Kepolisian akan tindak tegas terhadap segala upaya bentuk anarkis diduga dilakukan oleh geng motor, yang selama ini meresahkan masyarakat. Kini, polisi meminta bantuan kepada pihak TNI.
"Saya sudah menerjunkan anggota bahkan saya melaksanakan patroli skala besar dengan teman-teman TNI, baik TNI AD, AL semua dan juga dari polisi militernya kami laksanakan. Jadi isu-isu terkait yang ada di situ kami sudah antisipasi lah," ujar Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Iwan Kurniawan, di Polda Metro Jaya, Rabu (24/5).
"Ya itu patroli skala besar itu. Kemudian yang kedua, saya akan lakukan penindakan yang tegas bagi geng motor yang melakukan tindakan yang melanggar hukum," tegasnya.
Menurut Iwan, berdasarkan informasi yang didapati untuk wilayah Jakarta Selatan terdapat beberapa geng motor.
"Kalau di daerah kami ada tiga atau empat. Saya lupa," katanya.
Iwan tak akan menindak tegas bagi geng motor yang mempunyai fungsi dan tujuan yang baik untuk masyarakat. Sebab, Iwan menilai masih ada geng motor yang membantu masyarakat.
"Kalau dia tak melakukan pelanggaran hukum enggan apa-apa mungkin. Geng motor yang kegiatannya positif juga ada. Seperti itu, bukan geng ya, namanya klub motor atau apa. Bakti sosial atau itu," tandasnya.
sumber : merdeka
Minggu, 28 Mei 2017
KEREN..! Inilah Siasat Jitu Jendral Gatot Bongkar Korupsi Helikopter Senilai 220 M !
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dibantu KPK tengah mengusut kasus dugaan korupsi pengadaan helikopter AW101. Untuk sementara diduga kerugian mencapai Rp 220 miliar.
Polisi Militer menetapkan tiga tersangka. Pertama Masma TNI berinisial FA sebagai pejabat pembuat komitmen, Letkol TNI berinisial WW sebagai pejabat kas, dan SS sebagai staf pejabat kas yang diduga membagikan dana.
Jenderal Gatot Nurmantyo membeberkan awal mula kasus ini. Pertama dia dipanggil oleh Presiden Jokowi terkait kasus pengadaan helikopter Augusta Westland 101 ini. Presiden Jokowi sudah menolak pengadaan AW101 sebagai pesawat kepresidenan, namun kenapa heli ini tetap tiba di Lanud Halim Perdanakusuma.
"Setelah itu presiden bertanya ke saya. Kira-kira kerugian negara berapa bapak panglima? Saya sampaikan ke presiden kira-kira minimal Rp 150 miliar. Presiden menjawab, menurut saya lebih dari Rp 200 miliar, bayangkan panglima sampaikan itu tapi presiden lebih tahu kan malu saya," kata Jenderal Gatot Nurmantyo di KPK, Jumat (26/5).
Gatot segera mengusutnya. Kepala Staf TNI AU yang baru, Marsekal Hadi Tjahjanto juga langsung diminta mengusut kasus yang jadi perhatian publik ini.
"Dengan bekerja cepat maka pada 24 Feb 2017, KASAU mengirimkan hasil investigasi. Dari hasil investigasi KASAU semakin jelas, ada pelaku-pelaku korupsi dan konspirasi," kata Gatot.
Dari laporan tersebut Gatot dan Hadi bergerak menggandeng KPK, BPK dan PPATK. Untuk mengelabui para tersangka, TNI juga sampai menyebut pengadaan helikopter tak bermasalah. Padahal ini disengaja oleh Gatot.
"Ini sebenarnya teknik untuk mengelabuhi para calon tersangkanya sehingga mereka enjoy. Ah tidak ada masalah," beber Gatot.
POM TNI dibantu KPK terus bergerak. Mereka menggeledah empat lokasi yakni PT Diratama Jaya Mandiri, rumah saksi di Bogor, rumah saksi di Sentul, dan sebuah kantor di Bidakara.
Selain itu, masih dalam rangkaian penyidikan pihaknya juga telah memblokir PT Diratama Jaya Mandiri sebesar Rp 139 miliar. Gatot menegaskan akan mengusut tuntas kasus ini.
"TNI meningkatkan penyelidikan ke penyidikan. TNI sudah dapat informasi awal bahwa minimal ada penyimpangan mark up sekitar Rp 220 Miliar," tegas Gatot.
Sumber : merdeka
Polisi Militer menetapkan tiga tersangka. Pertama Masma TNI berinisial FA sebagai pejabat pembuat komitmen, Letkol TNI berinisial WW sebagai pejabat kas, dan SS sebagai staf pejabat kas yang diduga membagikan dana.
Jenderal Gatot Nurmantyo membeberkan awal mula kasus ini. Pertama dia dipanggil oleh Presiden Jokowi terkait kasus pengadaan helikopter Augusta Westland 101 ini. Presiden Jokowi sudah menolak pengadaan AW101 sebagai pesawat kepresidenan, namun kenapa heli ini tetap tiba di Lanud Halim Perdanakusuma.
"Setelah itu presiden bertanya ke saya. Kira-kira kerugian negara berapa bapak panglima? Saya sampaikan ke presiden kira-kira minimal Rp 150 miliar. Presiden menjawab, menurut saya lebih dari Rp 200 miliar, bayangkan panglima sampaikan itu tapi presiden lebih tahu kan malu saya," kata Jenderal Gatot Nurmantyo di KPK, Jumat (26/5).
Gatot segera mengusutnya. Kepala Staf TNI AU yang baru, Marsekal Hadi Tjahjanto juga langsung diminta mengusut kasus yang jadi perhatian publik ini.
"Dengan bekerja cepat maka pada 24 Feb 2017, KASAU mengirimkan hasil investigasi. Dari hasil investigasi KASAU semakin jelas, ada pelaku-pelaku korupsi dan konspirasi," kata Gatot.
Dari laporan tersebut Gatot dan Hadi bergerak menggandeng KPK, BPK dan PPATK. Untuk mengelabui para tersangka, TNI juga sampai menyebut pengadaan helikopter tak bermasalah. Padahal ini disengaja oleh Gatot.
"Ini sebenarnya teknik untuk mengelabuhi para calon tersangkanya sehingga mereka enjoy. Ah tidak ada masalah," beber Gatot.
POM TNI dibantu KPK terus bergerak. Mereka menggeledah empat lokasi yakni PT Diratama Jaya Mandiri, rumah saksi di Bogor, rumah saksi di Sentul, dan sebuah kantor di Bidakara.
Selain itu, masih dalam rangkaian penyidikan pihaknya juga telah memblokir PT Diratama Jaya Mandiri sebesar Rp 139 miliar. Gatot menegaskan akan mengusut tuntas kasus ini.
"TNI meningkatkan penyelidikan ke penyidikan. TNI sudah dapat informasi awal bahwa minimal ada penyimpangan mark up sekitar Rp 220 Miliar," tegas Gatot.
Sumber : merdeka
BONGKAR Korupsi Pengadaan Helikopter, Gatot Nurmantyo UMUMKAN 3 Tersangka!
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengumumkan penetapan tiga tersangka dalam kasus pembelian helikopter AgustaWestland (AW) 101.
Ketiga tersangka diduga menyalahgunakan wewenang sehingga menimbulkan kerugian negara.
"Penyidik POM TNI memiliki alat bukti yang cukup untuk meningkatkan status penyelidikan ke tahap penyidikan dan menetapkan tiga tersangka dari anggota militer," ujar Gatot, dalam konferensi pers, di Gedung KPK Jakarta, Jumat (26/5/2017).
Ketiga tersangka adalah, Marsma TNI FA selaku pejabat pembuat komitmen (PPK), dan Letkol. Adm TNI WW selaku pemegang kas.
Kemudian, Pembantu Letnan Dua (Pelda) SS yang menyalurkan dana pada pihak tertentu.
Gatot mengatakan, dari hasil penyelidikan POM TNI, diduga terjadi penyimpangan yang dilakukan para pejabat yang ditunjuk dalam proses pengadaan.
Hasil perhitungan sementara ditemukan kerugian negara sekitar Rp 220 miliar dari nilai proyek Rp 738 miliar.
Dalam kasus ini, penyidik POM TNI telah memeriksa enam saksi dari pihak militer dan tujuh saksi dari pihak sipil.
Sebagai barang bukti, penyidik memblokir rekening bank atas nama PT Diratama Jaya Mandiri.
Perusahaan tersebut merupakan perusahaan penyedia alat utama sistem persenjataan. Rekening bank tersebut berisi uang Rp 139 miliar.
Menurut Gatot, ketiganya diduga tidak hanya melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian keuangan negara, tetapi juga diduga menyalahgunakan wewenang, insubordinasi, melakukan penipuan dan penggelapan.
Pada Februari 2017 lalu, TNI mempersilakan wartawan untuk mengambil foto satu Helikopter AgustaWestland yang terparkir di hanggar Skuadron Teknik 021, Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur.
Kasus pembelian helikopter AgustaWestland pertama kali diungkap Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (6/2/2017).
Gatot berbicara blak-blakan soal kontroversi rencana pembelian helikopter AgustaWestland 101 (AW101).
Gatot protes lantaran rencana pembelian itu tak diketahuinya. Ia juga menyampaikan keluh kesahnya soal wewenang Panglima TNI yang terbatas soal alutsista.
Helikopter yang hendak dibeli sempat disebut-sebut sebanyak enam unit.
Namun, hal itu sudah dibantah Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Hadi Tjahjanto.
Hadi memastikan bahwa pembelian helikopter AgustaWestland 101 (AW 101) hanya satu unit.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI sebelumnya, yakni Agus Supriatna, pernah menyatakan bahwa pihaknya akan membeli helikopter AW 101 sebanyak enam unit untuk angkut berat dan tiga unit untuk VIP. Namun, kemudian pembelian tak kunjung terlaksana.
Presiden Joko Widodo pada Desember 2015 lalu telah menolak usulan TNI Angkatan Udara terkait pengadaan helikopter tersebut.
Menurut Jokowi, pembelian helikopter VVIP itu terlalu mahal di tengah kondisi ekonomi nasional yang belum sepenuhnya bangkit.
Namun, satu tahun berselang, TNI AU tetap membeli satu unit helikopter AW 101. Proses pembeliannya pun menjadi polemik.
sumber : kompas
Ketiga tersangka diduga menyalahgunakan wewenang sehingga menimbulkan kerugian negara.
"Penyidik POM TNI memiliki alat bukti yang cukup untuk meningkatkan status penyelidikan ke tahap penyidikan dan menetapkan tiga tersangka dari anggota militer," ujar Gatot, dalam konferensi pers, di Gedung KPK Jakarta, Jumat (26/5/2017).
Ketiga tersangka adalah, Marsma TNI FA selaku pejabat pembuat komitmen (PPK), dan Letkol. Adm TNI WW selaku pemegang kas.
Kemudian, Pembantu Letnan Dua (Pelda) SS yang menyalurkan dana pada pihak tertentu.
Gatot mengatakan, dari hasil penyelidikan POM TNI, diduga terjadi penyimpangan yang dilakukan para pejabat yang ditunjuk dalam proses pengadaan.
Hasil perhitungan sementara ditemukan kerugian negara sekitar Rp 220 miliar dari nilai proyek Rp 738 miliar.
Dalam kasus ini, penyidik POM TNI telah memeriksa enam saksi dari pihak militer dan tujuh saksi dari pihak sipil.
Sebagai barang bukti, penyidik memblokir rekening bank atas nama PT Diratama Jaya Mandiri.
Perusahaan tersebut merupakan perusahaan penyedia alat utama sistem persenjataan. Rekening bank tersebut berisi uang Rp 139 miliar.
Menurut Gatot, ketiganya diduga tidak hanya melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian keuangan negara, tetapi juga diduga menyalahgunakan wewenang, insubordinasi, melakukan penipuan dan penggelapan.
Pada Februari 2017 lalu, TNI mempersilakan wartawan untuk mengambil foto satu Helikopter AgustaWestland yang terparkir di hanggar Skuadron Teknik 021, Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur.
Kasus pembelian helikopter AgustaWestland pertama kali diungkap Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (6/2/2017).
Gatot berbicara blak-blakan soal kontroversi rencana pembelian helikopter AgustaWestland 101 (AW101).
Gatot protes lantaran rencana pembelian itu tak diketahuinya. Ia juga menyampaikan keluh kesahnya soal wewenang Panglima TNI yang terbatas soal alutsista.
Helikopter yang hendak dibeli sempat disebut-sebut sebanyak enam unit.
Namun, hal itu sudah dibantah Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Hadi Tjahjanto.
Hadi memastikan bahwa pembelian helikopter AgustaWestland 101 (AW 101) hanya satu unit.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI sebelumnya, yakni Agus Supriatna, pernah menyatakan bahwa pihaknya akan membeli helikopter AW 101 sebanyak enam unit untuk angkut berat dan tiga unit untuk VIP. Namun, kemudian pembelian tak kunjung terlaksana.
Presiden Joko Widodo pada Desember 2015 lalu telah menolak usulan TNI Angkatan Udara terkait pengadaan helikopter tersebut.
Menurut Jokowi, pembelian helikopter VVIP itu terlalu mahal di tengah kondisi ekonomi nasional yang belum sepenuhnya bangkit.
Namun, satu tahun berselang, TNI AU tetap membeli satu unit helikopter AW 101. Proses pembeliannya pun menjadi polemik.
sumber : kompas
Sabtu, 27 Mei 2017
SERU.! Bela Warga, Prajurit Kopassus HAJAR 8 Pemuda Mabuk dengan Tangan Kosong!
Kopassus TNI AD memberi keterangan mengenai kabar perkelahian jalanan antara seorang anggotanya dengan delapan pemuda mabuk di jalan Tanjung Sari, Sumedang pada hari Kamis malam (25/5).
Kepala Penerangan Kopassus, Letkol Inf Joko Tri Hadimantoyo, menerangkan kejadian itu berlangsung pukul 20.30 WIB. Seorang anggota Kopassus, Sertu Wahyu Fajar Dwiyana (27 tahun), sebenarnya membantu seorang warga yang dikeroyok sekelompok pemuda mabuk.
Prajurit yang bertugas di Makopassus Cijantung itu kebetulan sedang izin cuti untuk melangsungkan pernikahan. Sekitar pukul 20.00 WIB malam itu ia keluar rumah untuk membeli lampu. Saat perjalanan pulang berkendara sepeda motor di Jalan Tanjung Sari, Sertu Wahyu melihat warga pengendara motor yang sedang melintas dihadang dan dikeroyok brutal oleh sekelompok pemuda mabuk.
Wahyu Fajar spontan turun dari motornya dan awalnya mengimbau secara baik-baik agar para pemuda yang berjumlah delapan orang itu tidak melanjutkan aksinya.
"Tidak terima dengan teguran yang dilakukan Sertu Wahyu Fajar, kedelapan pemuda tersebut berbalik berusaha mengeroyok Sertu Wahyu meskipun dirinya sudah mengaku anggota TNI," jelas Letkol Inf Joko Hadimantoyo, kepada wartawan.
Selanjutnya terjadi perkelahian yang tidak seimbang. Sertu Wahyu Fajar Dwiyana membela diri dan berhasil memukul roboh salah satu pengeroyok sehingga tergeletak di jalan. Sementara tujuh pemuda lainnya melarikan diri ke berbagai arah.
Satu pengeroyok yang berhasil diringkus dibawa ke Koramil setempat yaitu Koramil Tanjung Sari Sumedang dengan korban pengendara motor sebagai saksi.
Selanjutnya, pelaku pengeroyokan yang berhasil dilumpuhkan diserahkan ke Polsek Tanjung Sari untuk diperiksa dan menjalani proses hukum lebih lanjut. Sedangkan warga yang menjadi korban kembali ke rumahnya
Sumber : rmol
Kepala Penerangan Kopassus, Letkol Inf Joko Tri Hadimantoyo, menerangkan kejadian itu berlangsung pukul 20.30 WIB. Seorang anggota Kopassus, Sertu Wahyu Fajar Dwiyana (27 tahun), sebenarnya membantu seorang warga yang dikeroyok sekelompok pemuda mabuk.
Prajurit yang bertugas di Makopassus Cijantung itu kebetulan sedang izin cuti untuk melangsungkan pernikahan. Sekitar pukul 20.00 WIB malam itu ia keluar rumah untuk membeli lampu. Saat perjalanan pulang berkendara sepeda motor di Jalan Tanjung Sari, Sertu Wahyu melihat warga pengendara motor yang sedang melintas dihadang dan dikeroyok brutal oleh sekelompok pemuda mabuk.
Wahyu Fajar spontan turun dari motornya dan awalnya mengimbau secara baik-baik agar para pemuda yang berjumlah delapan orang itu tidak melanjutkan aksinya.
"Tidak terima dengan teguran yang dilakukan Sertu Wahyu Fajar, kedelapan pemuda tersebut berbalik berusaha mengeroyok Sertu Wahyu meskipun dirinya sudah mengaku anggota TNI," jelas Letkol Inf Joko Hadimantoyo, kepada wartawan.
Selanjutnya terjadi perkelahian yang tidak seimbang. Sertu Wahyu Fajar Dwiyana membela diri dan berhasil memukul roboh salah satu pengeroyok sehingga tergeletak di jalan. Sementara tujuh pemuda lainnya melarikan diri ke berbagai arah.
Satu pengeroyok yang berhasil diringkus dibawa ke Koramil setempat yaitu Koramil Tanjung Sari Sumedang dengan korban pengendara motor sebagai saksi.
Selanjutnya, pelaku pengeroyokan yang berhasil dilumpuhkan diserahkan ke Polsek Tanjung Sari untuk diperiksa dan menjalani proses hukum lebih lanjut. Sedangkan warga yang menjadi korban kembali ke rumahnya
Sumber : rmol
Bikin Klepek Klepek Negara Adidaya, TNI-AD Kembali Juara Menembak Tingkat Dunia.!
TNI Angkatan Darat kembali menorehkan prestasi gemilang di pentas internasional dengan menjadi Juara Umum dalam lomba tembak bergengsi antar Angkatan Darat dari 20 negara.
Lomba diselenggarakan oleh Angkatan Darat Australia (Royal Australian Army) yang bertajuk Australian Army of Skill Arms at Meeting (AASAM), berlangsung pada tanggal 5-26 Mei 2017, di Puckapunyal Military Range, Victoria, Australia.
TNI AD keluar sebagai juara umum AASAM tahun 2017 setelah meraih 28 medali emas, 6 perak dan 5 perunggu di berbagai materi lomba tembak yang diperebutkan.
Tahun lalu, dalam lomba yang sama, TNI AD menjadi juara umum dengan meraih 23 medali emas dari 50 medali emas yang diperebutkan.
Tahun ini adalah ke-10 kalinya TNI AD meraih juara umum dalam AASAM.
Negara-negara yang ikut berpartisipasi pada lomba tembak internasional tahunan ini adalah Indonesia, Australia, Jepang, Uni Emirat Arab, Anzac, Philipina, US Army, Inggris, Canada, Malaysia, Thailand, US Marines, Korea, Singapura, New Zealand, Kamboja, Timor Leste, Tonga, PNG dan Perancis.
Kontingen TNI AD berjumlah 14 orang, 4 official dan 10 petembak pada AASAM 2017 ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Inf Josep T. Sidabutar yang sehari-hari menjabat Kepala Staf Brigif Para Raider 17 Kostrad.
"Selama berpartisipasi pada Lomba Tembak AASAM, TNI AD senantiasa menjadi juara umum sejak pertandingan di Puckapunyal 2008, dengan menggunakan senjata jenis SS-2 V4 buatan PT Pindad yang merupakan senjata organik pasukan Kostrad," ujar Letnan Kolonel Inf Josep T. Sidabutar.
Serda Woli Hamsan yang kesehariannya berdinas di Detasemen Markas (Denma) Markas Divisi Infanteri 1 Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, pun menjadi Petembak Terbaik pada Lomba Tembak AASAM tahun ini. Dia tergabung di 10 orang Petembak TNI AD.
Serda Woli Hamsan telah tujuh kali mengikuti ajang AASAM.
"Tentunya bangga dapat membawa harum nama Indonesia dan TNI. Ini membuktikan jika prajurit TNI Indonesia tangguh dan tidak bisa dianggap remeh," ujar Serda Woli Hamsan.
Rencananya, kedatangan tim kontingen TNI AD dari Australia ke Tanah Air berlangsung pada hari Minggu lusa (28/5) dengan menggunakan maskapai Garuda Indonesia.
Berikut perolehan akhir medali AASAM pada tanggal 26 Mei 2017
1. Indonesia : 28 Emas, 6 Perak, 5 Perunggu.
2. Australia : 14 Emas, 16 Perak, 16 Perunggu.
3. Jepang : 10 Emas, 7 Perak, 7 Perunggu.
4. Uni Emirat Arab : 2 Emas.
5. Anzac : 3 Emas, 3 Perak.
6. Philipina : 4 Emas, 4 Perak, 4 Perunggu.
7. US Army : 1 Emas, 1 Perunggu.
8. UK (Inggris) : 1 Perak, 2 Perunggu.
9. Canada : 2 Emas, 5 Perak, 4 Perunggu.
10. Malaysia : 1 Perak, 3 Perunggu.
11. Thailand : 1 Emas, 4 Perak, 2 Perunggu.
12. US Marines : 2 Perunggu.
13. Korea : 2 Emas, 3 Perak, 1 Perunggu.
14. Singapura : 2 Perak.
15. New Zealand : 1 Emas, 1 Perak, 1 Perunggu.
16. Kamboja : Nihil.
17. Timor Leste : Nihil.
18. Tonga : Nihil.
19. PNG : Nihil.
20. Perancis : Nihil.
sumber : rmol
Lomba diselenggarakan oleh Angkatan Darat Australia (Royal Australian Army) yang bertajuk Australian Army of Skill Arms at Meeting (AASAM), berlangsung pada tanggal 5-26 Mei 2017, di Puckapunyal Military Range, Victoria, Australia.
TNI AD keluar sebagai juara umum AASAM tahun 2017 setelah meraih 28 medali emas, 6 perak dan 5 perunggu di berbagai materi lomba tembak yang diperebutkan.
Tahun lalu, dalam lomba yang sama, TNI AD menjadi juara umum dengan meraih 23 medali emas dari 50 medali emas yang diperebutkan.
Tahun ini adalah ke-10 kalinya TNI AD meraih juara umum dalam AASAM.
Negara-negara yang ikut berpartisipasi pada lomba tembak internasional tahunan ini adalah Indonesia, Australia, Jepang, Uni Emirat Arab, Anzac, Philipina, US Army, Inggris, Canada, Malaysia, Thailand, US Marines, Korea, Singapura, New Zealand, Kamboja, Timor Leste, Tonga, PNG dan Perancis.
Kontingen TNI AD berjumlah 14 orang, 4 official dan 10 petembak pada AASAM 2017 ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Inf Josep T. Sidabutar yang sehari-hari menjabat Kepala Staf Brigif Para Raider 17 Kostrad.
"Selama berpartisipasi pada Lomba Tembak AASAM, TNI AD senantiasa menjadi juara umum sejak pertandingan di Puckapunyal 2008, dengan menggunakan senjata jenis SS-2 V4 buatan PT Pindad yang merupakan senjata organik pasukan Kostrad," ujar Letnan Kolonel Inf Josep T. Sidabutar.
Serda Woli Hamsan yang kesehariannya berdinas di Detasemen Markas (Denma) Markas Divisi Infanteri 1 Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, pun menjadi Petembak Terbaik pada Lomba Tembak AASAM tahun ini. Dia tergabung di 10 orang Petembak TNI AD.
Serda Woli Hamsan telah tujuh kali mengikuti ajang AASAM.
"Tentunya bangga dapat membawa harum nama Indonesia dan TNI. Ini membuktikan jika prajurit TNI Indonesia tangguh dan tidak bisa dianggap remeh," ujar Serda Woli Hamsan.
Rencananya, kedatangan tim kontingen TNI AD dari Australia ke Tanah Air berlangsung pada hari Minggu lusa (28/5) dengan menggunakan maskapai Garuda Indonesia.
Berikut perolehan akhir medali AASAM pada tanggal 26 Mei 2017
1. Indonesia : 28 Emas, 6 Perak, 5 Perunggu.
2. Australia : 14 Emas, 16 Perak, 16 Perunggu.
3. Jepang : 10 Emas, 7 Perak, 7 Perunggu.
4. Uni Emirat Arab : 2 Emas.
5. Anzac : 3 Emas, 3 Perak.
6. Philipina : 4 Emas, 4 Perak, 4 Perunggu.
7. US Army : 1 Emas, 1 Perunggu.
8. UK (Inggris) : 1 Perak, 2 Perunggu.
9. Canada : 2 Emas, 5 Perak, 4 Perunggu.
10. Malaysia : 1 Perak, 3 Perunggu.
11. Thailand : 1 Emas, 4 Perak, 2 Perunggu.
12. US Marines : 2 Perunggu.
13. Korea : 2 Emas, 3 Perak, 1 Perunggu.
14. Singapura : 2 Perak.
15. New Zealand : 1 Emas, 1 Perak, 1 Perunggu.
16. Kamboja : Nihil.
17. Timor Leste : Nihil.
18. Tonga : Nihil.
19. PNG : Nihil.
20. Perancis : Nihil.
sumber : rmol
Rabu, 24 Mei 2017
Dianggap Layak Jadi Cawapres, Ini Jawaban Mengejutkan dari Panglima TNI!
Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tandjung mengakui nama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo sempat disuarakan oleh kader Golkar pada forum Rapimnas II Partai Golkar di Balikpapan, Kalimantan Timur, menjadi cawapres di 2019.
Dikonfirmasi soal itu, Jenderal Gatot Nurmantyo enggan menanggapinya. "Saya enggak nanggapin (pernyataan Akbar Tandjung)," kata Gatot di Gedung BPSDM Kemendagri, Jalan TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (24/5).
Gatot menegaskan saat ini masih menjabat sebagai Panglima TNI. Dia juga mengatakan saat ini menjadi bawahan Presiden Jokowi.
"Saya sekarang panglima TNI, anak buahnya Pak Jokowi," tegas Gatot.
Diketahui, selain mengakui kader Golkar menyuarakan Jenderal Gatot diusung di Pilpres 2019, Akbar Tandjung juga memuji Panglima TNI itu memenuhi syarat sebagai pemimpin nasional. Akbar bahkan menyebut Jenderal Gatot layak menjadi cawapres.
"Memang di Indonesia ini, kalau dia sudah memiliki posisi tinggi, Panglima TNI. Itu adalah dalam posisi orang itu layak untuk menjadi wakil presiden," katanya
sumber : merdeka.com
Dikonfirmasi soal itu, Jenderal Gatot Nurmantyo enggan menanggapinya. "Saya enggak nanggapin (pernyataan Akbar Tandjung)," kata Gatot di Gedung BPSDM Kemendagri, Jalan TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (24/5).
Gatot menegaskan saat ini masih menjabat sebagai Panglima TNI. Dia juga mengatakan saat ini menjadi bawahan Presiden Jokowi.
"Saya sekarang panglima TNI, anak buahnya Pak Jokowi," tegas Gatot.
Diketahui, selain mengakui kader Golkar menyuarakan Jenderal Gatot diusung di Pilpres 2019, Akbar Tandjung juga memuji Panglima TNI itu memenuhi syarat sebagai pemimpin nasional. Akbar bahkan menyebut Jenderal Gatot layak menjadi cawapres.
"Memang di Indonesia ini, kalau dia sudah memiliki posisi tinggi, Panglima TNI. Itu adalah dalam posisi orang itu layak untuk menjadi wakil presiden," katanya
sumber : merdeka.com
Selasa, 23 Mei 2017
MANTAP JIWA.! Kopassus Buka Pendaftaran Ekspedisi NKRI, Ayo Ikut!
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat kembali membuka pendaftaran calon peserta Ekspedisi NKRI yang pada 2017 bertema “Peduli Masyarakat dan Lestarikan Alam Indonesia” di Koridor Papua Selatan.
“Ekspedisi NKRI 2017 akan dilaksanakan pada Agustus hingga November merupakan gabungan dengan Ekspedisi Bhakti PMK dengan nama Ekspedisi NKRI Koridor Papua Bagian Selatan 2017,” kata Perwira Penerangan Ekspedisi NKRI 2017 Letkol Inf Achmad Munir melalui siaran pers diterima di Jakarta, Minggu.
Pendaftaran calon peserta Ekspedisi NKRI Koridor Papua Bagian Selatan 2017 dapat dilakukan secara daring melalui situs web www.ekspedisinkri.com. Pendaftaran dibuka sejak 19 Mei 2017 hingga 18 Juni 2017.
Munir mengatakan Ekspedisi NKRI bertujuan melakukan identifikasi pengembangan potensi sumber daya alam, meningkatkan pelayanan kemasyarakatan terutama pada bidang pembangunan manusia dan kebudayaan, meningkatkan partisipasi masyarakat terutama generasi muda yang berkarakter dan berwawasan kebangsaan serta memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Ekspedisi NKRI Koridor Papua Bagian selatan 2017 mengajak seluruh komponen yang terdiri atas perguruan tinggi, TNI, Polri, lembaga swadaya masyarakat, pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
“Tiga materi yang akan dilaksanakan pada Ekspedisi NKRI Koridor Papua Bagian Selatan 2017 adalah Serbuan Teritorial atau pengabdian masyarakat, Penelitian dan Penjelajahan,” tuturnya.
Area Ekspedisi NKRI Koridor Papua Bagian Selatan 2017 dibagi dalam dua koordinator wilayah. Wilayah I berkedudukan di Merauke meliputi Subkorwil-1 Asmat di Kabupaten Asmat, Sunkorwil-2 Mappi di Kabupaten Mappi dan Subkorwil-3 Merauke di Kabupaten Merauke.
Sedangkan Wilayah II berkedudukan di Boven Digul meliputi Subkorwil-4 Mindiptana di Kabupaten Boven Digul dan Subkorwil-5 di Tanah Merah.
Ekspedisi NKRI Koridor Papua Bagian Selatan 2017 merupakan Ekspedisi NKRI yang ketujuh. Eskpedisi serupa yang pernah dilakukan yaitu Ekspedisi Bukti Barisan 2011 di Sumatera, Ekspedisi Khatulistiwa 2012 di Kalimantan, (Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013), Ekspedisi NKRI Koridor Maluku dan Maluku Utara 2014, Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara 2015 dan Ekspedisi NKRI Koridor Papua Barat 2016.
sumber : klikkabar
“Ekspedisi NKRI 2017 akan dilaksanakan pada Agustus hingga November merupakan gabungan dengan Ekspedisi Bhakti PMK dengan nama Ekspedisi NKRI Koridor Papua Bagian Selatan 2017,” kata Perwira Penerangan Ekspedisi NKRI 2017 Letkol Inf Achmad Munir melalui siaran pers diterima di Jakarta, Minggu.
Pendaftaran calon peserta Ekspedisi NKRI Koridor Papua Bagian Selatan 2017 dapat dilakukan secara daring melalui situs web www.ekspedisinkri.com. Pendaftaran dibuka sejak 19 Mei 2017 hingga 18 Juni 2017.
Munir mengatakan Ekspedisi NKRI bertujuan melakukan identifikasi pengembangan potensi sumber daya alam, meningkatkan pelayanan kemasyarakatan terutama pada bidang pembangunan manusia dan kebudayaan, meningkatkan partisipasi masyarakat terutama generasi muda yang berkarakter dan berwawasan kebangsaan serta memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Ekspedisi NKRI Koridor Papua Bagian selatan 2017 mengajak seluruh komponen yang terdiri atas perguruan tinggi, TNI, Polri, lembaga swadaya masyarakat, pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
“Tiga materi yang akan dilaksanakan pada Ekspedisi NKRI Koridor Papua Bagian Selatan 2017 adalah Serbuan Teritorial atau pengabdian masyarakat, Penelitian dan Penjelajahan,” tuturnya.
Area Ekspedisi NKRI Koridor Papua Bagian Selatan 2017 dibagi dalam dua koordinator wilayah. Wilayah I berkedudukan di Merauke meliputi Subkorwil-1 Asmat di Kabupaten Asmat, Sunkorwil-2 Mappi di Kabupaten Mappi dan Subkorwil-3 Merauke di Kabupaten Merauke.
Sedangkan Wilayah II berkedudukan di Boven Digul meliputi Subkorwil-4 Mindiptana di Kabupaten Boven Digul dan Subkorwil-5 di Tanah Merah.
Ekspedisi NKRI Koridor Papua Bagian Selatan 2017 merupakan Ekspedisi NKRI yang ketujuh. Eskpedisi serupa yang pernah dilakukan yaitu Ekspedisi Bukti Barisan 2011 di Sumatera, Ekspedisi Khatulistiwa 2012 di Kalimantan, (Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013), Ekspedisi NKRI Koridor Maluku dan Maluku Utara 2014, Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara 2015 dan Ekspedisi NKRI Koridor Papua Barat 2016.
sumber : klikkabar
NYESEK.! Panglima TNI Baca Puisi "TAPI BUKAN KAMI PUNYA" Tentang Kondisi Riil Indonesia!
Gatot Nurmantyo |
Gatot hadir di lokasi acara yang bertempat di Novotel Hotel, Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (22/5/2017) didampingi sejumlah petinggi TNI. Gatot berbicara banyak isu bangsa, salah satunya soal pengungsi ilegal.
"Pengungsi ilegal masuk, pulau kita banyak, ini yang sangat bahaya. Dampak imigrasi penduduk, dulu ada bangsa Indian, sekarang nggak ada, hampir punah. Aborigin sekarang hampir punah," tutur Gatot sembari menunjukkan slide tentang peta jalur imigrasi di seluruh dunia.
Gatot mengatakan dia punya puisi yang tepat terkait pembahasan soal pengungsi ilegal. Puisi tersebut milik Denny JA yang berjudul 'Tapi Bukan Kami Punya'. Dia lantas membacakan puisi itu.
"Lihatlah aneka barang, dijual belikan orang. Oh makmurnya, tapi bukan kami punya," demikian bunyi penggalan puisi yang dibacakan Gatot.
Gatot pun lalu menyimpulkan isi puisi tersebut. Menurutnya, puisi itu menceritakan soal tangisan di suatu wilayah.
"Ini tangisan suatu wilayah, dulu dihuni Melayu, di Singapura, sekarang menjadi seperti ini (sambil memperlihatan slide tentang pengungsi). Kalau kita tak waspada, suatu saat bapak ibu sekalian, anak cucunya tidak lagi tinggal di sini. Gampangnya, kita ke Jakarta semua teratur rapi, punya Betawi di sana?" sebut Gatot.
Gatot lalu berpesan ke Golkar terkait puisi ini. Menurutnya, Golkar harus bisa memiliki bangsa Indonesia seutuhnya.
"Partai Golkar adalah partai rakyat. PR buat Anda semuanya untuk memiliki bangsa dan negara. Itu ancaman pertama yang paling signifikan dan secara pasti bergerak di Indonesia," tandasnya.
Berikut puisi lengkap 'Tapi Bukan Kami Punya' yang dibacakan Gatot:
Sungguh Jaka tak mengerti
Mengapa ia dipanggil ke sini.
Dilihatnya Garuda Pancasila
Tertempel di dinding dengan gagah.
Dari mata burung Garuda
Ia melihat dirinya
Dari dada burung Garuda
Ia melihat desa
Daru kaki burung Garuda
Ia melihat kota
Dari kepala burung Garuda
Ia melihat Indonesia.
Lihatlah hidup di desa
Sangat subur tanahnya
Sangat luas sawahnya
Tapi bukan kami punya
Lihat padi menguning
Menghiasi bumi sekeliling
Desa yang kaya raya
Tapi bukan kami punya
Lihatlah hidup di kota
Pasar swalayan tertata
Ramai pasarnya
Tapi bukan kami punya
Lihatlah aneka barang
Dijual belikan orang
Oh makmurnya
Tapi bukan kami punya
sumber : detik
Minggu, 21 Mei 2017
Melihat Betapa Ngerinya TONTAIPUR, Pasukan Kecil Tapi Benar-Benar MENGGIGIT!
Tontaipur merupakan pasukan elite yang berada di bawah Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Para anggotanya diambil dari kesatuan di bawah Kostrad, dan tidak semuanya bisa menjadi bagian dari pasukan ini. Para prajurit yang bergabung wajib melalui pelatihan berat yang berlangsung selama tujuh bulan lamanya. Kualifikasi yang diberikan juga cukup tinggi, alhasil cuma 500 prajurit saja yang lulus, tak heran jika jumlahnya tak terlalu besar.
Sesuai namanya, para prajurit tak hanya dilatih untuk menguasai kemampuan darat saja, tapi juga laut dan udara. Seluruh latihan dilakukan di markas-markas pasukan elite yang dimiliki TNI, yakni latihan tempur di Gunung Sangga Buana, latihan intelijen/Sandha di Pusdik Passus, latihan teknik tempur bawah air di Satuan Pasukan Katak Armada RI Kawasan Barat dan latihan aplikasi latihan berganda di Situ Lembang.
Seluruh latihan ini untuk menguji kemampuan para prajurit agar efektif di medan tempur. Seluruh tahap tersebut tak cuma diperuntukkan bagi Tamtama, tapi juga Bintara maupun Perwira. Hingga kini, latihan berat Tontaipur hanya mampu meluluskan 100 personel dalam lima gelombang.
Tentara Elit
Kopassus bukanlah satu-satunya satuan elit angkatan darat yang dipunyai Indonesia. Ya, masih ada satu lagi pasukan spesial TNI-AD yang mungkin namanya jarang dikenal, tapi keahliannya juga luar biasa. Bahkan mungkin lebih greget dari Kopassus sendiri. Nama pasukan ini adalah Tontaipur yang artinya Peleton Intai Tempur.
Satuan satu ini tidak begitu dikenal karena jumlah anggotanya begitu sedikit. Tapi, meskipun sedikit, Tontaipur ibarat hornet di antara sekawanan lebah. Tahu hornet, kan? Lebah raksasa yang jumlahnya sedikit tapi sekali menyerang bisa membunuh ratusan ribu lebah. Sedikit tapi sangat mematikan.
Tontaipur terkonsentrasi di ranah darat. Alhasil, mereka sangat ahli di bidang ini lebih dari pasukan elit lainnya di Indonesia. Nah, masih tentang si pasukan elit satu ini, berikut adalah fakta-fakta sangar Tontaipur yang pasti bikin kamu bangga.
Tontaipur Isinya Adalah Manusia-Manusia Luar Biasa
Sama seperti pasukan elit lainnya, kualifikasi anggota Tontaipur ini lebih dari tentara biasa. Untuk bisa masuk ke dalamnya, seorang tentara harus menyanggupi syarat-syarat tertentu yang sangat berat. Mulai dari kemampuan fisik sampai inteligen.
Tontaipur sendiri isinya adalah anggota Kostrad yang terpilih melalui sebuah seleksi ketat dan berturut-turut. Setelah itu, masih dipilih-pilih lagi sehingga melahirkan anggota-anggota yang benar-benar berkualitas tinggi. Salah satu alasan kenapa Tontaipur anggotanya sedikit ya karena seleksi yang begitu ketat ini.
Tontaipur Cuma Sedikit Tapi Benar-Benar Menggigit
Tontaipur memang hanya terdiri dari segelintir orang per angkatan, tapi bukan berarti mereka ecek-ecek. Meskipun hanya sedikit jumlah anggotanya, mereka itu benar-benar sangat mematikan. Kalau boleh diumpamakan, satu anggota Tontaipur mungkin sama hebatnya seperti 10-20 tentara biasa.
Jumlahnya yang sedikit sebenarnya adalah faktor yang disengaja. Gagasan ini berawal dari pengalaman para pendahulu TNI yang mengatakan jika dalam beberapa misi tertentu jumlah anggota yang sedikit jauh lebih efektif dan mematikan. Tapi konsekuensi dari jumlah yang sedikit ini adalah para anggotanya harus punya skill yang jauh lebih hebat. Kemudian dari gagasan tersebut tercetuslah Tontaipur.
Menengok Ngerinya Latihan Tontaipur
Setelah seleksi yang begitu ketat dan luar biasa, para anggota Tontaipur harus mengikuti sejumlah latihan-latihan untuk memantapkan skill mereka. Diketahui setidaknya ada empat tahap latihan yang harus mereka lakukan untuk menjadi seorang Tontaipur sejati.
Tahap pertama berupa latihan tempur di alam. Latihan ini bentuknya mirip simulasi perang dengan medan pertempuran berupa hutan atau pegunungan. Tahap selanjutnya adalah latihan intelijen. Di sini para anggota Tontaipur diajarkan rahasia-rahasia soal intelijen tempur. Tahap selanjutnya adalah latihan teknik tempur bawah air. Katanya di latihan ini mereka bekerja sama dengan para anggota Kopaska. Dan latihan yang terakhir adalah simulasi tempur yang menggabungkan semua latihan sebelumnya. Sungguh luar biasa! Tentara biasa pasti bakal ampun-ampunan dengan menu latihan macam begitu.
Tontaipur, Jago Darat tapi Menguasai Tri Matra
Tointaipur secara umum memang ditempatkan di darat. Meskipun begitu, bukan berarti mereka nggak punya keahlian laut dan udara. Tontaipur diketahui sangat cakap hampir di semua tempat atau istilah militernya mereka menguasai apa yang dinamakan dengan Tri Matra.
Kenapa mereka bisa begitu, jawabannya jelas karena latihan. Mereka memang sering berdampingan dengan pasukan-pasukan elit lainnya agar bisa menguasai skill yang sama, baik di ranah udara maupun laut. Kemampuan Tri Matra Tontaipur ini pun membuat mereka bisa digabungkan di unit mana pun ketika dibutuhkan.
Tontaipur Dimanjakan dengan Alutsista Terbaik
Nggak hanya skill yang membuat Tontaipur itu sangar, tapi juga dukungan alutsista yang mereka punyai. Selama ini Tontaipur selalu diservis dengan deretan alutsista nomor wahid yang dimiliki republik ini. Mulai dari senjata-senjata tempur terbaik, sampai perlengkapan perang lain macam body armor nomor satu dan night vision.
Tidak hanya terbatas senjata dan perlengkapan tempur, mereka ini juga didukung oleh kendaraan-kendaraan perang terbaik. Alhasil, Tontaipur pun benar-benar sangat mematikan. Ibaratnya mereka ini mewakili kekuatan militer Indonesia itu sendiri. Mereka sangat komplit dan mematikan. Ada ujaran yang mengatakan kalau Indonesia sebenarnya cukup mengirim Tontaipur saja ketika terjadi perang. Mereka pasti bisa menang karena kemampuan lengkap yang dimilikinya.
sumber : viva.co.id
Sesuai namanya, para prajurit tak hanya dilatih untuk menguasai kemampuan darat saja, tapi juga laut dan udara. Seluruh latihan dilakukan di markas-markas pasukan elite yang dimiliki TNI, yakni latihan tempur di Gunung Sangga Buana, latihan intelijen/Sandha di Pusdik Passus, latihan teknik tempur bawah air di Satuan Pasukan Katak Armada RI Kawasan Barat dan latihan aplikasi latihan berganda di Situ Lembang.
Seluruh latihan ini untuk menguji kemampuan para prajurit agar efektif di medan tempur. Seluruh tahap tersebut tak cuma diperuntukkan bagi Tamtama, tapi juga Bintara maupun Perwira. Hingga kini, latihan berat Tontaipur hanya mampu meluluskan 100 personel dalam lima gelombang.
Tentara Elit
Kopassus bukanlah satu-satunya satuan elit angkatan darat yang dipunyai Indonesia. Ya, masih ada satu lagi pasukan spesial TNI-AD yang mungkin namanya jarang dikenal, tapi keahliannya juga luar biasa. Bahkan mungkin lebih greget dari Kopassus sendiri. Nama pasukan ini adalah Tontaipur yang artinya Peleton Intai Tempur.
Satuan satu ini tidak begitu dikenal karena jumlah anggotanya begitu sedikit. Tapi, meskipun sedikit, Tontaipur ibarat hornet di antara sekawanan lebah. Tahu hornet, kan? Lebah raksasa yang jumlahnya sedikit tapi sekali menyerang bisa membunuh ratusan ribu lebah. Sedikit tapi sangat mematikan.
Tontaipur terkonsentrasi di ranah darat. Alhasil, mereka sangat ahli di bidang ini lebih dari pasukan elit lainnya di Indonesia. Nah, masih tentang si pasukan elit satu ini, berikut adalah fakta-fakta sangar Tontaipur yang pasti bikin kamu bangga.
Tontaipur Isinya Adalah Manusia-Manusia Luar Biasa
Sama seperti pasukan elit lainnya, kualifikasi anggota Tontaipur ini lebih dari tentara biasa. Untuk bisa masuk ke dalamnya, seorang tentara harus menyanggupi syarat-syarat tertentu yang sangat berat. Mulai dari kemampuan fisik sampai inteligen.
Tontaipur sendiri isinya adalah anggota Kostrad yang terpilih melalui sebuah seleksi ketat dan berturut-turut. Setelah itu, masih dipilih-pilih lagi sehingga melahirkan anggota-anggota yang benar-benar berkualitas tinggi. Salah satu alasan kenapa Tontaipur anggotanya sedikit ya karena seleksi yang begitu ketat ini.
Tontaipur Cuma Sedikit Tapi Benar-Benar Menggigit
Tontaipur memang hanya terdiri dari segelintir orang per angkatan, tapi bukan berarti mereka ecek-ecek. Meskipun hanya sedikit jumlah anggotanya, mereka itu benar-benar sangat mematikan. Kalau boleh diumpamakan, satu anggota Tontaipur mungkin sama hebatnya seperti 10-20 tentara biasa.
Jumlahnya yang sedikit sebenarnya adalah faktor yang disengaja. Gagasan ini berawal dari pengalaman para pendahulu TNI yang mengatakan jika dalam beberapa misi tertentu jumlah anggota yang sedikit jauh lebih efektif dan mematikan. Tapi konsekuensi dari jumlah yang sedikit ini adalah para anggotanya harus punya skill yang jauh lebih hebat. Kemudian dari gagasan tersebut tercetuslah Tontaipur.
Menengok Ngerinya Latihan Tontaipur
Setelah seleksi yang begitu ketat dan luar biasa, para anggota Tontaipur harus mengikuti sejumlah latihan-latihan untuk memantapkan skill mereka. Diketahui setidaknya ada empat tahap latihan yang harus mereka lakukan untuk menjadi seorang Tontaipur sejati.
Tahap pertama berupa latihan tempur di alam. Latihan ini bentuknya mirip simulasi perang dengan medan pertempuran berupa hutan atau pegunungan. Tahap selanjutnya adalah latihan intelijen. Di sini para anggota Tontaipur diajarkan rahasia-rahasia soal intelijen tempur. Tahap selanjutnya adalah latihan teknik tempur bawah air. Katanya di latihan ini mereka bekerja sama dengan para anggota Kopaska. Dan latihan yang terakhir adalah simulasi tempur yang menggabungkan semua latihan sebelumnya. Sungguh luar biasa! Tentara biasa pasti bakal ampun-ampunan dengan menu latihan macam begitu.
Tontaipur, Jago Darat tapi Menguasai Tri Matra
Tointaipur secara umum memang ditempatkan di darat. Meskipun begitu, bukan berarti mereka nggak punya keahlian laut dan udara. Tontaipur diketahui sangat cakap hampir di semua tempat atau istilah militernya mereka menguasai apa yang dinamakan dengan Tri Matra.
Kenapa mereka bisa begitu, jawabannya jelas karena latihan. Mereka memang sering berdampingan dengan pasukan-pasukan elit lainnya agar bisa menguasai skill yang sama, baik di ranah udara maupun laut. Kemampuan Tri Matra Tontaipur ini pun membuat mereka bisa digabungkan di unit mana pun ketika dibutuhkan.
Tontaipur Dimanjakan dengan Alutsista Terbaik
Nggak hanya skill yang membuat Tontaipur itu sangar, tapi juga dukungan alutsista yang mereka punyai. Selama ini Tontaipur selalu diservis dengan deretan alutsista nomor wahid yang dimiliki republik ini. Mulai dari senjata-senjata tempur terbaik, sampai perlengkapan perang lain macam body armor nomor satu dan night vision.
Tidak hanya terbatas senjata dan perlengkapan tempur, mereka ini juga didukung oleh kendaraan-kendaraan perang terbaik. Alhasil, Tontaipur pun benar-benar sangat mematikan. Ibaratnya mereka ini mewakili kekuatan militer Indonesia itu sendiri. Mereka sangat komplit dan mematikan. Ada ujaran yang mengatakan kalau Indonesia sebenarnya cukup mengirim Tontaipur saja ketika terjadi perang. Mereka pasti bisa menang karena kemampuan lengkap yang dimilikinya.
sumber : viva.co.id
Sabtu, 20 Mei 2017
WAJIB TAHU! Ternyata, Inilah Perbedaan Grup I, II, dan III di Dalam KOPASSUS!
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) merupakan pasukan elite di jajaran Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Berbeda dengan pasukan reguler, para prajurit yang bernaung di dalam Kopassus kerap menjalankan misi-misi khusus.
Untuk membedakan dengan pasukan reguler, satuan setingkat Brigade diberi nama Grup. Terdapat tiga grup di Kopassus, yakni Grup I, Grup II dan Grup III.
Di samping grup, terdapat satuan Pusat Pendidikan Pasukan Khusus yang berlokasi di Batujajar, Bandung, serta Satuan 81/Penanggulangan Teror bertempat di Cijantung, Jakarta Timur.
Setiap Grup dipimpin seorang Kolonel. Di bawahnya terdapat Batalyon yang dikomandoi perwira berpangkat Letnan Kolonel. Di bawahnya terdapat detasemen, tim, unit dan satuan tugas khusus, masing-masing dikomandani perwira berpangkat Letnan sampai Mayor sesuai beban tugasnya.
Lalu, apa beda Grup I, II dan III di dalam Kopassus?
Grup I dan Grup II Kopassus memiliki peran yang sama, yakni Para Komando atau disingkat Parako. Dalam penugasannya, mereka bisa diterjunkan di mana saja. Mulai dari operasi lintas udara, hingga penyerbuan amfibi dari laut.
Grup I berdiri pada 23 Maret 1963. Grup I bermarkas di Serang, Banten dan komandan pertama adalah Mayor Benny Moerdani. Grup I membawahi 1.274 personel yang terbagi ke empat batalyon tempur, yakni Batalyon 11/Atulo Sena Baladhika, Batalyon 12/Asabha Sena Baladhika, Batalyon 13/Thikkaviro Sena Baladhika dan Batalyon 14/Bhadrika Sena Baladhika.
Sementara Grup II Kopassus didirikan pada tahun 1962. Grup ini bermarkas di Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Grup II membawahi 1.459 personel yang terbagi ke tiga batalyon tempur, yakni Batalyon 21/Bhirawa Yudha, Batalyon 22/Manggala Yudha, dan Batalyon 23/Dhanuja Yudha.
Berbeda dengan dua grup tersebut, Grup III memiliki penambahan spesialisasi, yakni di bidang intelijen. Hal itu bisa dilihat dari belakang nama satuan, Sandi Yudha.
Satuan ini memiliki spesifikasi tugas perang rahasia berupa 'Clandestine Operation', di antaranya intelijen tempur atau combat intel, dan counter insurgency (kontra pemberontakan). Satuan ini bermarkas di Mako Cijantung.
Tidak mudah menjadi bagian dari satuan ini, setiap calon personel wajib menjalani seleksi yang sangat ketat, mulai dari calon prajurit yang masih pendidikan hingga personel yang sudah bertugas aktif di kesatuan tetapi punya bakat intelijen akan dilatih lagi.
Sumber : merdeka.com
Untuk membedakan dengan pasukan reguler, satuan setingkat Brigade diberi nama Grup. Terdapat tiga grup di Kopassus, yakni Grup I, Grup II dan Grup III.
Di samping grup, terdapat satuan Pusat Pendidikan Pasukan Khusus yang berlokasi di Batujajar, Bandung, serta Satuan 81/Penanggulangan Teror bertempat di Cijantung, Jakarta Timur.
Setiap Grup dipimpin seorang Kolonel. Di bawahnya terdapat Batalyon yang dikomandoi perwira berpangkat Letnan Kolonel. Di bawahnya terdapat detasemen, tim, unit dan satuan tugas khusus, masing-masing dikomandani perwira berpangkat Letnan sampai Mayor sesuai beban tugasnya.
Lalu, apa beda Grup I, II dan III di dalam Kopassus?
Grup I dan Grup II Kopassus memiliki peran yang sama, yakni Para Komando atau disingkat Parako. Dalam penugasannya, mereka bisa diterjunkan di mana saja. Mulai dari operasi lintas udara, hingga penyerbuan amfibi dari laut.
Grup I berdiri pada 23 Maret 1963. Grup I bermarkas di Serang, Banten dan komandan pertama adalah Mayor Benny Moerdani. Grup I membawahi 1.274 personel yang terbagi ke empat batalyon tempur, yakni Batalyon 11/Atulo Sena Baladhika, Batalyon 12/Asabha Sena Baladhika, Batalyon 13/Thikkaviro Sena Baladhika dan Batalyon 14/Bhadrika Sena Baladhika.
Sementara Grup II Kopassus didirikan pada tahun 1962. Grup ini bermarkas di Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Grup II membawahi 1.459 personel yang terbagi ke tiga batalyon tempur, yakni Batalyon 21/Bhirawa Yudha, Batalyon 22/Manggala Yudha, dan Batalyon 23/Dhanuja Yudha.
Berbeda dengan dua grup tersebut, Grup III memiliki penambahan spesialisasi, yakni di bidang intelijen. Hal itu bisa dilihat dari belakang nama satuan, Sandi Yudha.
Satuan ini memiliki spesifikasi tugas perang rahasia berupa 'Clandestine Operation', di antaranya intelijen tempur atau combat intel, dan counter insurgency (kontra pemberontakan). Satuan ini bermarkas di Mako Cijantung.
Tidak mudah menjadi bagian dari satuan ini, setiap calon personel wajib menjalani seleksi yang sangat ketat, mulai dari calon prajurit yang masih pendidikan hingga personel yang sudah bertugas aktif di kesatuan tetapi punya bakat intelijen akan dilatih lagi.
Sumber : merdeka.com
Tanpa Pandang Bulu, RIO DEWANTO pun Dibentak-bentak di Markas Tentara!
Aktor Rio Dewanto pun pernah menjalani peran sebagai anggota pasukan khusus Garuda, Kapten Satria, dalam film Pasukan Garuda: I Leave My Heart in Lebanon. Film ini juga diproduksi TeBe Silalahi Pictures. Proses syuting dilakukan pada akhir 2016. Pada Juli 2016, Rio ikut pelatihan militer di Batalyon Infanteri 328 Cilodong. "Sebagai persiapan, saya sering joging dan olahraga ringan secara rutin aja sih," katanya.
Namun, saat tiba di lokasi pelatihan, Rio dihadapkan dengan latihan yang jauh lebih berat. Sejak turun dari truk, fisik sudah mulai ditempa. "Kami disuruh jalan jongkok alias squat sampai ke tempat kumpul sambil diteriakin dan dibentak-bentak," kata Rio mengenang. Alhasil, selain fisik, mental pun benar-benar di-push saat boot camp militer.
Latihan fisik lain pun sudah menunggu Rio. Setiap hari dia harus berlari sepanjang 7 hingga 10 kilometer sebanyak 3 kali. Dengan demikian, total sehari bisa 30 km. Tidak mengenakan workout gear, tapi dengan seragam militer dan atributnya yang berat.
"Kami pakai helm 3 kg dan bawa senjata beratnya 7 kg," kata Rio. Bukannya mengenakan running shoes, Rio dan rekan-rekannya mengenakan army boots seberat 0,5 kg. Jadi, total beban yang dibawa mereka selama berlari adalah 10,5 kg.
Pull-up, sit-up, dan push-up menjadi salah satu latihan fisik. Biasanya, di rumah Rio melakukan ketiganya secara bertahap dengan istirahat di sela-sela. "Tapi, waktu di boot camp militer, semuanya harus dilakukan kontinu dengan jumlah minimal 100 kali. Saya sempat kewalahan dan nggak sanggup 100 kali," ujar Rio, lantas tertawa.
Selain itu, selama empat hari, Rio dilatih bela diri yang menuntutnya agar lebih tangkas, lincah, dan kuat. Refleksnya harus bagus demi menghindari serangan. Rio juga belajar komunikasi ala tentara. Misalnya, komunikasi dalam bahasa sandi dan kode, menyampaikan laporan dengan suara tegas, serta telekomunikasi dengan handie-talkie.
Perlakuan yang diterima Rio selama latihan pun tidak istimewa. Jika salah, dia akan dibentak dan ditegur dengan keras walau selebriti. Suami Atiqah Hasiholan itu juga harus terbiasa untuk bergerak sigap. "Misalnya, pas lagi tidur tiba-tiba ada sirene. Maka, kami semua harus segera berbaris di luar barak," katanya.
sumber ; jawapos
Namun, saat tiba di lokasi pelatihan, Rio dihadapkan dengan latihan yang jauh lebih berat. Sejak turun dari truk, fisik sudah mulai ditempa. "Kami disuruh jalan jongkok alias squat sampai ke tempat kumpul sambil diteriakin dan dibentak-bentak," kata Rio mengenang. Alhasil, selain fisik, mental pun benar-benar di-push saat boot camp militer.
Latihan fisik lain pun sudah menunggu Rio. Setiap hari dia harus berlari sepanjang 7 hingga 10 kilometer sebanyak 3 kali. Dengan demikian, total sehari bisa 30 km. Tidak mengenakan workout gear, tapi dengan seragam militer dan atributnya yang berat.
"Kami pakai helm 3 kg dan bawa senjata beratnya 7 kg," kata Rio. Bukannya mengenakan running shoes, Rio dan rekan-rekannya mengenakan army boots seberat 0,5 kg. Jadi, total beban yang dibawa mereka selama berlari adalah 10,5 kg.
Pull-up, sit-up, dan push-up menjadi salah satu latihan fisik. Biasanya, di rumah Rio melakukan ketiganya secara bertahap dengan istirahat di sela-sela. "Tapi, waktu di boot camp militer, semuanya harus dilakukan kontinu dengan jumlah minimal 100 kali. Saya sempat kewalahan dan nggak sanggup 100 kali," ujar Rio, lantas tertawa.
Selain itu, selama empat hari, Rio dilatih bela diri yang menuntutnya agar lebih tangkas, lincah, dan kuat. Refleksnya harus bagus demi menghindari serangan. Rio juga belajar komunikasi ala tentara. Misalnya, komunikasi dalam bahasa sandi dan kode, menyampaikan laporan dengan suara tegas, serta telekomunikasi dengan handie-talkie.
Perlakuan yang diterima Rio selama latihan pun tidak istimewa. Jika salah, dia akan dibentak dan ditegur dengan keras walau selebriti. Suami Atiqah Hasiholan itu juga harus terbiasa untuk bergerak sigap. "Misalnya, pas lagi tidur tiba-tiba ada sirene. Maka, kami semua harus segera berbaris di luar barak," katanya.
sumber ; jawapos
Berapa Nominal Santunan Jika Seorang Prajurit Tewas Dan Gugur? Ternyata Beda! Ini Penjelasannya,,
Seluruh Anggota TNI atau Polri yang meninggal dunia dalam kategori gugur dalam bertugas akan mendapat santunan mencapai Rp 400 juta. Sedangkan yang meninggal dalam kategori tewas mendapat santunan Rp 275 juta.
Dikutip dari INDOPOS (Jawa Pos Group), ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) 102 Tahun 2015 menggantikan aturan sebelumnya yakni PP Nomor 67 tahun 1991.
“Sebelumnya, tidak ada kategori gugur dan tewas, hanya meninggal dalam dinas Rp 100 juta, itu pun berasal dari uang tabungan anggota itu sendiri,” kata Direktur Operasional PT Asabri Adiyatmika dalam keterangan pers, akhir pekan lalu.
Dia menambahkan, kategori gugur dan tewas ditetapkan oleh kepala institusi. Jika yang meninggal adalah anggot TNI, maka yang mengeluarkan status gugur adalah Panglima TNI, sedangkan jika anggota Polri adalah Kapolri.
“Definisi Gugur adalah meninggal dunia dalam melaksanakan tugas operasi di dalam atau luar negeri akibat tindakan langsung dari lawan. Seperti yang polisi menggerebek Narkoba di Bearland, tewas ditembak bandar, itu dikategorikan gugur,” imbuh dia.
Sedangkan kategori tewas adalah meninggal dunia dalam tugas dan dalam perintah dinas, namun bukan karena tindakan langsung lawan. Dia mencontohkan, para anggota Polri yang tewas saat Pesawat Skytruck jatuh di Batam beberapa waktu lalu dan anggota TNI yang pesawatnya jatuh di Papua termasuk dalam kategori tewas. Sedangkan di luar itu adalah meninggal dunia biasa.
“Untuk korban pesawat Skytruck 13 orang sudah dibayarkan saat serah terima jenazah di Pondokcabe, masing-masing Rp 275 juta untuk santunan kategori tewas, dan Rp 30 juta untuk beasiswa anak,” tambah dia.
Sedangkan untuk korban Hercules di Papua sebanyak 12 orang akan dibayarkan pekan ini di Malang, Jawa Timur. Dia mengatakan, jumlah peserta Asabri saat ini sebanyak 1,3 juta orang. Terdiri dari 936.000 anggota Polri, TNI, dan PNS dan 390.000 pensiunan.
Menurut dia, PP terbaru juga mengatur fasilitas pinjaman uang muka perumahan bagi TNI, Polri, dan PNS Kementerian Pertahanan. Jumlah besaran pinjaman uang muka Kredit Pemilikan Rumah, atau KPR yang disediakan maksimal Rp 40 juta. “Fasilitas uang muka tergantung pangkatnya, mulai dari Rp 20 juta, Rp 25 juta, Rp 30 juta, Rp 35 juta, sampai dengan Rp 40 juta untuk perwira tinggi,” kata dia.
Dia menerangkan bahwa salah satu cara bagaimana mengoptimalkan kepada peserta. Peserta dibayarkan pemerintah premi jaminan kecelakaan kerja dan kematian. Sama halnya dengan Jamsostek. "Kalau Beasiswa diberikan kepada 1 anak saja dan dipilih salah satu anak saja. Yang penting belum menikah dan masih sekolah," kata Adiyatmika.
sumber : jawapos
Dikutip dari INDOPOS (Jawa Pos Group), ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) 102 Tahun 2015 menggantikan aturan sebelumnya yakni PP Nomor 67 tahun 1991.
“Sebelumnya, tidak ada kategori gugur dan tewas, hanya meninggal dalam dinas Rp 100 juta, itu pun berasal dari uang tabungan anggota itu sendiri,” kata Direktur Operasional PT Asabri Adiyatmika dalam keterangan pers, akhir pekan lalu.
Dia menambahkan, kategori gugur dan tewas ditetapkan oleh kepala institusi. Jika yang meninggal adalah anggot TNI, maka yang mengeluarkan status gugur adalah Panglima TNI, sedangkan jika anggota Polri adalah Kapolri.
“Definisi Gugur adalah meninggal dunia dalam melaksanakan tugas operasi di dalam atau luar negeri akibat tindakan langsung dari lawan. Seperti yang polisi menggerebek Narkoba di Bearland, tewas ditembak bandar, itu dikategorikan gugur,” imbuh dia.
Sedangkan kategori tewas adalah meninggal dunia dalam tugas dan dalam perintah dinas, namun bukan karena tindakan langsung lawan. Dia mencontohkan, para anggota Polri yang tewas saat Pesawat Skytruck jatuh di Batam beberapa waktu lalu dan anggota TNI yang pesawatnya jatuh di Papua termasuk dalam kategori tewas. Sedangkan di luar itu adalah meninggal dunia biasa.
“Untuk korban pesawat Skytruck 13 orang sudah dibayarkan saat serah terima jenazah di Pondokcabe, masing-masing Rp 275 juta untuk santunan kategori tewas, dan Rp 30 juta untuk beasiswa anak,” tambah dia.
Sedangkan untuk korban Hercules di Papua sebanyak 12 orang akan dibayarkan pekan ini di Malang, Jawa Timur. Dia mengatakan, jumlah peserta Asabri saat ini sebanyak 1,3 juta orang. Terdiri dari 936.000 anggota Polri, TNI, dan PNS dan 390.000 pensiunan.
Menurut dia, PP terbaru juga mengatur fasilitas pinjaman uang muka perumahan bagi TNI, Polri, dan PNS Kementerian Pertahanan. Jumlah besaran pinjaman uang muka Kredit Pemilikan Rumah, atau KPR yang disediakan maksimal Rp 40 juta. “Fasilitas uang muka tergantung pangkatnya, mulai dari Rp 20 juta, Rp 25 juta, Rp 30 juta, Rp 35 juta, sampai dengan Rp 40 juta untuk perwira tinggi,” kata dia.
Dia menerangkan bahwa salah satu cara bagaimana mengoptimalkan kepada peserta. Peserta dibayarkan pemerintah premi jaminan kecelakaan kerja dan kematian. Sama halnya dengan Jamsostek. "Kalau Beasiswa diberikan kepada 1 anak saja dan dipilih salah satu anak saja. Yang penting belum menikah dan masih sekolah," kata Adiyatmika.
sumber : jawapos
Jumat, 19 Mei 2017
Mengenang Kisah Cebongan, Solidaritas Anggota Kopassus Habisi Preman!
Waktu menunjukkan sekitar pukul 01.30 WIB. Tiba-tiba, pintu Lapas Cebongan diketok gerombolan orang tak dikenal dengan membawa senjata. Penjaga yang semula enggan membukakan pintu ketakutan begitu diancam bakal ditembaki oleh orang-orang tersebut.
Setelah pintu terbuka, seluruh ke-12 pelaku yang kemudian diketahui berasal dari Grup 2 Kandang Menjangan merangsek masuk ke dalam Lapas. Mereka sempat melakukan tembakan ke udara agar sipir dan napi yang lain tiarap.
Para pelaku meminta sipir menunjukkan sel di mana terdapat tahanan yang terlibat kasus penganiayaan anggota Kopassus hingga tewas di Hugo's Cafe. Kemudian, mereka berbagi tugas, beberapa di antaranya menyekap penjaga, dan empat sisanya masuk ke dalam sel.
Bermodal informasi dari sipir di mana para tahanan ditempatkan di sel 5A serta memberikan kunci selnya. Setibanya di sel, mereka kembali berbagi tugas, namun hanya satu yang menjadi eksekutor.
Begitu tiba di sel 5A, mereka menyuruh para tahanan untuk berkumpul. Kemudian seorang pelaku bertanya di mana kelompok Diki.
"Yang bukan kelompok Diki, minggir!" teriaknya.
Gertakan pelaku sempat disanggah salah satu tahanan, di mana orang yang dicari tak ada di sel tersebut. Mendengar itu, pelaku mengancam akan menembak semua tahanan. Akhirnya mereka pun memisahkan diri hingga tersisa tiga orang.
Para korban kemudian diminta berkumpul, kemudian ditembak hingga tewas. Setelah itu, pelaku menembak satu orang tahanan lagi.
Setelah menembak mati, para penembak memaksa 31 tahanan yang menyaksikan eksekusi bertepuk tangan. Begitu selesai, para pelaku pun pergi meninggalkan sel. Sebelum meninggalkan Lapas, mereka merusak CCTV dan mengambil rekaman CCTV.
Penyerangan berlangsung selama kurang lebih 15 menit, sementara penembakannya berlangsung selama 5 menit. Salah satu saksi melaporkan selama peristiwa berlangsung, ada seorang pelaku yang terus-menerus melihat jam di tangannya.
Para korban penembakan itu antara lain Hendrik Benyamin Angel Sahetapi alias Diki Ambon (31), Adrianus Candra Galaja alais Dedi (33), Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi (29) dan Yohanes Juan Manbait alias Juan (38).
Beberapa jam setelah penembakan berlangsung, kasus penembakan terhadap empat tahanan langsung menjadi konsumsi nasional. Para pelaku diketahui menggunakan senapan serbu buatan Soviet AK-47.
"Pelaku menggunakan senapan laras panjang, AK 47," kata Dirjen Keamanan dan Ketertiban (Dir Kamtib) Kementerian Hukum dan HAM, Wibowo Joko di lokasi, Sabtu (23/3/2013) lalu.
Bahkan, dia berani menduga pelaku penyerangan dan penembakan empat orang tahanan Lapas berasal dari kalangan TNI. Sebab, senjata yang dimiliki termasuk kemampuan melakukan penyergapan hanya berasal dari kesatuan-kesatuan yang terlatih.
"Ya, kemungkinan, bisa saja (dari TNI). Karena yang punya senjata dan punya keterampilan seperti itu dari kesatuan yang sudah terlatih," ungkapnya.
Serda Ucok : Saya Akan Habisi Preman
Setelah berminggu-minggu melakukan penyelidikan, kasus tersebut kemudian diambil alih oleh Markas Besar TNI Angkatan Darat (Mabesad). Wadan Puspomad Brigjen Unggul K Yudhoyono mengumumkan pelaku penembakan Cebongan adalah 12 anggota Kopassus grup 2 Kandang Menjangan, Kartasura.
Setelah pengumuman itu, para pelaku kemudian ditangkap Polisi Militer TNI Angkatan Darat (Pomad) dan dijebloskan ke dalam penjara. Satu bulan berikutnya, mereka langsung diadili ke Pengadilan Militer di Yogyakarta.
Majelis hakim Pengadilan Militer Yogyakarta memvonis Serda Ucok Tigor Simbolon, pelaku utama penembakan di LP Cebongan, bersalah dengan hukuman 11 tahun penjara. Dia terbukti sebagai orang yang menggerakkan rekan-rekannya untuk menyerbu Lapas Cebongan dan membunuh 4 preman di dalam sel.
Selain itu, pengadilan juga memvonis Serda Sugeng Sumaryanto dan Kopral Satu Kodik dengan hukuman penjara 8 dan 6 tahun. Ketiganya pun dipecat dari kesatuan.
Dalam persidangan itu, majelis hakim juga memvonis lima terdakwa lain dengan hukuman penjara 1 tahun 9 bulan. Mereka adalah Sertu Tri Juwanto, Sertu Anjar Rahmanto, Sertu Martinus Robert Paulus Benani, Sertu Suprapto, dan Sertu Herman Siswoyo.
Majelis Hakim Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta menjatuhkan vonis 11 tahun penjara kepada eksekutor penyerangan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cebongan Sleman, Serda Ucok Tigor Simbolon. Terhadap putusan ini, Serda Ucok mengaku sudah punya rencana setelah menjalani hukuman.
"Kalau setelah selesai hukuman saya akan tinggal di Yogya dan akan memberantas preman," kata Serda Ucok seusai sidang pembacaan vonis di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Kamis (5/9).
Saat keluar ruang sidang, dia dielu-elukan pengunjung sidang. Dia juga menegaskan akan banding. "Kami bertiga memutuskan untuk banding ke pengadilan tinggi militer," ujar Serda Ucok.
Sebelum membacakan amar putusannya, hakim Letkot CHK Joko Sasmito menyampaikan hal-hal yang memberatkan terdakwa. Joko Sasmito mengatakan, di antara aspek pemberat tersebut adalah ketiganya melakukan perbuatan saat sedang menjalani latihan TNI, dan dilakukan di lembaga pemerintah Lapas Cebongan.
"Akibat dari perbuatan tersebut, mengakibatkan empat tahanan Lapas Cebongan tewas yang menimbulkan duka bagi keluarga korban, serta mengakibatkan trauma petugas Lapas Cebongan. Perbuatan terdakwa juga mencemarkan nama baik TNI," kata Joko di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Kamis (5/9).
Sedangkan hal-hal yang meringankan, di antaranya para terdakwa secara kesatria mengakui perbuatannya di depan Tim Investigasi TNI.
"Para terdakwa juga meminta maaf kepada pihak Lapas Cebongan, berterus terang memperlancar selama menjalani pemeriksaan, bersikap sopan saat menjalani persidangan. Para terdakwa juga berprestasi dan pengabdian sebagai anggota TNI, dan mendapat Satya Lencana dan kegiatan sosial masyarakat," tuturnya.
sumber : merdeka.com dan merdeka.com
Setelah pintu terbuka, seluruh ke-12 pelaku yang kemudian diketahui berasal dari Grup 2 Kandang Menjangan merangsek masuk ke dalam Lapas. Mereka sempat melakukan tembakan ke udara agar sipir dan napi yang lain tiarap.
Para pelaku meminta sipir menunjukkan sel di mana terdapat tahanan yang terlibat kasus penganiayaan anggota Kopassus hingga tewas di Hugo's Cafe. Kemudian, mereka berbagi tugas, beberapa di antaranya menyekap penjaga, dan empat sisanya masuk ke dalam sel.
Bermodal informasi dari sipir di mana para tahanan ditempatkan di sel 5A serta memberikan kunci selnya. Setibanya di sel, mereka kembali berbagi tugas, namun hanya satu yang menjadi eksekutor.
Begitu tiba di sel 5A, mereka menyuruh para tahanan untuk berkumpul. Kemudian seorang pelaku bertanya di mana kelompok Diki.
"Yang bukan kelompok Diki, minggir!" teriaknya.
Gertakan pelaku sempat disanggah salah satu tahanan, di mana orang yang dicari tak ada di sel tersebut. Mendengar itu, pelaku mengancam akan menembak semua tahanan. Akhirnya mereka pun memisahkan diri hingga tersisa tiga orang.
Para korban kemudian diminta berkumpul, kemudian ditembak hingga tewas. Setelah itu, pelaku menembak satu orang tahanan lagi.
Setelah menembak mati, para penembak memaksa 31 tahanan yang menyaksikan eksekusi bertepuk tangan. Begitu selesai, para pelaku pun pergi meninggalkan sel. Sebelum meninggalkan Lapas, mereka merusak CCTV dan mengambil rekaman CCTV.
Penyerangan berlangsung selama kurang lebih 15 menit, sementara penembakannya berlangsung selama 5 menit. Salah satu saksi melaporkan selama peristiwa berlangsung, ada seorang pelaku yang terus-menerus melihat jam di tangannya.
Para korban penembakan itu antara lain Hendrik Benyamin Angel Sahetapi alias Diki Ambon (31), Adrianus Candra Galaja alais Dedi (33), Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi (29) dan Yohanes Juan Manbait alias Juan (38).
Beberapa jam setelah penembakan berlangsung, kasus penembakan terhadap empat tahanan langsung menjadi konsumsi nasional. Para pelaku diketahui menggunakan senapan serbu buatan Soviet AK-47.
"Pelaku menggunakan senapan laras panjang, AK 47," kata Dirjen Keamanan dan Ketertiban (Dir Kamtib) Kementerian Hukum dan HAM, Wibowo Joko di lokasi, Sabtu (23/3/2013) lalu.
Bahkan, dia berani menduga pelaku penyerangan dan penembakan empat orang tahanan Lapas berasal dari kalangan TNI. Sebab, senjata yang dimiliki termasuk kemampuan melakukan penyergapan hanya berasal dari kesatuan-kesatuan yang terlatih.
"Ya, kemungkinan, bisa saja (dari TNI). Karena yang punya senjata dan punya keterampilan seperti itu dari kesatuan yang sudah terlatih," ungkapnya.
Serda Ucok : Saya Akan Habisi Preman
Setelah berminggu-minggu melakukan penyelidikan, kasus tersebut kemudian diambil alih oleh Markas Besar TNI Angkatan Darat (Mabesad). Wadan Puspomad Brigjen Unggul K Yudhoyono mengumumkan pelaku penembakan Cebongan adalah 12 anggota Kopassus grup 2 Kandang Menjangan, Kartasura.
Setelah pengumuman itu, para pelaku kemudian ditangkap Polisi Militer TNI Angkatan Darat (Pomad) dan dijebloskan ke dalam penjara. Satu bulan berikutnya, mereka langsung diadili ke Pengadilan Militer di Yogyakarta.
Majelis hakim Pengadilan Militer Yogyakarta memvonis Serda Ucok Tigor Simbolon, pelaku utama penembakan di LP Cebongan, bersalah dengan hukuman 11 tahun penjara. Dia terbukti sebagai orang yang menggerakkan rekan-rekannya untuk menyerbu Lapas Cebongan dan membunuh 4 preman di dalam sel.
Selain itu, pengadilan juga memvonis Serda Sugeng Sumaryanto dan Kopral Satu Kodik dengan hukuman penjara 8 dan 6 tahun. Ketiganya pun dipecat dari kesatuan.
Dalam persidangan itu, majelis hakim juga memvonis lima terdakwa lain dengan hukuman penjara 1 tahun 9 bulan. Mereka adalah Sertu Tri Juwanto, Sertu Anjar Rahmanto, Sertu Martinus Robert Paulus Benani, Sertu Suprapto, dan Sertu Herman Siswoyo.
Majelis Hakim Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta menjatuhkan vonis 11 tahun penjara kepada eksekutor penyerangan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cebongan Sleman, Serda Ucok Tigor Simbolon. Terhadap putusan ini, Serda Ucok mengaku sudah punya rencana setelah menjalani hukuman.
"Kalau setelah selesai hukuman saya akan tinggal di Yogya dan akan memberantas preman," kata Serda Ucok seusai sidang pembacaan vonis di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Kamis (5/9).
Saat keluar ruang sidang, dia dielu-elukan pengunjung sidang. Dia juga menegaskan akan banding. "Kami bertiga memutuskan untuk banding ke pengadilan tinggi militer," ujar Serda Ucok.
Sebelum membacakan amar putusannya, hakim Letkot CHK Joko Sasmito menyampaikan hal-hal yang memberatkan terdakwa. Joko Sasmito mengatakan, di antara aspek pemberat tersebut adalah ketiganya melakukan perbuatan saat sedang menjalani latihan TNI, dan dilakukan di lembaga pemerintah Lapas Cebongan.
"Akibat dari perbuatan tersebut, mengakibatkan empat tahanan Lapas Cebongan tewas yang menimbulkan duka bagi keluarga korban, serta mengakibatkan trauma petugas Lapas Cebongan. Perbuatan terdakwa juga mencemarkan nama baik TNI," kata Joko di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Kamis (5/9).
Sedangkan hal-hal yang meringankan, di antaranya para terdakwa secara kesatria mengakui perbuatannya di depan Tim Investigasi TNI.
"Para terdakwa juga meminta maaf kepada pihak Lapas Cebongan, berterus terang memperlancar selama menjalani pemeriksaan, bersikap sopan saat menjalani persidangan. Para terdakwa juga berprestasi dan pengabdian sebagai anggota TNI, dan mendapat Satya Lencana dan kegiatan sosial masyarakat," tuturnya.
sumber : merdeka.com dan merdeka.com
[VIDEO] Ada yang Teriak Minta Referendum, Begitu TNI Lewat Langsung Hening Seketika!
Depan Kantor Gubernur Sulut. Tadinya ada yg teriak teriak referendum segala, pas Pasukan Lewat Pamer Bayonet langsung hening seketika... :v
Mengenal Giant Bow, Meriam "Jiplakan" Soviet yang Tewaskan 4 Prajurit TNI!
Kabar duka datang dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), empat prajurit TNI tewas saat mengikuti gladi bersih pembukaan Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Tanjung Datuk, Natuna, Kepulauan Riau, kemarin, Rabu 17 Mei 2017.
Insiden itu terjadi akibat meriam yang digunakan mengalami gangguan teknis, yakni hilang kendalinya meriam ZU-23 atau Giant Bow Cannon.
Sementara dari data yang diperoleh SINDOnews, Kamis (18/5/2017). Giant Bow Cannon merupakan senjata Panah Raksasa, di mana fungsinya penangkis serangan udara jarak sedang buatan negara China yang diproduksi tahun 2000.
Perangkat ini terdiri atas meriam 23 mm/Giant Bow dan kendaraan BCV (Battery Command Vehicle). Meriam 23 mm/Giant Bow adalah kategori Twin Gun, karena memiliki laras ganda kaliber kecil.
Alutsista ini merupakan senjata efektif untuk melawan sasaran udara yang terbang rendah serta memberikan aplikasi pengoperasian pertahanan udara dengan mobilitas tinggi. Saat ini Giant Bow Cannon digunakan Arhanud TNI AD sebagai pertahanan titik. Konon, TNI memiliki belasan unit yang tersebar di satuan Arhanud TNI AD.
Meriam ini dapat dioperasikan dalam tiga mode yakni Mode otomatis penuh (dikendalikan secara penuh dan otomatis melalui BCV). Yang kedua adalah mode semi otomatis (Di kendalikan dengan dukungan tenaga listrik dari baterai yang di miliki meriam itu sendiri).
Ketiga adalah mode manual yaitu di kendalikan oleh awak meriam. Kendaraan BCV bukan hanya sebagai sistem komando namun merupakan FCS (Firing Control System) dari senjata meriam 23 mm/Giant Bow.
Pabrikan senjata Norinco milik negara China ini, mengembangkan Giant Bow dari senjata yang sama atau jiplakan buatan Soviet yang benama Zu-23- 2 Sergey. Di Indonesia senjata pertahanan udara sejenis Giant Bow ini juga sudah digunakan sebelumnya yaitu turunan dari Zu-23-2 yang modern yakni Zur-23-2KG Gun/ Misille.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh mengatakan, kecelakaan terjadi saat geladi bersih kedua menjelang pembukaan latihan PPRC di Natuna.
"Telah terjadi kecelakaan latihan pada saat geladi bersih kedua. Kemarin dilaksanakan geladi bersih pertama dan semua berjalan lancar," kata Alfret saat dihubungi wartawan, Rabu 17 Mei.
Alfret mengatakan, kecelakaan terjadi saat personel TNI berlatih menembak altileri pertahanan udara. Kecelakaan terjadi sekitar pukul 11.00 WIB siang tadi. "Ada empat korban meninggal dunia, dan beberapa orang mengalami luka-luka," ujar Alfret.
Selanjutnya, kata Alfret, korban meninggal dunia segera dipulangkan ke rumah duka. Sementara, korban luka-luka segera dievakuasi ke rumah sakit terdekat. "Korban luka segera dievakuasi ke RS terdekat di Pontianak," ucap Alfret.
sumber : Sindo dan berbagai referensi
Insiden itu terjadi akibat meriam yang digunakan mengalami gangguan teknis, yakni hilang kendalinya meriam ZU-23 atau Giant Bow Cannon.
Sementara dari data yang diperoleh SINDOnews, Kamis (18/5/2017). Giant Bow Cannon merupakan senjata Panah Raksasa, di mana fungsinya penangkis serangan udara jarak sedang buatan negara China yang diproduksi tahun 2000.
Perangkat ini terdiri atas meriam 23 mm/Giant Bow dan kendaraan BCV (Battery Command Vehicle). Meriam 23 mm/Giant Bow adalah kategori Twin Gun, karena memiliki laras ganda kaliber kecil.
Alutsista ini merupakan senjata efektif untuk melawan sasaran udara yang terbang rendah serta memberikan aplikasi pengoperasian pertahanan udara dengan mobilitas tinggi. Saat ini Giant Bow Cannon digunakan Arhanud TNI AD sebagai pertahanan titik. Konon, TNI memiliki belasan unit yang tersebar di satuan Arhanud TNI AD.
Meriam ini dapat dioperasikan dalam tiga mode yakni Mode otomatis penuh (dikendalikan secara penuh dan otomatis melalui BCV). Yang kedua adalah mode semi otomatis (Di kendalikan dengan dukungan tenaga listrik dari baterai yang di miliki meriam itu sendiri).
Ketiga adalah mode manual yaitu di kendalikan oleh awak meriam. Kendaraan BCV bukan hanya sebagai sistem komando namun merupakan FCS (Firing Control System) dari senjata meriam 23 mm/Giant Bow.
Pabrikan senjata Norinco milik negara China ini, mengembangkan Giant Bow dari senjata yang sama atau jiplakan buatan Soviet yang benama Zu-23- 2 Sergey. Di Indonesia senjata pertahanan udara sejenis Giant Bow ini juga sudah digunakan sebelumnya yaitu turunan dari Zu-23-2 yang modern yakni Zur-23-2KG Gun/ Misille.
ZU-23 buatan Uni Soviet |
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh mengatakan, kecelakaan terjadi saat geladi bersih kedua menjelang pembukaan latihan PPRC di Natuna.
"Telah terjadi kecelakaan latihan pada saat geladi bersih kedua. Kemarin dilaksanakan geladi bersih pertama dan semua berjalan lancar," kata Alfret saat dihubungi wartawan, Rabu 17 Mei.
Alfret mengatakan, kecelakaan terjadi saat personel TNI berlatih menembak altileri pertahanan udara. Kecelakaan terjadi sekitar pukul 11.00 WIB siang tadi. "Ada empat korban meninggal dunia, dan beberapa orang mengalami luka-luka," ujar Alfret.
Selanjutnya, kata Alfret, korban meninggal dunia segera dipulangkan ke rumah duka. Sementara, korban luka-luka segera dievakuasi ke rumah sakit terdekat. "Korban luka segera dievakuasi ke RS terdekat di Pontianak," ucap Alfret.
Karakteristik Gian Bow:
Produksi : Norinco, China
Kaliber : 23 mm
Jenis amunisi : HEI-T dan API-T
Jumlah laras : 2 Buah
Kecepatan awal : 970 m/detik
Jarak Maksimal Vertical : 1500 m
Jarak Masksimal Horizontal : 2000 m
Rata- rata tembakan : 600 – 2000 butir/menit
Sudut Elevasi : 5 sampai 90 derajat
Lebar SiapTempur Roda Terlipat : 2,88 meter
Lebar Siap Angkut : 1,83 meter
Sudut Putar : 360 derajat
Berat Total : 1250 Kg
Tinggi Dalam keadaan terkunci : 1,22 meter
Tinggi Siap Angkut : 1,83 meter
sumber : Sindo dan berbagai referensi
Meriam Buatan China Meledak, 4 Prajurit TNI Gugur. Begini Kronologisnya!
Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Tanjung Datuk Natuna, Kepulauan Riau, Rabu (17/5/2017) menyebabkan korban tewas dari unsur TNI AD. Laporan sementara, empat prajurit TNI AD dilaporkan tewas dan enam anggota lain mengalami luka parah.
Peristiwa itu terjadi setelah meriam buatan Tiongkok merek Chang Chong meledak sekitar pukul 12.10 WIB dalam latihan PPRC tersebut.
Semua korban dari anggota satuan Batalyon Arhanud 1 Kostrad.Selain korban tewas, dilaporkan sejumlah pasukan TNI mengalami luka-luka dan patah kaki.Saat ini korban dilarikan ke RSUD Natuna. Kepanikan terlihat saat kejadian tersebut terjadi. Sejumlah prajurit terluka tampak dengan cepat ditangani tim medis. Hingga saat ini belum ada keterangan resmi dari pihak TNI.
Latihan ini rencananya akan dikunjungi Presiden Joko Widodo pada tanggal 19 Mei 2017. Informasi yang beredar, peristiwa itu terjadi, ketika drone melintas di atas Stelling ARH, masing-masing pucuk melakukan penembakan.
Pucuk 8 mengalami los kendali pada penyekat kiri yg mengakibatkan petembak tidak dapat mengendalikan pucuknya, lalu elevasi turun kemudian membabat ke arah jam 9 pada posisi pucuk 7 dan 6.
Posisi Kapt Arh Heru, salah satu korban, berada di belakang kiri Pucuk 7 terbabat bagian perut dan punggung. Ia meninggal di tempat. Praka Edi duduk di belakang tembakan pucuk 6 tertembak bagian badan, juga meninggal di tempat. (fajar group)
Peristiwa itu terjadi setelah meriam buatan Tiongkok merek Chang Chong meledak sekitar pukul 12.10 WIB dalam latihan PPRC tersebut.
Semua korban dari anggota satuan Batalyon Arhanud 1 Kostrad.Selain korban tewas, dilaporkan sejumlah pasukan TNI mengalami luka-luka dan patah kaki.Saat ini korban dilarikan ke RSUD Natuna. Kepanikan terlihat saat kejadian tersebut terjadi. Sejumlah prajurit terluka tampak dengan cepat ditangani tim medis. Hingga saat ini belum ada keterangan resmi dari pihak TNI.
Latihan ini rencananya akan dikunjungi Presiden Joko Widodo pada tanggal 19 Mei 2017. Informasi yang beredar, peristiwa itu terjadi, ketika drone melintas di atas Stelling ARH, masing-masing pucuk melakukan penembakan.
Pucuk 8 mengalami los kendali pada penyekat kiri yg mengakibatkan petembak tidak dapat mengendalikan pucuknya, lalu elevasi turun kemudian membabat ke arah jam 9 pada posisi pucuk 7 dan 6.
Posisi Kapt Arh Heru, salah satu korban, berada di belakang kiri Pucuk 7 terbabat bagian perut dan punggung. Ia meninggal di tempat. Praka Edi duduk di belakang tembakan pucuk 6 tertembak bagian badan, juga meninggal di tempat. (fajar group)
Jumat, 12 Mei 2017
Ketika Panglima TNI "Marah" Saat Aksi Umat Islam Dikaitkan Upaya Kudeta!
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meyakini upaya makar tidak akan mungkin dilakukan kelompok Islam untuk menjatuhkan pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Dia pun merasa tersinggung dengan adanya informasi yang berkembang di masyarakat, yang mengaitkan aksi umat Islam dengan upaya kudeta pemerintahan Presiden Jokowi.
"'Kudeta Presiden Jokowi', saya agak tersinggung kata-kata itu, karena saya umat Islam juga," ujar Gatot dalam talkshow "Rosi" yang tayang di Kompas TV, Kamis (4/5/2017) malam.
Gatot menceritakan dua organisasi Islam, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, menjadi motor bersama rakyat dari kelompok agama lain dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Di saat para ulama menggalang kekuatan bersama berbagai lapisan masyarakat, Gatot mengingatkan bahwa saat itu Tentara Nasional Indonesia (TNI) belum ada.
Sehingga, lanjut Gatot, keinginan dan naluri pejuang rakyat Indonesia lah yang kemudian berhasil membawa Indonesia menjadi negara yang merdeka meski hanya bermodalkan bambu runcing.
"Apakah sejak perjuangan itu, yang mayoritas dilakukan umat Islam, lalu dipertahankan umat Islam dan kemudian umat Islam yang merusaknya? Tidak mungkin!" ucap Gatot Nurmantyo.
"Buktinya aksi 411, 212, aman, damai, dan tertib," kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu.
(Baca juga: Panglima TNI Tegaskan Tak Bisa Diajak Kudeta Jokowi)
Gatot menilai adanya kabar soal upaya makar dalam aksi unjuk rasa bela agama itu adalah berita bohong (hoax). Berita hoax itu ditujukan untuk menakuti rakyat Indonesia.
"Jangan takut! Indonesia tidak bisa ditakuti karena Indonesia adalah kumpulan manusia yang berjiwa patriot," kata dia.
Gatot pun berpesan agar setiap aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat jangan dicurigai sebagai aksi yang ingin menggulingkan pemerintahan yang sah.
"Kalau ada demo, jangan dianggap makar. Pasti demo akan dilakukan dengan kedewasaan masyarakat salurkan aspirasinya, dan itu sah-sah saja," ucap Gatot.
sumber : kompas
Dia pun merasa tersinggung dengan adanya informasi yang berkembang di masyarakat, yang mengaitkan aksi umat Islam dengan upaya kudeta pemerintahan Presiden Jokowi.
"'Kudeta Presiden Jokowi', saya agak tersinggung kata-kata itu, karena saya umat Islam juga," ujar Gatot dalam talkshow "Rosi" yang tayang di Kompas TV, Kamis (4/5/2017) malam.
Gatot menceritakan dua organisasi Islam, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, menjadi motor bersama rakyat dari kelompok agama lain dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Di saat para ulama menggalang kekuatan bersama berbagai lapisan masyarakat, Gatot mengingatkan bahwa saat itu Tentara Nasional Indonesia (TNI) belum ada.
Sehingga, lanjut Gatot, keinginan dan naluri pejuang rakyat Indonesia lah yang kemudian berhasil membawa Indonesia menjadi negara yang merdeka meski hanya bermodalkan bambu runcing.
"Apakah sejak perjuangan itu, yang mayoritas dilakukan umat Islam, lalu dipertahankan umat Islam dan kemudian umat Islam yang merusaknya? Tidak mungkin!" ucap Gatot Nurmantyo.
"Buktinya aksi 411, 212, aman, damai, dan tertib," kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu.
(Baca juga: Panglima TNI Tegaskan Tak Bisa Diajak Kudeta Jokowi)
Gatot menilai adanya kabar soal upaya makar dalam aksi unjuk rasa bela agama itu adalah berita bohong (hoax). Berita hoax itu ditujukan untuk menakuti rakyat Indonesia.
"Jangan takut! Indonesia tidak bisa ditakuti karena Indonesia adalah kumpulan manusia yang berjiwa patriot," kata dia.
Gatot pun berpesan agar setiap aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat jangan dicurigai sebagai aksi yang ingin menggulingkan pemerintahan yang sah.
"Kalau ada demo, jangan dianggap makar. Pasti demo akan dilakukan dengan kedewasaan masyarakat salurkan aspirasinya, dan itu sah-sah saja," ucap Gatot.
sumber : kompas
Langganan:
Postingan (Atom)