggota Dewasa Susi Yuliati.

"Saya minta agar panitia kegiatan tersebut ditegur dan diberikan pembinaan," ucap Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini.

Adhyaksa mengatakan, kejadian ini harus dijadikan pelajaran berharga, dan tidak boleh terulang kembali. Ia berjanji akan menyelesaikan ini dengan sebaik-baiknya.

"Paling lambat Senin, 27 Maret 2017, masalah ini sudah jelas duduk perkaranya dan selesai. Terima kasih saya haturkan kepada Kakak-kakak Pramuka dan masyarakat atas masukannya untuk kebaikan dan kemajuan Gerakan Pramuka," ucap Adhyaksa.

sumber : kompas.com

Prajurit PASKHAS TNI-AU : Latihan Dopper Merupakan KEBAHAGIAAN Bagi Kami.!

Latihan dopper menggunakan senjata api berisi peluru tajam merupakan aktivitas biasa di kalangan TNI. Bukan maksud memamerkan aksi kekerasan, bukan pula sengaja mengumbar tindakan brutal. Bagi prajurit Paskhas TNI AU, dihujam bertubi-tubi tembakan di samping kiri kanan tubuh justru menyimpan kesan tak terlupakan.

"Dopper itu latihan wajib yang harus diikuti prajurit Paskhas saat masa Pendidikan Komando. Nah, latihan dopper ini merupakan masa-masa kebahagian bagi prajurit Paskhas," ujar Kepala Penerangan (Kapen) Korps Paskhas Letkol Sus Rifaid di Markas Komando (Mako) Paskhas TNI AU, Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/2/2016).

Selama lima bulan mengikuti Pendidikan Komando, sambung Rifaid, prajurit baret jingga dari golongan perwira, bintara dan tamtama, sudah pasti merasakan langsung desingan suara tembakan serta berjumpa peluru tajam di hadapan mata. Latihan dopper berlangsung menjelang akhir pendidikan.

"Memang latihan dooper ini menguji mental. Namun prajurit Paskhas harus bertekad satu langkah ke depan, ngapain harus mundur menjadi prajurit Paskhas gara-gara kegiatan (latihan dopper) sepele ini. Begitulah rasa bahagianya," tutur Rifaid.

Dia menjelaskan, selama ini tidak ada peserta yang mengundurkan diri karena menolak ikut latihan dopper. Kondisi tersebut membuktikan prajurit Korpaskhas memang benar-benar memiliki rasa percaya diri tinggi dan berani.

Rifaid menegaskan, tentu saja latihan dopper berdampak terhadap prajurit sewaktu menghadapi pertempuran sesungguhnya di medan perang. "Musuh boleh tahu apa yang kita miliki, tapi musuh tidak akan pernah tahu apa niat dan keinginan kami," ujarnya.

"Latihan dopper besar sekali manfaatnya. Sebab prajurit Paskhas mentalnya sudah terbentuk dengan mengikuti materi pendidikan berupa latihan dopper ini. Kondisi seperti itulah membuat kami berani dan ksatria," kata Rifaid menambahkan.

Lebih lanjut Rifaid menuturkan, sepanjang latihan dopper di lingkungan Korpaskhas, hingga kini tidak pernah terjadi insiden prajurit terkena tembakan peluru tajam yang dimuntahkan penembak.

"Belum pernah ada sampai sekarang. Buktinya tiap tahunnya tetap ada dopper," ucap Rifaid.

Simak video nya : 

Sumber : detik

Petualangan BRUTAL Mayor Sabarudin. Pejuang yang Berlumuran Darah Temannya Sendiri!

Macan Sidoarjo adalah julukan warga Surabaya dan Sidoarjo pada Mayor Sabarudin selepas pecahnya revolusi nasional 1945. Zainal Sabarudin Nasution,nama lengkapnya, sangat ditakuti karena aksi teror dan berbagai tindakan brutalnya. Aneka kisah kekejamannya banyak dituturkan  orang dengan berbagai versi dan bumbu fantastis, tetapi tidak mengubah fakta, bahwa ia telah membunuh dan bertanggung jawab atas tewasnya sejumlah besar orang yang dituduh mata-mata musuh (Belanda). Fakta ini tidak saja dituturkan oleh pihak lawan dan orang awam, tetapi juga diakui oleh anak buahnya. 

Walaupun komandan mereka mempunyai citra dan reputasi buruk, namun kepemimpinannya dalam ketentaraan tetap dikaguni dan dihormati. Sabarudin, lahir tahun 1922. Bapaknya seorang jaksa. Ibunya menikah lagi setelah menjanda dengan seorang Belanda bernama Knoop. Sabarudin dengan kakak laki-lakinya yang setahun lebih tua, Djalaluddin, tumbuh bersama bapak sambungannya. Setelah lulus MULO (SLTP) ia bekerja sebagai jurutulis di kantor Kabupaten Sidoarjo dan sebagai pemegang buku suatu perkebunan tebu. Cerita kekejaman Sabarudin , dimulai saat ada bekas Chudancho bernama Suryo,  putra Suwongso seorang pegawai menengah di Kantor Residen Surabaya jaman Belanda, ditangkap para pemuda dan diserahkan kepada komandan PTKR (Polisi Tentara Kemananan Rakyat).  

Karena Suryo anak orang terpandang dan pernah ikut jambore ke Belanda serta ada foto bersalaman dengan Ratu Wilhelmina, Suryo dianggap mata-mata dan ditawan oleh pemuda. Tapi akhirnya oleh komandan PTKR, Suryo dibebaskan. Setelah bebas, Suryo yang ternyata juga bekas tentara PETA pada jajaran BKR (Badan Keamanan Rakyat) Jawa Timur pimpinan Mustopo, membantu Suharyo ke gudang senjata dan mengambil mitraliur  berat kaliber 12,7 mm dan mitraliur kaliber 7,7/303 L.E. Tapi dua hari kemudian, Suryo ditangkap Sabarudin (bekas Shodancho) yang juga bekas PETA (anak buah Suryo sendiri). Sabarudin saat itu adalah komandan PTKR daerah Karesidenan Surabaya. Tanpa melalui proses hukum, Suryo dihukum mati dengan tuduhan sebagai mata-mata Belanda. Eksekusinya dilakukan secara terbuka di alun-alun Sidoarjo. Sabarudin sendiri yang mengeksekusi dengan menembak Suryo dengan pistol. Dua anak buahnya yang kemudian memenggal Suryo. Tak seorangpun yang berani menegur aksi Sabarudin yang sewenang-wenang. Saat itu, bila orang mendengar nama Sabarudin,  sudah ngeri duluan.

 Doel Arnowo melukiskan wajah sabarudin amat menakutkan. Terlebih saat marah, maka kebengisan terpancar dari sorot matanya. Konon, nama Jenderal Soedirman dan Letjen Oerip Soemohardjo pun tidak membuat Sabarudin keder! 

Motif Sabarudin mengeksekusi Suryo sebenarnya masalah pribadi. Saat bekerja di kantor  sebagai juru tulis, Suryo adalah atasan Sabarudin. Keduanya bersaing memperebutkan gadis cantik  puteri Bupati Sidoarjo. Suryo lebih beruntung karena berpendidikan OSVIA. Sejak itulah hubungan keduanya mendingin dan jadi dendam kesumat. Saat Jepang menduduki Indonesia, nasib mempertemukan Suryo dan Sabarudin dalam satu batalyon (daidan) PETA, yaitu daidan III Buduran Sidoarjo, pimpinan Mohamad Mangundiprojo. Suryo jadi Chudancho (komandan kompi) dan Sabarudin jadi komandan peleton (Shodancho), namun beda kompi. Seiring perjalanan waktu, dimana saat itu suasana demikian genting  karena terjadi perebutan kekuasaan antara pemuda dan Jepang, nama Sabarudin pun melejit. 

Namun, seiring bergeraknya revolusi, watak dan sikap Sabarudin pun berubah. Sebagai salah satu komandan pasukan di Surabaya, Sabarudin paling sering datang ke Markas BKR Jawa Timur untuk meminta dana perjuangan.  Dan, Mayor Jenderal Mohamad  Mangundiprojo, sebagai bendahara menggantikan Suryo menolak memberi  sebelum Sabarudin dapat mempertanggung jawabkan  uang yang telah diterima sebelumnya. Timbulah pertikaian diantara keduanya. Kemudian Sabarudin menyebar fitnah bahwa Mohamad adalah orang yang korup dan dituduhnya sebagai  mata-mata Belanda. Mohamad mulanya diam saja. Namun, begitu mendengar Bupati Sidoarjo dan Mojoketo juga ditawan Sabarudin, kesabarannya pun habis. Sebagai ketua DPRI (Dewan Pertahanan Rakyat Indonesia), Mohamad membuat surat perintah penangkapan Sabarudin. Itupun tak mempan sehingga Mohamad pun ke MBT (Markas Besar Tentara) di Yogyakarta untuk menyelesaikan masalah. Di MBT (Markas Besar Tentara), Sabarudin yang dikenal memiliki pasukan yang kuat, dengan senjata lengkap dan anggota kompak, mampu mengatasi semuanya.  Bahkan saat Mohamad yang saat itu lapor ke MBT di Jogja, ditangkap dan dianiaya. 

Tanpa sepengetahuan perwira di MBT. Lalu Sabarudin pun membawa Mohamad kembali ke Jawa Timur. Presiden pun sempat mendengar keributan di markas MBT dan menugaskan TKR Divisi VI pimpinan Kolonel Soediro menyelamatkan Mohamad. Soediro memerintahkan Resimen Madiun (pimpinan Letkol Sumantri) dan Resimen Kediri (pimpinan Surachmad) mencegat konvoi Sabarudin. Gagal dicegat di Madiun, akhirnya Sabarudin berhasil dicegat pasukan Surachmad di jembatan Kertosono. Pasukan Surachmad yang melakukan pencegatan itu adalah kompi Polisi Tentara pimpinan Kapten Heri Harsono. 

Akhirnya Mohamad diselamatkan dan Sabarudin dibiarkan kembali ke markasnya di Pacet, Mojokerto. Konon, di Pacet Mojokerto yang jadi markas PTKR Sabarudin, ada tawanan nonik-nonik Belanda yang diinternir oleh Jepang yang dijadikan  harem oleh Sabarudin. Mereka menempati bungalow indah bekas milik Belanda. Sebelum di Pacet, mereka bermarkas di Tretes, Pasuruan. Mengingat kebrutalan Sabarudin, dua hari setelah peristiwa penculikan Mohamad, DPRI mengerahkan pasukan gabungan menyerang markas Sabarudin di Pacet. Pasukan gabungan ini terdiri dari Pasukan Perjuangan Polisi (P3), Pesindo, Hizbullah dan Laskar Minyak. Mohamad Yasin selaku pimpinan P3 mendapat perintah langsung dari Panglima Jenderal Soedirman untuk memimpin penyerangan. 

Sabarudin sempat lolos tapi akhirnya disergap di simpang empat Mojosari, Mojokerto  dan dikirm ke penjara Wirogunan Yogyakarta. Belum sempat disidangkan, terjadi Agresi I Belanda. Sabarudin pun lepas dari penjara. Dalam waktu singkat dia berhasil mengumpulkan ex anak buahnya sampai kira-kira satu kompi dan membentuknya menjadi “Laskar Rencong”. Sabarudin kembali ke Jawa Timur dan memulai petualangannya. Termasuk berteman akrab dengan Tan Malaka. Pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948, memberi peluang bagi Sabarudin untuk merehabilitasi namanya. Kesatuannya diakui sebagai Batalyon 38 dalam Brigade Surachmad. Diapun mendapatkan kembali pangkat Mayornya. Brigade 29 Letnan Dachlan yang merupakan salah satu kekuatan militer PKI (yang memberontak di Madiun) yang frustasi pun dapat dilumpuhkan oleh Sabarudin. 

Prestasi Sabarudin pun dipuji oleh pemerintah dan pimpinan tentara. Namun lagi-lagi terjadi keonaran di tubuh tentara. Tiga perwira TNI di Kediri tewas ditangan pasukan Sabarudin. Puncaknya, Kolonel  Sungkono, sebagai pimpinan tentara di Jawa Timur memerintahkan kesatuan CPM untuk menangkap Sabarudin. Di tangan kesatuan inilah, Sabarudin tamat riwayatnya. Demikian, cuplikan kisah dari buku Petualangan Mayor Sabarudin, Rekam jejak Aksi Brutal Perwira Pejuang 1945-1950 yang ditulis oleh Suparto Brata. Buku ini ditulis tidak untuk mendeskriditkan tokoh tertentu atau mereduksi jasa kepahlawanan prajurit pada masa perjuangan. Namun lebih sebagai upaya pembelajaran bagi generasi muda Indonesia bahwa realitas kejujuran sejarah bangsa tidak selalu bersinar. Bisa saja buram dan berkerak! Judul Buku Petualangan Mayor Sabarudin Rekam Jejak Aksi Brutal Perwira Pejuang 1945-1950 Penulis Suparto Brata Editor Affan Rasyidin Penerbit CV Litera Media Venter (LMC) Surabaya Tebal iii-92 halaman Cetakan Cetakan I,  Nopember 2011

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.teguhhariawan/jejak-aksi-brutal-perwira-pejuang-mayor-sabarudin_55287d11f17e6178548b45c5 

Jumat, 24 Maret 2017

Kisah HEROIK Muhammad Toha, Pemuda 19 Tahun Sang Penyulut Bandung LAUTAN API!

Bandung, 24 Maret 1946. Udara dingin malam itu tak menyurutkan semangat dua orang pemuda Republik untuk menguji nyali mereka: membumihanguskan kota tercinta. Berbekal granat tangan, mereka bermaksud meledakkan 1.100 ton bubuk mesiu di gudang persenjataan milik Jepang di daerah Dayeuh Kolot, Bandung selatan. Dua pemuda itulah yang kemudian diabadikan sejarah dengan nama Muhamad Toha dan Muhamad Ramdan.

Pada hari itu Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) telah memutuskan Kota Bandung akan dibumihanguskan supaya tentara sekutu tidak bisa memanfaatkan fasilitas kota yang ditinggalkan warga dan tentara Republik. Keputusan musyawarah tersebut diumumkan oleh Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Panglima Divisi III/ Priangan. Beliau juga meminta sekitar 200 ribu warga Bandung ketika itu untuk meninggalkan kota. Mohamad Toha dan Mohamad Ramdan diutus untuk melaksanakan tugas heroik itu.

Sebelumnya pada 21 November 1945, tentara sekutu menyampaikan ultimatum pertama agar Bandung utara dikosongkan oleh Indonesia selambat-lambatnya pada 29 November 1945.

Ancaman itu membuat pejuang Republik geram. Sejak itu sering terjadi insiden baku tembak antara pasukan sekutu dan pejuang Republik. Karena kalah persenjataan, tentara republik akhirnya tidak berhasil mempertahankan Bandung utara. Hingga pada 23 Maret 1946, dua hari sebelum peristiwa Bandung Lautan Api, tentara sekutu menyampaikan ultimatum kedua dengan menuntut Tentara Republik Indonesia (TRI) mengosongkan Bandung selatan.

Pada saat itu Menteri Keamanan Rakyat Amir Sjarifuddin mendatangi Bandung dan memerintahkan TRI untuk mengosongkan kota. Meski dengan berat hati perintah itu dipatuhi. Namun sebelum meninggalkan Bandung, TRI melancarkan serangan ke pos-pos tentara sekutu.

Di tengah pertempuran hebat pejuang Republik melawan tentara sekutu itulah sosok pemuda 19 tahun, Mohammad Toha dan teman seperjuangannya Mohammad Ramdan berhasil menjalankan misi meledakkan gudang mesiu sehingga menjadikan kota Bandung diselimuti api berkobar. Peristiwa itu disebut Bandung Lautan Api. Keduanya rela mengorbankan nyawa ikut gugur dalam ledakan dahsyat itu.

Seperti apakah sosok Muhammad Toha?

Dilahirkan di Jalan Banceuy, Kota Bandung, pada 1927, Toha tumbuh menjadi anak yatim karena ayahnya, Suganda meninggal dunia. Ibunya, Nariah, kemudian menikah lagi dengan Sugandi, adik ayah Toha. Namun pernikahan itu berakhir cerai. Toha akhirnya diasuh kakek dan neneknya dari pihak ayah yaitu Jahiri dan Oneng.

Toha masuk Sekolah Rakyat pada usia tujuh tahun hingga kelas 4. Ketika Perang Dunia Kedua pecah, sekolah Toha terpaksa terhenti.

Saat Jepang menjajah, Toha bergabung menjadi anggota pasukan Seinendan. Dia juga sempat bekerja di bengkel motor di Cikudapateuh. Selanjutnya Toha belajar menjadi montir mobil dan bekerja di bengkel kendaraan militer Jepang sehingga dia mampu berbincang dalam bahasa Jepang.

Setelah Indonesia merdeka Toha kemudian bergabung dengan badan perjuangan Barisan Rakyat Indonesia (BRI), yang dipimpin oleh Ben Alamsyah, paman Toha sendiri. BRI selanjutnya digabungkan dengan Barisan Pelopor yang dipimpin oleh Anwar Sutan Pamuncak menjadi Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI). Dalam laskar ini Toha menjadi Komandan Seksi I Bagian Penggempur.

Menurut keterangan Ben Alamsyah, paman Toha, dan Rachmat Sulaeman, tetangga Toha, dan juga komandannya di BBRI, pemuda Toha adalah seorang yang cerdas, patuh kepada orang tua, memiliki disiplin yang kuat serta disukai oleh teman-temannya. Pada saat itu orang-orang menggambarkan Toha sebagai pemuda pemberani dengan muka lonjong, perawakan sekitar 165 sentimeter dan sorot matanya tajam.

Keberanian dan kerelaan berkorban kedua pemuda belia namun pemberani itu hingga kini dikenang menjadi dua nama jalan di Kota Bandung. [tts]

Ratusan Anggota OPM Kembali dengan Bergabung NKRI. Alasannya Bikin MERINDING!

Setidaknya 150 orang anggota Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka atau TPN OPM Wilayah Yambi turun gunung.

Mereka menyerahkan diri ingin kembali ke pangkuan NKRI. Kelompok yang berasal dari Kampung Toemarib, Distrik Mageabume yang merupakan pemekaran Distrik Sinak, diduga sering terlibat kontak senjata dengan aparat TNI dan Polri di perbatasan Kabupaten Puncak dan Puncak Jaya.

Kembalinya 150 anggota TPN-OPM Wilayah Yambi ke pangkuan NKRI diterima Bupati Puncak Willem Wandik, di lapangan kantor Distrik Sinak, Senin (20/3) lalu.

Dalam acara penyerahan diri tersebut, di hadapan masyarakat dan aparat TNI dan Polri, Bupati Puncak Willem Wandik menyerahkan bendera Merah Putih kepada perwakilan anggota TPN-OPM, Yate Telenggen sebagai tanda bahwa kelompok ini dengan penuh kesadaran kembali ke NKRI.

“Kami sudah lihat dan rasakan pembangunan yang dilakukan pemerintah di Kabupaten Puncak. Kami sudah lihat pembangunan jalan, peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan termasuk beberapa anggota sudah dilibatkan dalam pemekaran kampung. Bahkan ada yang menjadi kepala kampung dan staf pemerintah kampung. Untuk itu, kami sadar akan pentingnya pembangunan,” kata Yate Telenggen dalam bahasa daerah setempat, seperti dikutip dari Cenderawasih Pos, Kamis (23/3).

Mewakili rekan-rekannya, Yate Telenggen meminta agar pembangunan yang dilakukan pemerintah bisa lebih dekat menyentuh keberadaan mereka. Di hadapan Bupati Willem Wandik, Yate Telenggen juga menyampaikan aspirasi mereka yaitu meminta pemekaran kampung dan distrik.

“Kami minta pemekaran kampung dan distrik. Silakan pemerintah bangun jalan, rumah dan lain-lain, kami akan jaga keamanan di sini,” tuturnya.

Mengenai senjata api yang pernah mereka rampas, Yate Telenggen mengaku belum bisa menyerahkan karena masih ada intimidasi dari saudara-saudaranya yang masih berada di dalam hutan. Meskipun demikian, Yate Telenggen menyatakan bahwa mereka akan mengawal pembangunan yang dilakukan pemerintah. 

Kamis, 23 Maret 2017

JOSS..! Anggota Babinsa Ini Menangkap Sindikat Penculikan Anak dengan SIASAT JITU!

Prajurit TNI Pelda Tarmuji yang bertugas di wilayah Kodim 0612 Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, turut andil membongkar sindikat penculik anak. Ia berhasil menyelamatkan bocah perempuan korban penculikan, inisial Su (13), dan menangkap tiga orang diduga pelaku terdiri dua pria, K (60) dan M (30), serta satu perempuan, S (31).

Tarmuji sehari-hari sebagai anggota Babinsa Desa Pasir Salam yang masuk naungan Koramil1211 Singaparna Tasikmalaya. Dia berperan penting mengungkap kasus penculikan Su, warga Kecamatan Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya.

"Tarmuji bersama warga menangkap tiga orang yang diduga sindikat pelaku penculikan anak di bawah umur," ucap Kapendam III Siliwangi Kolonel Arh MD. Ariyanto via telepon, Rabu (21/3/2017).

Ariyanto menyebutkan, penangkapan komplotan tersebut berlangsung di kediaman korban, Jumat (17/3) lalu, sekitar pukul 10.00 WIB. Sebelumnya, kata Ariyanto, Tarmuji sukses membujuk kawanan itu agar mengantarkan korban ke rumah orang tuanya. 

Su dilaporkan hilang atau tak kembali ke rumah sejak 20 Februari 2017 saat berangkat ke sekolah. Keluarga sudah berusaha mencari, namun keberadaan Su tidak diketahui. 

Tarmuji dan keluarga korban terus menelusuri informasi soal jejak bocah tersebut. Hingga suatu hari, Su mengontak saudaranya via telepon. Beruntung korban ingat nomor sang paman. 

Komunikasi tersebut terjadi karena Su diajak bekerja ke Papua oleh salah satu terduga pelaku yaitu S. Korban mengaku dibujuk S kerja di Papua dengan iming-iming akan mendapatkan gaji Rp 5 juta.

Korban meminjam ponsel salah satu terduga penculik untuk menelepon pamannya dengan maksud mengabari rencana pergi ke Papua. "Korban berkomunikasi dengan keluarganya," kata Ariyanto.

Titik terang keberadaan Su mulai muncul. Pihak keluarga dan Tarmuji menyusun siasat untuk menyelamatkan Su. Tarmuji meminta keluarga berpura-pura menjanjikan memberikan uang kepada tiga orang itu sebagai pengganti ongkos keberangkatan Su ke Papua.

Singkat cerita, keluarga menjalin komunikasi dengan tersangka. "Lewat handphone paman korban, terduga penculik itu dipancing dengan iming-iming semua ongkos dan lainnya akan diganti," ujar Ariyanto.

Strategi tersebut jitu. Perangkap bujuk raya membuat mereka bersedia mengantarkan korban ke rumah orang tuanya. Aksi penjebakan ini membuahkan hasil. 

"Korban pulang ke rumah orang tuanya diantar oleh tiga orang tersebut yang semuanya warga Garut. Setelah tiba di rumah korban, ketiga orang tersebut ditangkap dan selanjutnya dibawa ke Polsek Singaparna untuk diproses lebih lanjut," tutur Ariyanto.

Berdasarkan keterangan korban, pertemuan dengan S berlangsung pada 20 Februari 2017 di daerah Perum Margalaksana, Desa Warung Peuteuy, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. "Waktu itu, S memberikan minuman kepada korban. Seketika korban tidak sadarkan diri. Saat sadar, ternyata korban sudah berada di rumah S, daerah Kampung Babakan Ciraat, Kecamatan Cilawu, Garut," ucap Ariyanto.

Selama 25 hari bersama sindikat penculik itu, menurut Ariyanyo, Su mengaku dipaksa mengamen. Selain itu, pelaku mengintimidasi korban.

"Mereka menakut-nakuti korban. Kalau korban tidak mau ngamen, ya tidak akan dikembalikan ke orang tua," tutur Ariyanto.

Bahkan, korban bercerita, sering disuruh menenggak minuman keras (miras). "Namun korban menolaknya. Karena menolak minum miras, korban selalu mendapat caci maki," ucap Ariyanto.

Ketiga orang tersebut sudah diserahkan kepada polisi guna penyelidikan lebih lanjut. Peristiwa pilu menimpa Su tengah diproses hukum aparat berwajib.

"Saat ini kasusnya ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tasikmalaya," kata Ariyanto. 

HEROIK.! Tak Mau Pergi, Kiai As'ad Langsung TAMPAR Komandan Pasukan Jepang!

Kisah pengusiran serdadu Jepang dari bumi Garahan, Jember tak lepas dari keberanian dan wibawa Kiai As’ad Syamsul Arifin selaku Komandan Hizbulloh Kawasan Timur Indonesia. Saat itu, begitu pasukan gerilya tiba di markas serdadu Jepang, Kiai As’ad langsung menemui komandan serdadu negara matahari terbit itu, dan memberikan ultimatum; segera angkat kaki atau dihancurkan.

Namun dia rupanya masih berkelit, bahkan minta waktu 3 bulan untuk pergi. Kiai As’ad tidak mau dikibuli, dan hanya memberi waktu 3 hari pada Jepang untuk pulang ke negaranya.

Saat hari ketiga habis, Kiai As’ad kembali menemui komandan Jepang. Tapi dia masih belum juga mau pergi dengan baragam alasan, Kiai As’ad pun marah. Dan tanpa babibu, beliau menampar muka sang komandan. Sejurus kemudian, Kiai As’ad menggebrak meja yang ada di depan sang komandan, dan meja itu pun patah jadi dua.

Cerita tersebut diungkapkan Rais Syuriyah PCNU Jember, KH Muhyiddin Abdusshoamd saat memberikan sambutan dalam acara “Jember Bershalawat Dalam Rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Tasyakuran Pemberian Gelar Pahlawan Nasional KHR. As’ad Syamsul Arifin” di alun-alun Jember, Senin malam (19/12).

Menurut Kiai Muhyiddin, kisah ditamparnya Komandan Jepang tersebut menunjukkan betapa Kiai As’ad mempunyai wibawa dan keberanian yang luar biasa. Bisa dibayangkan, seorang komandan yang begitu dihormati  anak buahnya, tiba-tiba ditampar di depan mereka, dan dia tidak melawan. “Itu karena Kiai As’ad biasa berpuasa, tirakat sehingga mudah mendapatkan  pertolongan dari Allah,” ucapnya.

Setelah sambutan Kiai Muihyiddin, lantunan shalawat benar-benar membaha di langit Jember. Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin yang memimpin pembacaan shalawat dan diiringi oleh musik hadrah, cukup piawai juga. Sesekali ia menerangkan kehebatan Rasulullah SAW.

Kendati hujan rintik-rintik masih turun, namun peserta shalawat yang memadati separuh lapangan, tak beringsut dari tempat duduknya. Mereka tetap khidmat bershalawat hingga hampir memasuki paruh malam.

Acara tersebut juga dihadiri oleh cucu Kiai As’ad, Uswatun Hasanah. Bahkan kakak Ra Azaim Ibrahimy tersebut juga sempat memimpin lantunan shalawat. (aryudi a. razaq/abdullah alawi)

sumber : nu.or.id

Rabu, 22 Maret 2017

Prajurit TNI Ini Tak Sempat Lihat Calon Bayinya Lahir Karena Ditikam Mantan Napi!

Fatmawati kini dirundung duka. Suaminya, Pratu Ansar Kurniawan, gugur dalam tugas di Ambon.

Pratu Ansar adalah prajurit Yonif 726/Tamalatea.
Akun Facebook Fatmawati kebanjiran ucapan dukacita atas meninggalnya sang suami.

Fatmawati, akrab disapa Fatma, dalam keadaan hamil tua ditinggalkan suami ke Ambon demi tugas.

Naas di tengah menjalankan tugas, Pratu Ansar Kurniawan tewas ditikam warga Ambon, Jumat (17/3/2017) malam.
Pelaku bernama Rendi Kakilette, merupakan mantan narapidana Lapas Kelas IIA Ambon.

Pratu Ansar sudah 5 bulan ditugaskan di Maluku. Tiga bulan lalu, anak keduanya lahir di Takalar, Sulawesi Selatan. Pratu Ansar belum sempat menengok.

Nahas dialami Pratu Ansar. Pada Jumat malam (17/3) lalu, dia melerai perkelahian warga di daerah tugasnya, Desa Pasanea, Kecamatan Seram Barat, Maluku Tengah. Dia ditikam orang di lokasi dan gugu


Jenazah Pratu Ansar telah dimakamkan di kampung halamannya, Desa Pattololan, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar.

Makam di perkuburan Islam Kecamatan Galesong Selatan.
Kini Fatmawati pun hidup menjanda di Galesong Selatan.
Ansar meninggalkan anak pertamanya Alifya Fadilla Rabbani atau Dilla dan calon anak keduanya. 

Fatma meluapkan kesedihan melalui akun facebook. Berikut ditulis Fatma.
"Sayang Kangen ka, tadi video call jki... kutanyaki baek-baek jki ? Kita bilang iye baik-baik jka.
Kenapaki cepat tinggalkan ka sama Dilla.
Nda kita sayangma, mana janji ta bilang bakalan pulangki.
Mauki pulang gendong Dilla toh,
Mauki pulang buatkan ayun nanti Dilla toh,
Tapi Kita bohongi ka
Kenapa ki tinggalkan ka begitu cepat.
Ya Allah kenapaki ambil suamiku,
Kenapaki ambilki,
Baik-baikja tadi, telponan ja tadi.
Tapi tiba-tiba dia pergi tinggalkan ka," tulis Fatma.
Tulisan Fatma disambut ramai ucapan belasungkawa netizen.
Salah satunya dari Ayu Fachriana.
"Sedih rasanya membaca curhatan ta kak Fatma, tak kuasa menahan tangis kala membayangkannya. Yang sabarki kak Fatma demi anakta, semoga beliau mendapatkan tempat yang layak," tulis Ayu
Turut berduka cita, semoga almarhum diterima di tempat terbaik di sisi-Nya

Selasa, 21 Maret 2017

Inilah Kehebatan Mobil Kepresidenan Jokowi yang Mogok di Kalbar!

Siapa sangka mobil supercanggih sekalipun bisa mogok. Bahkan mobil tersebut menjadi tunggangan seorang Presiden Joko Widodo.

Mobil kepresidenan Jokowi itu adalah Mercedes-Benz S600 Guard. Kata 'guard' disematkan pada tipe tersebut karena memang dilengkapi fitur pelindung yang mumpuni, yakni antipeluru.

Mobil yang ditunggangi Jokowi itu diketahui mogok saat dipakai dalam kunjungan kerja di Kalimantan Barat. Hal ini dibenarkan oleh Kepala Biro Pers Media dan Informasi Sekretariat Presiden Bey Machmudin. Bey mengatakan peristiwa mogok itu terjadi setelah Presiden Jokowi meresmikan PLTG Mempawah, Kalimantan Barat, pada Sabtu, 18 Maret 2017, dan hendak menuju kawasan Kubu Raya untuk makan siang.

"Iya, mogok di perjalanan setelah menempuh perjalanan lebih-kurang 30 menit. Mogok karena bermasalah pada setting-an gas, sehingga laju kendaraan tidak bisa dalam keadaan normal," kata Bey saat dimintai konfirmasi detikcom, Senin (20/3/2017).

Jokowi bersama Ibu Negara Iriana pun langsung dipindahkan ke mobil cadangan, yakni Toyota Alphard. Proses perpindahan tidak lama setelah terlebih dahulu ajudan memeriksa mobil tersebut.

Rupanya ini bukan pertama kali mobil tersebut mogok. Sebelumnya, saat Jokowi melakukan kunjungan kerja di Jawa Timur pada tahun lalu, mobil kepresidenan juga mogok.

Ketika itu, Jokowi selesai melakukan rangkaian kunjungan kerja di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Senin (19/9/2016). Jokowi kemudian hendak menuju Lanud Iswahyudi, yang terletak di Kabupaten Magetan. Rupanya, dalam perjalanan menuju lanud, mobil Jokowi mengalami kendala dan mogok.

Prosedur yang sama pun dilakukan, yakni memindahkan Jokowi dan Iriana ke mobil cadangan. Setelah itu, tampak Paspampres menjaga ketat mobil itu dan ada seorang anggotanya yang mendorong lewat pintu depan kanan.

Meski merupakan mobil canggih, yang dipakai Jokowi saat ini merupakan 'warisan' dari periode sebelumnya. Presiden Jokowi tak menganggarkan pembelian mobil dinas baru di awal pemerintahannya pada 2014.

Adapun mobil yang sekarang dia pakai merupakan buatan 2007. Menurut catatan detikcom, pengadaan mobil itu dilakukan pada 2008.

"Itu mobil 2007, dan itu termasuk kondisi baik karena pemeliharaan rutin dan reguler sesuai dengan log book, dan itu terdata dan servis bulanan, servis berkala," kata Kepala Sekretariat Presiden Darmansjah Djumala saat dimintai konfirmasi terpisah.


Mobil tersebut dibawa dari Jakarta ke lokasi kunker. Namun memang mobil kepresidenan tak hanya satu.

"Mobil presiden itu ada beberapa, yang bagus kita pakai. Yang dulu-dulu kita pakai karena pemeliharaan rutin bagus," kata Djumala.

Djumala menegaskan perawatan rutin terus dilakukan untuk mobil-mobil tersebut. Namun, karena 'faktor usia', ada detail kecil yang kurang prima.

Dia juga menyatakan kerusakan yang dialami oleh sedan hitam itu tak fatal. Hanya ada masalah akselerasi yang membuat mobil tak berlari, meski pedal gas sudah diinjak.

Wakil Presiden Jusuf Kalla kemudian turut berkomentar soal mogoknya mobil kepresidenan ini. Menurut JK, seharusnya mobil kepresidenan lebih baik.

"Tentu harus ada mobil yang lebih baik lagi. Memang ini sudah 10 tahun," ujar JK di kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.

Menurut JK, mesin mobil kepresidenan memang harus kuat. Selain itu, harus diservis dengan baik.

"Tentu pertama harus servisnya. Mobil kepresidenan itu, pertama, dia berat, harus kuat mesinnya. Kedua, servisnya harus baik karena kilometernya tidak banyak. Jadi jalannya itu tidak banyak," tutur JK.

Tentu saja ada pertimbangan tertentu mengapa mobil tersebut sudah beberapa kali mogok. detikcom pernah menulis spesifikasi mobil itu pada 2008.

Sekujur bodi dan kaca Mercy S600 Guard berlapis bahan antipeluru senapan serbu standar militer, bahkan sanggup melindungi penumpang dari serangan granat tangan. Fasilitas keselamatan lain adalah fitur run-flat tyre yang memungkinkan mobil bermesin biturbo 12 silinder itu ngebut meninggalkan lokasi konflik dalam kondisi ban kempis. Tangki bahan bakarnya yang antipeluru juga punya sistem pemadaman api, sehingga dia mampu mencegah ledakan.Untuk mobil yang ditumpangi Jokowi, diklaim berlapis baja dengan tingkat resistensi Eropa B6/B7, yang dapat menahan tiga tembakan senapan militer M60, M14, atau FAL-FN, serta tembakan senjata kecil seperi M16, dan 357 Magnum. Selain itu, juga memberikan perlindungan terhadap fragmen yang muncul dari ledakan. Adopsi perlindungan ini menggunakan VR9.

Seluruh kaca mobil ini dilapisi lapisan polikarbonat agar tidak pecah dan dapat melukai penumpangnya. Untuk fitur keamanan termasuk ban run-flat Michelin PAX 245-700 R470 AC, yang mampu membuat mobil tetap bisa berjalan sejauh 60 kilometer tanpa udara.

Selain itu, juga dilengkapi sistem pengaturan udara segar darurat, sistem kontrol pneumatik darurat untuk membuka jendela (beroperasi secara tersendiri dari sistem elektronik), serta Panic Alarm System tambahan. Tangki bahan bakar 90 liter dan
sistem pemadam kebakaran otomatis yang mampu mengunci penyebaran api.

Selain itu, tersedia pula kamera belakang, kaca depan, dan jendela depan tahan panas, sistem adjutable doorhold yang digunakan di keempat pintu, serta tirai belakang listrik. Tentu hal yang sama seperti Cadillac One milik Obama yang menyediakan kamera night vision. Untuk kecepatan, S600 dapat melaju hingga 210 kilometer per jam dengan GVW 4.200 kilogram.

Untuk interior, dilengkapi perangkat night view assist system, guna memantau situasi di luar ketika kondisi jalan gelap. Berfungsi layaknya sonar infra merah, dengan kemampuan melihat objek saat cahaya di luar sangat terbatas.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), saat ini menggunakan mobil Mercedes-Benz S600L model W221. Hal ini mencerminkan Indonesia nampaknya tak terlepas dari besutan Mercedes-Benz.

Sudah hampir berpuluh-puluh tahun, mobil pabrikan asal Jerman itu menjadi pilihan kepala negara di Indonesia. Presiden Soeharto pun menggunakan Mercedes-Benz yakni jenis 500SEL.

Berbagai sumber yang dihimpun Harian Terbit, mobil kepresidenan Soeharto ditengarai memiliki teknologi keamanan sangat tinggi di era 1990-an. Bahkan, spesifikasi keamanannya setaraf dengan mobil Presiden Bill Clinton dan Ratu Elizabeth II.

Mercedes-Benz 500SEL tunggangan Soeharto memiliki tipe mesin M117.963 dilengkapi delapan silinder berkapasitas 5.0L. Kecepatan maksimumnya mencapai 220 kilometer per jam, lebih cepat dari Mercedes-Benz S600L yang digunakan Presiden SBY saat ini, yakni maksimum 210 kilometer per jam.

Soeharto yang notabene berasal dari militer ‘tulen’, memfasilitasi mobilnya dengan keamanan tingkat tinggi. Contohnya daya cengkeraman ban Michelin yang ditunjuk untuk membuat high safety wheels, yakni roda memiliki ketebalan beberapa inci antipeluru hingga ranjau darat.

Spesifikasi yang sama juga diterapkan Michelin untuk mobil yang dikendarai Presiden Rusia Boris Yeltsin. Sementara ketebalan kaca antipeluru yang disematkan setebal tiga inci, beda dua inci dengan mobil kepresidenan Jokowi saat ini.

Mobil Soeharto ini juga dilapisi baja dan platina hitam yang tahan terhadap serangan peluru, mortir, dan guncangan. Kini, mobil tersebut berada di Museum Mercedes-Benz di Stuttgart, Jerman, sejak 1998.

sumber : detik.com dan harianterbit.com

Inilah Tips dari Mantan Begal Agar Kalian Bisa Menghindar dari para Pelaku BEGAL!

Semakin maraknya praktik pembegalan yang bersifat sadis sering membuat resah warga, hingga apabila sang begal tertangkap pasti warga tidak segan-segan untuk menghajar mereka bahkan sampai tewas. Para lakon begal memang semakin sadis sekarang, waktu dan tempatpun sudah tidak menjadi hal yang penting bagi mereka, kapanpun dan dimanapun pasti mereka dengan leluasa beraksi.  Bergerombol dan membabi buta, itulah yang mereka lakukan ketika mecari mangsa.

Terlebih sekarang banyak wanita pulang kerja malam, anak sekolahan pakai motor bagus, dan tentunya mereka menjadi sasaran empuk bagi para begal.

Nah, dengan demikian ada sebuah tips dari mantan pelaku begal yang pernah tertangkap dan
kini sudah bertobat.

Berikut Tips Menghindari Kejaran Begal :

Jangan Pacu Kendaraan Secara Konstan
Jika ada pengendara yang mengendarai motornya dengan kecepatan yang konstan dan tidak mengubah kecepatan selama kurang lebih 5 menit, maka dia bisa menjadi sasaran empuk bagi pelaku begal. Oleh karenanya, anda harus menambah kecepatan kurang lebih selama 5 menit namun anda harus tetap berhati­hati. Biasanya para begal agak berpikir lebih panjang menyerang calon korban yang terlihat lihai berkendara dan “senang bermain” dengan motornya.

Pastikan Spion ada pada posisi yang pas
Begal selalu memanfaatkan kesempatan sekecil apapun, itulah kenapa mereka suka sekali dengan target korban yang memakai kaca spion yang kecil dan tidak standar, tidak membetulkan posisi kaca spion, memakai kaca spion yang sudah pecah, atau bahkan tidak memakai spion sama sekali. Hal ini dikarenakan motor yang tanpa spion membuat mereka tidak akan terpantau saat hendak beraksi.

Sebaiknya  modifikasi motormu
Begal sering mengincar motor yang standar dan tidak terlalu banyak dimodifikasi. Alasannya, selain lebih mudah dijual, juga sulit terpantau di jalanan. Jika sudah dikejar begal, ada beberapa tips yang bisa dimanfaatkan untuk menghindar.

Memantau pergerakan mereka lewat spion bisa memberitahu kapan mereka akan beraksi. Asal ingat, jangan hilang konsentrasi dari jalan yang ada di depan. Begal umumnya hapal kondisi medan di mana mereka beraksi.

Posisi Tubuh
Posisikan tubuh Anda membungkuk seperti pembalap motor saat dikejar begal. Posisi demikian menyulitkan begal memukul atau menebas tubuh korban. Pacu kecepatan kendaraan Anda dan berkendara dengan zig zag saat dipepet.

Jika begal terus mengejar, jangan biarkan mereka melewati motor. Juga jangan beri ruang kosong di samping kendaraan Anda. Jika Anda berani, pepet roda depan mereka dengan roda belakang kita, atau tendang roda depan atau shock breaker depan mereka. Para begal umumnya beraksi dengan full adrenaline, karena itu sentuhan keras dari korban akan mempengaruhi kemampuan mereka menangani motor.

Selain itu, jangan terpancing untuk berhenti di kerumunan orang atau warung yang terlihat ramai. Umumnya begal punya komplotan yang menunggu di tempat­ tempat seperti itu. Jauh lebih bijak jika Anda mencari lokasi seperti pos Polisi, stasiun pengisian bahan bakar (pom bensin), minimarket, atau pos penjaga kompleks perumahan. Begal sangat menghindari tempat­tempat di mana kemungkinan ada kamera CCTV.

sumbr : langsungviral.com

Sabtu, 18 Maret 2017

Ini Penampakan Macan GARANG Sang Pengganti "Harimau Paling Bahagia se-Dunia"

Jagad linimasa dibuat heboh dengan potret patung macan milik Koramil 1123 Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut. Macan terlihat lucu sebab wajahnya seperti sedang senyum lebar, tidak ada kesan garang.

Patung macan itu kemudian menjadi bahan meme yang dibuat beragam versi. Sejak ramai jadi bahan perbincangan bahkan diberitakan media nasional dan internasional, patung itu akhirnya dirobohkan. 

Jagad linimasa dibuat heboh dengan potret patung macan milik Koramil 1123 Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut. Macan terlihat lucu sebab wajahnya seperti sedang senyum lebar, tidak ada kesan garang.

Kini patung macan telah berganti. Macan yang sebelumnya jauh dari kesan menyeramkan kini lebih garang.

"Kini patung harimau telah digantikan dengan Maung atau Harimau yang dapat memperlihatkan keluhuran nilai nilai yang telah diwariskan oleh nenek moyang Jawa Barat," kata Kapendam III/Siliwangi Kolonel Arh M Desi Ariyanto pada wartawan, Jumat (17/3).

Patung buatan Prajurit Kodam Siliwangi Kapten Eko Katim PAL Denpal Korem 062 itu sudah terlihat lebih sangar. Wajahnya menunjukkan ketegasan. Perawakannya gagah layaknya seekor binatang yang ingin memangsa musuhnya. Taringnya juga tajam. 

Tentu ini sudah berbanding terbalik dengan patung macan sebelumnya yang netizen sebut sebagai macan paling bahagia sedunia.

Desi menambahkan, patung macan yang kini menjadi simbol prajurit TNI di lingkungan Kodam III Siliwangi adalah representasi warga Jawa Barat yang sering disebut warga Siliwangi. Karena sebagai simbol kebanggaan maka itu patung yang ada di Kodam Siliwangi dibuat sebagai mana representasi warga Jabar. 

"Ini agar nilai nilai luhur tersebut terus ada pada diri Prajurit Siliwangi oleh karena itu Harimau digunakan sebagai simbol kebanggaan Prajurit Siliwangi," ujarnya.

sumber : merdeka.com

Selasa, 14 Maret 2017

KABAR DUKA! Pesawat F-16 TNI-AU Kembali Tergelincir, Inilah Penyebabnya!

Sebuah pesawat tempur F-16 milik Pangkalan TNI Angkatan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru, tergelincir di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Selasa (14/3) sore. Pesawat tersebut rutin dijadwalkan untuk latihan terbang yang dipiloti perwira penerbang pada malam hari.

"Iya benar. Maaf belum bisa saya kumpulkan data, malam ini saya adakan konferensi pers, tunggu saja," kata Komandan Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Marsekal Pertama Henri Alfiandi kepada merdeka.com, Selasa (14/3) malam.

Informasi yang dirangkum di lapangan, sejumlah mobil pemadam kebakaran milik Bandara dan Pangkalan Udara Roesmin dikerahkan pasca tergelincirnya pesawat andalan militer itu.

Sementara itu, Kadispen TNI AU Marsekal Pertama Jemi Trisonjaya menjelaskan peristiwa ini terjadi karena gangguan pada rem. Akibatnya pesawat F-16/TS 1603 itu tergelincir di landasan pacu.

"Kondisi penerbang Mayor Pnb Andri (jabatan kasiops) dan Lettu Pnb Marko (siswa konversi) dalam keadaan selamat dan tidak terluka," kata Marsma Jemi.

Saat ini pesawat sedang dievakuasi untuk ditarik ke Hanggar Skadron 16.

Akibat insiden tersebut dua penerbangan komersil mengalami pengalihan ke Bandara lain.

"Maskapai garuda dengan nomor GA 178 dari Jakarta divert (dialihkan) ke Bandara Internasional Minang Kabau, dan Lion Air nomor JT 295 RTB return to Base (kembali asal Bandara Kuala Namu Medan)," ujar Airport Duty Manager Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Bambang Setiawan.

Minggu, 12 Maret 2017

Sang "IZRAIL" Iwan Murtado, Eks Tentara Elit yang Jadi Pembunuh Bayaran Paling Ditakuti!

Membuka lembaran kelamnya terasa sulit. Pengalamannya sebagai pembunuh bayaran sebagian sudah terkikis usia. Iwan Cepi Murtado, 71 tahun, berkaus hijau kusam dengan tulisan Yon Serna Trikora di bagian dada dulunya tentara elite pada 1960-an.

Rumahnya di tengah gang sempit di Utan Panjang, Kemayoran, Jakarta Pusat. Dia menjadi tentara setelah lulus dari Sekolah Keterampilan Negeri (SKN) di daerah Kampung Jawa. "Waktu itu ada penerimaan 20 ribu tentara di Jakarta. Saya iseng-iseng coba ternyata masuk," kata Iwan kepada merdeka.com di kediamannya Jumat pekan lalu.

Iwan tergabung dalam pasukan Raider dan digembleng di wilayah Sukoharjo, Jawa Tengah, selama enam bulan. Kembali ke ibu kota, pria sekarang bercucu tiga ini bertugas menumpas gerakan komunis di sekitar Malang, Jawa Timur. "Karena jiwa nakal saya tak pernah hilang, usai kembali bertugas saya tak pernah lapor pada kesatuan, lebih milih turun kembali ke jalanan," ujar lelaki berkumis dan berambut uban ini.

Memasuki 1970-an, Iwan mulai menapaki dunia kejahatan. Latar belakang sebagai bekas prajurit sangat berpengaruh dengan pekerjaan melenyapkan nyawa manusia. Mental membunuh sudah ditempa sejak dia memburu gerakan separatis komunis. Dia sudah tak bisa mengingat puluhan pemberontak diburu hingga tewas.

Iwan hanya sumringah sambil menundukkan kepala. "Tapi itu (pengalaman saya sebagai prajurit) jelas membantu saya secara teknis, bagaimana membaca situasi, strategi, dan eksekusi korban-korban saya," tuturnya.

Pesanan pertamanya adalah membunuh seorang pengusaha. Tugas itu dia peroleh lewat perantara. Selama sepekan dia membaca gerak-gerik target dari kediaman sampai kantor korban di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan. "Tak lama, masih berada di dalam mobil, usai pulang kantor saya menikam korban pada bagian dada. Lalu saya tinggal pergi," katanya mengingat.

Iwan biasanya melakoni tugasnya bersama satu orang. Desertir ini bertugas mengeksekusi dan rekannya menjadi joki kendaraan. Uniknya, sang asisten dipastikan selalu berganti saban kali membunuh. "Waktu target itu, saya diboncengin motor langsung kabur. Sempat dikejar sama beberapa orang tapi berhasil lolos," ujarnya.

Untuk upah pertamanya, bapak tiga anak ini mendapatkan Rp 5 juta sekali tugas. Waktu itu jumlahnya tergolong besar, namun perantara ikut memotong bayaran membunuh. "Biasalah itu, terima bersih Rp 3 juta. Saya bagi ke teman, paling bawa Rp 2 juta," katanya. Dia membandingkan pada tahun 1970-an harga satu mobil taksi Rp 400 ribu.

Dari total tujuh korban, Iwan mampu melenyapkan target tanpa jejak. Dia mengaku lihai menggunakan berbagai senjata untuk menghabisi target pemesannya. Mulai dari senjata api, tajam hingga hanya memakai seutas tali. Pengalaman sebagai eks tentara baret hijau membantu dalam perjalanannya sebagai pembunuh bayaran.

Jika berbicara tentang pendekar, tokoh yang paling identik dengan julukan tersebut mungkin adalah Si Pitung. Meski hingga saat ini, tidak diketahui apakah Si Pitung benar-benar ada ataukah hanya tokoh fiksi, namun dialah pendekar yang ceritanya paling lekat di hati masyarakat.

Di dunia nyata, sebetulnya terdapat sosok yang mirip sekali dengan Si Pitung, yaitu Murtado si Macan Kemayoran. Ia memiliki kemampuan silat yang tiada tandingannya, dipercaya sebagai mandor pada masa Belanda, namun mengkhianati mereka dengan mencuri persediaan pangan Belanda dan memberikannya pada kaum Pribumi. Sudah semacam Robinhood versi Indonesia saja, ya.

Si Macan Kemayoran memiliki keturunan yang tidak kalah hebatnya, yaitu Iwan Cepi Murtado. Iwan memang tidak memiliki kemampuan silat, tapi ia sangat cermat, cerdas, dan bengis. Ia bisa melakukan apa yang ia inginkan secara rapi dan tidak diketahui siapa-siapa. Berbeda dengan ayahnya, ia menggunakan kemampuan tersebut untuk perbuatan jahat.

Si Pembunuh Bayaran

Saat masih anak-anak, Iwan sudah pernah dijebloskan ke penjara karena membunuh. Ini tidak membuatnya jera. Di tahun 1970-an, Iwan kembali melakukan perbuatan tak bermoral tersebut. Ia mendapat pesanan dari orang-orang kaya untuk membunuh saingan bisnis mereka.

Sebelum hari pembunuhan, Iwan melakukan perencanaan terlebih dahulu. Ia menguntit calon korbannya selama tujuh hari tujuh malam tanpa tidur. Dibacanya gerak-gerik korban dan perilakunya dari rumah hingga kantor. Pada hari H iya langsung menikam korban dan melenyapkan jasadnya.
Untuk eksekusi, Iwan dibantu oleh seorang kawan yang disebut dengan pilot. Tugas pilot adalah menyetir mobil yang digunakan untuk membawa jenazah korban ke tempat pembuangan. Pilot adalah orang kepercayaan Iwan yang mahir dalam membawa kendaraan.

Sang Jutawan

Sekali membunuh, Iwan bisa mendapatkan upah 5 juta Rupiah. Di tahun 70-an, jumlah itu sangatlah banyak. Bahkan lebih banyak dari harga sebuah mobil. Jumlah yang menggiurkan itu membuat Iwan tidak ragu-ragu dalam menerima pesanan. Sebelum masuk penjara, ia telah menghabisi nyawa tujuh orang.

Pembunuhan terakhir yang ia lakukan adalah pesanan dari orang Sekretariat Negara di tahun 1980-an. Korban adalah istri muda pejabat yang dibunuh dengan tali tambang. Upah dari pembunuhan ini mencapai Rp 100 juta! Meski begitu, tindakannya ini membuat Iwan harus mendekam di penjara selama satu dekade. Ia sedang sial karena mayat yang buangnya tersangkut sehingga cepat ditemukan oleh warga dan segera diusut kasusnya.

Latar Belakang Militer

Sebelum berprofesi sebagai pembunuh bayaran, pria yang terlahir dengan nama Muhammad Ikhwan ini bekerja sebagai tentara yang ditugaskan di Malang, Jawa Timur. Ia mengaku gaji tentara sangatlah kecil sehingga memutuskan untuk kabur saja.


Pengalamannya di militer membuat Iwan pandai mengatur strategi, memata-matai, dan mengeksekusi korban. Memang pada saat ia masih menjadi prajurit, ia sering ditugaskan untuk membunuh antek komunis. Kemampuannya dalam mengincar dan membunuh sangatlah tajam. Ia juga tidak memiliki rasa belas kasihan karena terlalu sering menghabisi nyawa orang.

Kehidupan Iwan berubah sejak ia memiliki keluarga. Hatinya menjadi luluh berkat anak perempuannya, Ade Naziha. Ia tidak lagi mau membunuh orang. Meski banyak yang memintanya untuk kembali melakukan tindakan kriminal, Iwan menolak dan memilih untuk memiliki pekerjaan halal. Ia pun turut mendirikan Lembaga Macan Kemayoran yang fokus pada kegiatan sosial.

sumber : merdeka.com dan boombastis.com

silahkan di share