Jumat, 20 Januari 2017

Nekad Selamatkan Tentara Denmark, Prajurit Amerika Sebut Anggota Paskhas ini "Gila"

Info-Polhukam - Perawakannya tak begitu besar, tinggi layaknya seorang tentara dengan kualifikasi para komando. Namun, dengan perawakannya itu membuat tentara Amerika Serikat, Lebanon dan Denmark, harus angkat topi serta berdecak kagum hingga menyebutnya 'Tentara Gila'. 

Lalu siapa prajurit yang membuat nama Indonesia harum tersebut? Ia adalah Sersan Kepala Pasukan (Serka Pas) Abdullah Lubis, prajurit Batalyon Komando (Yonko) 462 Paskhas/Pulanggeni, Pekanbaru. 

"Iya, saya disebut tentara Amerika sebagai prajurit crazy, tentara gila," kata Serka Abdullah Lubis, saat bincang-bincang dengan RIAUONLINE.CO.ID, Selasa, 18 Oktober 2016, di Markas Yonko 462 Paskhas. 

Lubis, demikian ia dipanggil kawan-kawannya, menceritakan kenapa julukan itu disematkan ke dirinya. Saat menjadi pasukan perdamaian PBB di Lebanon, United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL), November 2009-2010, ia bersama timnya ditempatkan di daerah bernama Acid al Qusairi. 

SERSAN Kepala Pasukan (Pas) Abdullah Lubis, mencatat dan melaporkan truk yang ditumpangi tentara Denmark masuk jurang kedalaman 100 meteri di Ganduriah, Lebanon, 2010.

Pasukan perdamaian PBB asal Indonesia diawali dengan pengiriman Garuda 23A di dalamnya terdapat anak pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono. Lubis tergabung dalam Pasukan Garuda 23D. Di Acid al Qusairi, sebelum pasukan Garuda masuk, sudah ada pasukan dari negara lainnya.

"Sayangnya, mereka ini tak menyatu dengan masyarakat sekitar. Ditambah lagi, pasukan tersebut berasal dari bukan negara berpenduduk mayoritas Islam, seperti Indonesia," kata penyandang kualifikasi Jump Master ini. 

Bagi Bintara Operasi Yonko 462 Paskhas/Pulanggeni, Pekanbaru ini, berbagai upaya pendekatan dilakukan. Mulai dari menyerahkan bantuan komputer, buku, mainan hingga kemasyarakatan lainnya. 

"Setelah empat bulan kita di sana, warga merasa nyaman. Biasanya cuek, apatis, dengan kedatangan TNI, mereka responsif," kata prajurit pernah dinas di Papua ini. 

Keuntungan sebagai sesama muslim inilah kemudian memudahkan tugas-tugas Pasukan Garuda di Lebanon. Termasuk saat menyelamatkan dan evakuasi dua prajurit tentara Denmark yang masuk ke dalam jurang bebatuan kedalaman 100 meter. 

Saat itu, kenang Abdullah Lubis, sebagai Komandan Regu (Danru), diperoleh informasi ada seorang prajurit UNIFIL dari Denmark mengalami kecelakaan masuk jurang di daerah Ganduriah. Setelah lakukan koordinasi dengan markas, ia dan regunya diperintahkan untuk lakukan evakuasi. 

Setibanya di lokasi, sudah ada pasukan Amerika Serikat, Lebanon dan negara lainnya. "Mereka hanya melihat-lihat saja dari atas ke jurang. Sedangkan tentara Denmark satu tersangkut di kedalaman 50 meter, satu lagi di 100 meter," kata Abdullah Lubis. 

SERSAN Kepala Pasukan (Pas) Abdullah Lubis, prajurit Batalyon Komando (Yonko) 462 Paskhas/Pulanggeni, Pekanbaru.

Usai mempelajari jurang dan kedalaman, bersama seorang marinir Indonesia, Abdullah turun tanpa menggunakan tali seutas pun dan alat-alat bantu lainnya. Perlahan-lahan, batu-batu cadas yang tajam berhasil dilewati dan tiba di kedalaman 50 meter. 

"Saya lihat dan cek denyut nadinya, sudah tak ada lagi berdenyut. Tentara Denmark ini sudah meninggal. Saya bungkus dengan pakaiannya, kemudian kirim titik koordinat ke markas guna evakuasi menggunakan helikopter," kenang pemilik brevet tembak mahir ini. 

Melihat aksi nekad kedua prajurit TNI itu, membuat nyali tentara Amerika Serikat ciut. "Anda tentara gila," kata tentara tersebut kepada Abdullah seusai mengevakuasi dua tentara Denmark dari dasar jurang. 

Saat ditanyakan, kenapa ia nekad turun ke jurang tanpa tali, Abdullah menjelaskan, ia seorang tentara dengan kualifikasi Combat SAR, atau SAR Tempur. Dengan kualifikasi tersebut, ia sudah memperhitungkan medan sebelum turun ke jurang. 

TRUK mengangkut tentara Denmark, hancur usai jatuh ke dalam jurang dengan kedalaman 100 meter, di wilayah Ganduriah, Lebanon, 2010.

Abdullah mengatakan, semula ia memperkirakan tentara Denmark yang jatuh tersangkut di kedalaman 50 meter bakal selamat. Ternyata justru kawannya berada di dasar jurang.

"Kedua tentara itu dari kesatuan Zeni. Denmark lebih banyak zeni, mereka yang bangun bunker dan camp UNIFIL di Lebanon," jelas Abdullah Lubis.

Usai membungkus tubuh tentara Denmark tersebut dengan pakainnya sendiri, sambil menunggu helikopter tiba, tenyata sudah didahului ambulance tentara Indonesia. Akhirnya, paramedis Indonesia turun ke jurang bawa tandu dengan mengikuti langkah dan jejak Lubis. 

Ia memperkirakan, dengan kondisi truk yang sudah hancur lebur, tentara Denmark di dasar jurang juga akan bernasib serupa seperti kawannya, tewas. Ternyata, prediksi itu salah. Saat Lubis dekati, prajurit tersebut masih hidup. 

"Saya hampiri, ternyata masih hidup, kirim koordinat dan infokan masih selamat. Sebelum bantuan Indonesia datang, dari jalan lain telah datang ambulance dari Prancis, dengan mengambil jalan memutar dan evakuasi korban selamat. Bangganya, prajurit Denmark itu hingga kini masih hidup," kenang Abdullah Lubis dengan tersenyum. 

Selang tiga hari usai penyelamatan dan evakuasi dua prajurit Denmark tersebut, Abdullah Lubis dan timnya kemudian diberikan penghargaan dalam sebuah upacara di markas UNIFIL. 

"Kami peroleh penghargaan dari Denmark diserahkan oleh Dankomark, serta Dansatgas Garuda, Letkol Inf Andi Perdana Kahar," kata Lubis. 

Sementara itu, Komandan Yonko 462 Paskhas/Pulanggeni, Mayor Pas Rully Arifian mengatakan, tugas apapun bagi prajurit adalah suatu kehormatan dan kebanggaan. Termasuk tugas tugas operasi perdamaian. 

"Tetap pertahankan prestasi tersebut demi kehormatan bangsa Indonesia di mata dunia. Saya juga pernah ikut misi tahun 2010-2011 sebagai military observer di Kongo selama setahun," kata lulusan AAU ini. 

Rully mengakui, hanya prajurit Indonesia saja yang mau bekerja tanpa pamrih. Inilah menjadi alasan kenapa nama Indonesia untuk pasukan perdamaian PBB tetap harum. 


Senin, 09 Januari 2017

Panglima OPM Siap Nyatakan Perang! Ini Jawaban Telak dari TNI


sandhi-yudha - Dalam siaran pers yang diterima GATRA.com hari ini, Minggu (8/1/17) Goliath Tabuni yang mengklaim sebagai Jenderal dan Komando Nasional Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menyatakan perang terhadap Pemerintah Indonesia. Tabuni juga mengundang PBB, khususnya tentara di pangkalan Amerika di Darwin, Australia, untuk masuk Papua.

Dalam pernyataan tersebut juga nampak ada perpecahan dalam tubuh organisasi papua merdeka. Karena itu Tabuni memperingatkan organisasi lain untuk menolak pimpinan lain selain Tabuni.

Berikut pernyataan lengkap Goliath Tabuni sesuai aslinya (pernyataan sikap ini mulanya ditulis huruf besar semua).

Pernyataan Sikap

Bahwa, dengan mengingat perjuangan kemerdekaan bangsa Papua Barat, maka Komando Nasional Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), sebagai Tentara Perjuangan Benteng Nasional Bangsa Papua, yang memperjuangkan hak penentuan nasib sendiri bagi rakyat dan bangsa Papua Barat.

Dengan ini, dibawah Pimpinan Jenderal Goliath Tabuni kami menyeruhkan dan menyatakan pernyataan sikap.

Pertama : Kepada Komando Daerah Pertahanan (KODAP) di seluruh wilayah Papua Barat, segerah melaksanakan revolusi tahapan sesuai perintah panglima tinggi tanggal 11 Desember 2012 di Tingginambut.

Kedua : TPNPB di seluruh pegunungan, pesisir pantai di Papua Barat bersatu dalam satu komando nasional, dan sekarang kami satukan kekuatan senjata dan amunisi. Maka kami nyatakan sikap bahwa siap perang lawan militer Indonesia hanya untuk satu tujuan Papua merdeka.

Ketiga : TPNPB perang bukan minta otonomi, pemekaran atau minta makan minum, tetapi TPNPB perang untuk merebut kemerdekaan Papua Barat, maka perlawanan bersenjata TPNPB dan militer Indonesia, tidak akan berhenti sebelum misi perdamaian PBB masuk di Papua Barat.

Keempat : Kami menyeruhkan kepada negara-negara pendukung kemerdekaan Papua Barat di seluruh dunia, bahwa segerah mendesak PBB untuk kirim pasukan perdamaian pangkalan militer Amerika yang ada di Darwin Australia masuk di Papua untuk mengadakan referendum Papua Barat. 

Kelima : Kepada pimpinan ULMWP dan pimpinan NRFPB, WPNCL dan PNWP segerah hentikan perlombaan kabinet dan konstitusi negara masing-masing. TPN-OPM tidak mengakui semua kabinet dan konstitusi selain 1 Juli 1971, oleh karena itu, TPNPB memberikan warning kepada kelompok yang bermain kepentingan yang menghambat perjuangan Papua merdeka.

Keenam : TPNPB dan rakyat bangsa Papua Barat mendukung penuh ULMWP menjadi anggota penuh di MSG pada KTT MSG tanggal 21–22 Desember 2016 di Vanuatu, dengan alas an bahwa bangsa Papua Barat bukan Melayu kami adalah ras Melanesia.

Ketujuh : Komando nasional dibawah Pimpinan Jenderal Goliath Tabuni adalah satu kesatuan Tentara Nasional Bangsa Papua Barat, yang dipilih melalui Forum KTT TPN-OPM di Biak tanggal 1-5 Mei 2012, maka siapapun yang berada di suatu negra merdeka kelaim sebagai panglima tinggi atas nama bangsa Papua Barat demi hukum kami menyatakan tidak.

Demikian pernyataan kami Komando Nasional Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Organisasi Papua Merdeka.

Pada tanggal          : 19 Desember 2016
Di Markas KODAP    : Kwiyawagi Papua Barat
Sumber : gatranews.com


Goliat Tabuni Sahkan KODAP Sinak dan Dukung ULMWP Jadi Anggota Penuh MSG

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com—- Tentara Pembebeasan Nasional (TPN) Papua Barat pimpinan Jenderal Goliath Tabuni melalui komandan operasinya, Lekagak Telenggen telah sahkan Komando Daerah Pertahanan (KODAP) Sinak dan serahkan Surat Keputusan tentang pembentukannya pada 19 Desember 2016 di Kwiyawagi, Jayawijaya, Papua Barat.

Selain itu Jenderal Goliat Tabuni juga menyatakan secara resmi mendukung seluruh agenda perjuangan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP). Goliat Tabuni juga menyerukan agar dilakukan persatuan dan penggabungan kekuatan yang ada di tujuh KODAP yang ada di bawah garis komandonya.

Dalam siaran pers yang diterima suarapapua.com pada Sabtu (7/1/2016), dijelaskan, pada 19 Desember lalu telah dilakukan kegiatan acara penyerahan Surat Keputusan (SK) KODAP Sinak dan persatuan komando daerah pertahanan tujuh KODAP serta bacakan surat pernyataan.

“Surat pernyataan tersebut ditunjukan kepada Pemerintah Indonesia, dunia Internasional, Oranisasi Perjungan Papua Merdeka dan Birokrat Orang Asli Papua di seluruh wilayah Papua Barat,” tulisanya dalam siaran pers dan video yang berisi pembacaan pernyataan sikap Goliat Tabuni yang dibacakan komandan Operasi, Lekagak Telenggen tersebut.

Dijelaskan, pada acara tersebut tujuh KODAP yang hadir telah menyusun beberapa strategi yang penting dan dilakukan persatuan komando dengan tujuan untuk melakukan tahapan revolusi sesuai intruksi panglima tinggi TPN-OPM yakni Jenderal Goliat Tabuni.

“Kegiatan tersebut dilakukan di markas Kwiyawagi dengan disaksikan ribuan rakyat Papua serta parajurit TPN PB yang telah hadir dan membuat pernyataan pada sebuah upacara resmi. Tujuh KODAP telah berkomitmen satukan semua kekuatan yang dimiliki dari KODAP masing-masing yang telah hadir pada acara itu,” jelasnya.

Dikatakan, yang hadir dalam acara tersebut adalah utusan dan pimpinan dari tujuh KODAP serta perwakilan dan utusan delegasi aggota perkompi yang diutus untuk mengikuti acara yang dimaksud.

Jenderal Goliat Tabuni melalui pernyataan tertulisnya yang dibacakan komandan Operasi TPNPB OPM Lekagak G.Telenggen dalam rekamannya videonya tersebut menegaskan, TPN PB – OPM mendukung penuh ULMWP menjadi anggota penuh di Melanesia Sperhead Group (MSG) karena bangsa Papua Barat bukan Melayu melainkan bangsa Papua Barat adalah ras Melanesia.
Disebutkan, dalam upacara penyerahan SK ke tujuh Komando Daerah Pertahanan (KODAP) Sinak yang digelar pada 19 Desember 2016 lalu di Kwiyawagi tersebut dihadiri ribuan rakyat Papua Barat, ratusan prajurit TPN-OPM.

Selain itu Tujuh pimpinan dari KODAP yang hadir dalam kegiatan itu adalah Brigjend. Militer Murib panglima KODAP Sinak, Panglima KODAP Kwiyawagi Brigjend. Biliru Murib dan Panglima KODAP Ilaga Brigjend. Peni Murib dan komandan operasi TPN-OPM Lekagak Telenggen. Mereka menyeruhkan agar elit politik di ULMWP menghentikan pertarungan kepentingan faksi.

“Pimpinan ULMWP, NRFPB, WPNCL dan PNWP segera hentikan perlombaan (menyusun) kabinet dan konstitusi negara masing-masing,” tegasnya Tabuni dalam pernyataannya itu.

Karena, kata Tabuni, TPN-OPM tidak mengakui semua kabinet dan konstitusi milik faksi. TPN-OPM hanya mengakui konstitusi 1 Juli 1971. Kepada yang berlomba, TPNPB menayangkan perlombaan kepentingan yang sangat menghambat perjuangan pembebasan Rakyat West Papua dari penjajahan itu.
Goliat Tabuni melalui Jenderal operasinya menyeruhkan kepada Komando Daerah Pertahanan (KODAP) di seluruh wilayah Papua Barat melaksanakan revolusi tahapan sesuai perintah panglima tertinggi yang dinobatkan sejak 11 Desember 2012 di Tingginambut, Puncak Jaya, Papua.

“Revolusi tahapan itu harus terwujud dalam satu kesatuan komando Nasional di seluruh wilayah pegunungan, pesisir pantai di Papua Barat untuk satu tujuan Papua Merdeka bukan minta otonomi, pemekaran atau minta makan minum,” tegasnya.

Dikatakan, perlawanan bersenjata TPNPB dan militer Indonesia, tidak akan berhenti sebelum misi perdamaian PBB masuk di Papua Barat. Karena itu, pihaknya menyeruhan kepada negara-negara pendukung kemerdekaan Papua Barat di seluruh dunia, bahwa segerah mendesak PBB untuk kirim pasukan Perdamaian ke Papua untuk suatu tahapan menentukan nasib sendiri bagi rakyat Papua melalalui Refrendum.

“Kami menyeruhkan kepada negara-negara pendukung kemerdekaan Papua Barat di seluruh dunia, bahwa segerah mendesak PBB untuk kirim pasukan perdamaian pangkalan militer Amerika yang ada di Darwin Australia masuk di Papua untuk mengadakan referendum di Papua Barat,” tegasnya.

Mewakili tujuh KODAP wilayah Pegunungan Papua, Panglima KODAP Kwiyawagi Brigjend. Biliru Murib menyatakan pihaknya siap melaksanakan tahapan revolusi. Tahapan revolusi dalam batasan-batasan wilayah kekuasaannya.

Disebutkan, salah satu langkah pasti baginya, militer Indonesia tidak boleh memasuki wilayah kekuasaannya itu. Resiko dari melewati batas wilayah adalah peperangan. Pihaknya tidak segan-segan mengeluarkan amunisinya.

“Jika kedapatan militer Indonesia melintas wilayah yang telah patok, TPNPB tetap akan tembak mati,” tegasnya tanpa memberikan batasan wilayah yang jelas dan tegas.

Ditegaskan pul, Komando nasional dibawah pimpinan jenderal Goliath Tabuni adalah satu kesatuan Tentara Nasional Pembebasan Bangsa Papua Barat yang dipilih melalui forum KTT TPN-OPM di Biak tanggal 1-5 mei 2012.

“Maka siapapun yang berada di suatu negara merdeka kelaim sebagai panglima tinggi atas nama Bangsa Papua Barat demi hukum kami menyatakan tidak,” tegasnya

Respon Kodam XVII Cenderawasih

Seperti dilansir gatra.com, Kodam XVII/Cenderawasih mengklaim situasi Tanah Papua dalam keadaan aman dan kondusif. Bahkan hampir seluruh masyarakat Papua sedang mempersiapkan Pemilukada serentak Februari 2017 mendatang.
Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Teguh Pudji Rahardjo menyebutkan pernyataan ultimatum perang yang dinyatakan oleh Goliat Tabuni, salah satu pimpinan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah Puncak Jaya diduga terkait indikasi dukung mendukung dalam kelompok OPM pada Pilkada di Puncak Jaya.

“Pernyataan itu malahan kami indikasikan karena didalam kelompok Goliat ada saling mendukung kandidat dalam pilkada setempat. Situasi di Puncak Jaya atau wilayah lain, aman-aman saja,” jelasnya kepada GATRAnews, Senin (10/1).
Kodam Cenderawasih juga mengklaim tak mendapatkan surat ataupun sejenisnya yang menyatakan perang dari kelompok OPM itu. “Kalau menyatakan perang ya ke kami, bukan ke media. Kami tak menerima langsung pernyataan yang tak bisa dipertanggung jawabkan ini,” ungkapnya.

Menurut Kodam Cenderawasih, Goliat Tabuni adalah masyarakat biasa yang wajib dilindungi dan memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk membangun daerahnya. Walaupun Goliat memiliki anggota atau anak buah yang sudah bergabung dengan NKRI, Kodam Cenderawasih masih menunggu Goliat untuk turun gunung dan bergabung dengan pemerintah.

“Enumbi itu kan pengawalnya. Enumbi sudah menyerahkan diri ke NKRI dan bergabung membangun daerahnya. Untuk pernyataan perang tersebut, ya kami ketawa saja lah. Tak perlu ditanggapi itu. Kami yang dilatih perang saja, justru ingin perang dengan pembangunan, artinya membuka keterisolasian Papua dengan pembangunan,” ucapnya.

Kodam Cenderawasih mengaku walau sejumlah anak buahnya sudah menyerah dan bergabung dengan NKRI, kelompok Goliat Tabuni masih memiliki kekuatan senjata, walaupun kekuatannya sangat kecil. “Goliat itu sudah tua dan sakit-sakitan, kami ga perlu tanggapi dia lah,” kata Teguh.

Pewarta: Arnold Belau
Sumber : Suara Papua


Minggu, 08 Januari 2017

Menolak Lupa! Sederet Perilaku "Buruk" Australia Terhadap Indonesia

Banyak yang mengatakan bila Indonesia adalah raksasa yang sedang tidur (The Sleeping Giant). Meski begitu, jangan pernah mengusiknya jika tidak ingin “dimakan”. Walaupun tetangga dekat, Australia lagi-lagi mengganggu Indonesia.
Padahal, empat tahun lalu, Negeri Kanguru itu tercoreng namanya setelah terungkap melakukan aksi penyadapan yang dilakukan Badan Intelijen Australia (Australian Signal Directorate/ASD).

Kala itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono langsung bereaksi keras dan tegas, yakni menghentikan sejumlah kerjasama yang selama ini sudah terjalin. Pertama, Indonesia menghentikan kerjasama pertukaran informasi dan pertukaran intelijen.
Kedua, Indonesia menghentikan kerja sama latihan militer tiga matra dengan Australia. Ketiga, Indonesia menghentikan kerja sama terkait masalah penyelundupan manusia (people smuggling). Kasus tersebut seperti tidak membuat Australia kapok “menyenggol” Indonesia.

Perjalanan berliku

Bukan baru kemarin Indonesia dengan Australia menjalin kerja sama pertahanan. Sejarah membuktikan, kedua negara sudah menjalin hubungan di bidang itu selama 70 tahun.

Hubungan itu dimulai pada 1947. Kala itu, pengamat militer Australia datang ke Indonesia sebagai utusan PBB untuk mengawasi gencatan senjata antara pasukan Indonesia dan Belanda.

Sampai saat ini, kerjasama militer kedua negara masih terjalin. Latihan militer, kerjasama pertahanan dan forum dialog kedua negara sering digelar.
Kerjasama dalam bentuk operasi bersama juga sering dilakukan. Di bidang pendidikan militer, pertukaran pelajar baru, logistik, juga dijalin kedua negara.
Salah satu kerjasama forum dialog adalah forum Indonesia-Australia. Forum dialog yang terbentuk pada 2001 ini awalnya bernama Pertemuan Informal Indonesia-Australia.

Tapi pada pertemuan ke-2 di Yogyakarta, kedua delegasi sepakat untuk memberi nama Indonesia-Australia Defence Strategic Dialogue (IADSD). Forum digelar secara bergantian, di Indonesia dan Australia.

Selain itu ada perjanjian bilateral antara Indonesia-Australia yang dirumuskan dalam Traktat Lombok 2008. Perjanjian ini meliputi 10 bidang, antara lain kerjasama bidang pertahanan dan keamanan, penegakan hukum, anti-terorisme, dan keamanan maritim.

Perjanjian ini menegaskan prinsip-prinsip saling menghormati dan mendukung kedaulatan, integritas teritorial, kesatuan bangsa dan kemerdekaan politik setiap pihak, serta tidak campur tangan urusan dalam negeri masing-masing.
Berdasarkan data berikut rekam jejak Australia yang kerap “mengganggu” Indonesia:

Pembebasan Irian Barat

Pada 1959-1962, pemerintah Australia berpihak kepada pemerintah Belanda selama perjuangan Indonesia menentang pemerintahan Belanda di Irian Barat.
Pada saat itu Partai Komunis Indonesia mulai berpengaruh dan ada kekhawatiran di Australia mengenai pengaruh itu. Dikhawatirkan bahwa integrasi daerah jajahan Belanda yang dulu disebut Nugini Barat itu dengan Indonesia akan memperluas pengaruh komunisme.

Masalah tersebut di atas menimbulkan ketegangan terhadap hubungan antara Australia dan Indonesia. Akhirnya dirundingkanlah penyelesaian pada 1962, dengan bantuan PBB, dan Irian Jaya menjadi provinsi Indonesia yang ke-26.
Sejak 1962, Australia telah mengakui Irian Jaya (yang sejak awal 2002 disebut Papua) sebagai bagian integrasi dari Republik Indonesia.

Konfrontasi Malaysia

Periode 1963-65 terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia. Australia dan Indonesia mempunyai pandangan yang berlainan mengenai pembentukan negara Malaysia. Daerah bekas jajahan Inggris ini meliputi Malaya, Sarawak, Sabah, dan Singapura. Namun, pada 1965, Singapura pisah dari Malaysia.

Sebagai sebuah Negara Persemakmuran, Malaysia mempunyai kaitan yang penting dalam hubungan militer dan pendidikan dengan Australia. Angkatan Bersenjata Australia sebelumnya telah membantu tentara Malaysia dan Inggris dalam perjuangannya melawan gerilya komunis yang aktif di Malaysia.

Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soekarno waktu itu menyebut Malaysia sebagai rezim ciptaan neo-kolonialis dan menganggapnya ancaman bagi Indonesia. Australia waktu itu terus mendukung Malaysia dan semakin mengkhawatirkan perkembangan komunisme di Indonesia.

Australia juga mengkhawatirkan adanya pendekatan konfrontasi yang digunakan Indonesia untuk menghadapi Malaysia. Akhirnya tentara Australia, yang mendukung Pemerintah Malaysia, terlibat dalam pertempuran dengan tentara Indonesia di Borneo (sekarang Kalimantan).

Masalah tersebut di atas terpecahkan setelah diangkatnya Soeharto sebagai Presiden menggantikan Soekarno pada 1966. Satu tahun berikutnya, Australia memberikan dana bantuan untuk membantu membangun kembali ekonomi Indonesia.

Integrasi Timor Timur

Peristiwa-peristiwa sekitar integrasi Timor Timur dengan Indonesia pada 1975-1976 telah ikut memegang peranan dalam hubungan Australia-Indonesia. Sesudah Portugis meninggalkan bekas daerah jajahannya, terjadi perselisihan di antara berbagai kelompok politik di Timor Timur.

Angkatan Bersenjata Indonesia memasuki Timor Timur pada Desember 1975 dan kawasan ini menjadi satu dengan Republik Indonesia satu tahun berikutnya. Hal ini menyebabkan perdebatan di Australia.

Di samping itu, kematian lima wartawan Australia di Timor Timur telah menjadi perhatian masyarakat Australia dan media massa. Australia mengakui kedaulatan Indonesia atas Timor Timur secara de jure (atas nama hukum) tiga tahun kemudian.

Kemerdekaan Timor Timur

Dinamika politik dalam negeri Indonesia telah berubah secara dramatis dengan jatuhnya Pemerintahan Presiden Soeharto. Pada Januari 1999, diumumkan bahwa Indonesia akan menawarkan otonomi khusus kepada Timor Timur.

Jika rakyat Timor Timur menolak tawaran ini, maka Indonesia akan menerima pemisahan diri Timor Timur dari Republik Indonesia. Tepat 5 Mei 1999, PBB, Indonesia dan Portugis menandatangani Perjanjian Tripartit yang menyatakan bahwa PBB akan menyelenggarakan jajak pendapat di Timor Timur.

Rakyat diminta memilih apakah Timor Timur tetap menjadi bagian dari Indonesia atau menjadi negara merdeka. Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih merdeka (78,5%).

Australia memainkan peranan pokok dalam memobilisasi tanggapan internasional terhadap krisis kemanusiaan yang membayang nyata. Jakarta menyetujui keterlibatan pasukan keamanan internasional pemelihara keamanan.

Australia diminta oleh PBB untuk memimpin angkatan tersebut, dan menerima tugas ini. Kekuatan internasional di Timor Timur atau International Force in East Timor (INTERFET). Pada 20 Oktober 1999, Majelis Permusyawaratan Rakyat mencabut keputusan penyatuan Timor Timur dengan Indonesia.

Peristiwa-peristiwa ini telah menimbulkan ketegangan dalam hubungan Australia-Indonesia dalam jangka pendek tersebut. Namun, kedua negara telah sepakat untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan.

Pencari Suaka Papua

Pada 2006, sebanyak 43 warga Papua meminta suaka politik ke Australia. Kala itu, pemerintah Australia memberikan visa perlindungan sementara (temporary protection visa) kepada 42 dari 43 warga Papua.

Hal ini membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono marah dan menarik Duta Besar Indonesia untuk Australia, Hamzah Thayeb, ke Jakarta.

Pemerintah Indonesia menyatakan tidak bisa menerima keputusan Australia yang telah memberikan visa tinggal sementara kepada 42 warga Papua dan menganggap Canberra menerapkan standar ganda dalam kasus pemberian visa tinggal sementara.

Ketegangan berakhir saat Presiden SBY dan Perdana Menteri Australia John Howard bertemu dan sepakat untuk menormalisasi hubungan bilateral dan saling menghormati kedaulatan dan integritas wilayah.

Insiden Gubernur DKI Sutiyoso

Satu tahun setelah kasus pencari suaka Papua, tepatnya 29 Mei, Polisi Negara Bagian New South Wales tiba-tiba menggeledah kamar hotel tempat menginap Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.

Ia diminta paksa oleh kepolisian setempat untuk menghadiri sidang terkait dengan kasus terbunuhnya lima wartawan asing di Balibo, Timor Timur, pada 1975.
Dua polisi federal, yaitu Sersan Steve Thomas dan Detektif Senior Constable Scrzvens, menerobos masuk ke kamar hotel tempatnya menginap di Hotel Shangri-La, Sydney. Atas insiden itu, Sutiyoso menuntut pemerintah Australia memberikan klarifikasi dan meminta maaf atas pelecehan dan sikap tidak terpuji yang dilakukan Polisi Federal Australia.

Apalagi, ia berada di Australia sebagai pejabat negara resmi atas undangan resmi. Dua hari kemudian, Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer, melayangkan surat permintaan maaf dari Perdana Menteri Negara Bagian New South Wales (NSW), Morris Iemma.

Penyadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Pada 20 November 2013, Presiden SBY mengambil langkah tegas atas aksi penyadapan yang dilakukan Badan Intelijen Australia, yakni dengan menghentikan sejumlah kerjasama yang selama ini sudah terjalin.

Ia juga menyampaikan surat protes ke Perdana Menteri Tony Abbott. Berdasarkan hukum yang berlaku pada kedua negara, kegiatan penyadapan tidak diperbolehkan.
Selain menabrak hak-hak asasi manusia, aksi spionase tentu juga berkaitan dengan moral dan etika sebagai sahabat, tetangga dan rekan kerja.

Yang terbaru, tepatnya 29 Desember 2016, seorang perwira Komando Pasukan Khusus TNI AD menjadi instruktur Bahasa Indonesia di Akademi Pasukan Khusus (SAS) Australia di Perth, menemukan materi yang dianggap menghina Indonesia.
Pelecehan ideologi bangsa Indonesia itu ditemukan ketika sang perwira bertugas memberikan pelatihan. "Pada saat mengajar di sana, ditemukan hal tidak etis sebagai negara sahabat yang mendiskresikan TNI dan bangsa Indonesia, bahkan ideologi bangsa Indonesia," kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, di Jakarta, Kamis, 5 Januari 2017.

Ia pun merincikan bentuk pelecehan yang dilakukan Australia, seperti dalam kurikulum dan sistem pelajarannya. "Tentang-tentara yang dahulu, Timor Timur (Timor Leste) dan Irian Jaya (Papua), juga harus merdeka dan tentang Pancasila yang dipelesetkan menjadi Pancagila. Tidak benar," ungkapnya menegaskan.
Menteri Pertahanan Australia, Marise Payne, langsung meminta maaf dan telah memeriksa masalah serius yang disampaikan dan akan menyelidiki permasalahan tersebut. Ia mengakui bahwa Indonesia juga telah menyampaikan penangguhan kerjasama dengan Australia.

"Indonesia telah menyampaikan penangguhan kerjasama pertahanan kepada Australia. Sebagai akibatnya, beberapa interaksi antara dua lembaga pertahanan akan ditunda sampai masalah ini diselesaikan. Namun kerja sama di bidang lain masih terus berlanjut," kaya Payne, melalui pernyataan tertulis di situs Kementerian Pertahanan Australia.

Masalah prinsip

Selain Menhan Australia, Gatot membenarkan adanya permintaan maaf dari Panglima Angkatan Bersenjata Australia kepada Indonesia terkait insiden pelecehan ideologi Indonesia. Pangab Australia, Marsekal Mark Donald Binskin, telah mengirimkan surat permintaan maafnya.

"Saya dengan Marsekal Binskin bersahabat. Akhirnya, dia mengirim surat kepada saya untuk meminta maaf. Kedua, akan memperbaiki kurikulum. Ketiga, akan melaksanakan investigasi," terangnya.

Melalui surat itu pula, Australia segera mengirim kepala staf angkatan untuk menemuinya dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal Mulyono. Sayangnya, Gatot tidak menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan perwira tinggi militer Australia itu.

Menurut Gatot, kurikulum yang melecehkan ideologi bangsa Indonesia itu telah lama diajarkan di Australia. Sehingga Indonesia menunggu, sampai kapan investigasi itu dilakukan. "Dari pernyataan Mark tersebut, dia menyatakan akan menghentikan kurikulum itu, dan akan melaksanakan tim investigasi," kata Gatot.

Presiden Joko Widodo pun mengambil sikap. "Saya sudah menerima laporan dari Panglima TNI dan dari Menteri Pertahanan (Ryamizard Ryacudu). Masalah ini biar di-clear-kan dulu. Ini masalah prinsip," kata Jokowi.

Tak hanya itu, ia juga mengingatkan bahwa kedua negara telah sepakat untuk saling menghormati, saling menghargai dan tidak campur tangan atas urusan dalam negeri masing-masing.

"Saya kira kita sepakat itu. Saya kira hubungan kita dengan Australia masih dalam kondisi yang baik-baik saja. Hanya mungkin di tingkat operasional ini masih perlu disampaikan agar situasinya tidak panas. Saat ini, masalah itu sudah saya perintahkan untuk ditangani oleh Menhan dan Panglima TNI," ungkap dia.
Ditanya soal mekanisme penghentian kerjasama militer kedua negara, apakah cukup melalui Panglima TNI atau harus melalui Presiden, Jokowi menjawab secara diplomatis.

"Sudah disampaikan ke saya. Sudah disampaikan ke saya, artinya kan sudah disampaikan ke saya," kata Jokowi.

Untuk itu, pemerintah Indonesia mengharapkan sekali lagi penjelasan dan sikap resmi Australia atas penyadapan tersebut.

Sumber : fanspage Teknologi dan Strategi Militer


Wajib Tahu! Sniper dan Penembak Jitu Tidaklah sama. Inilah Perbedaannya,

Mungkin sering kali kita mengartikan sniper adalah penembak jitu, begitupun sebaliknya, padahal keduanya sebenarnya berbeda, baik dalam tugas maupun secara perlengkapan.

Beberapa doktrin membedakan antara penembak runduk (sniper) dengan penembak jitu (marksman, sharpshooter, atau designated marksman). Sniper terlatih sebagai ahli stealth dan kamuflase, sedangkan penembak jitu tidak. Sniper merupakan bagian terpisah dari regu infanteri, yang juga berfungsi sebagai pengintai dan memberikan informasi lapangan yang sangat berharga, sniper juga memiliki efek psikologis terhadap musuh. Sedangkan penembak jitu tidak memakai kamuflase, dan perannya adalah untuk memperpanjang jarak jangkauan pada tingkat regu.

Penembak jitu umumnya memiliki jangkauan sampai 800 meter, sedangkan sniper bisa sampai 1500 meter atau lebih. Ini dikarenakan sniper pada umumnya menggunakan senapan runduk bolt-action khusus, sedangkan penembak jitu menggunakan senapan semi-otomatis, yang biasanya berupa senapan tempur atau senapan serbu yang dimodifikasi dan ditambah teleskop.

Sniper telah mendapatkan pelatihan khusus untuk menguasai teknik bersembunyi, pemakaian kamuflase, keahlian pengintaian dan pengamatan, serta kemampuan infiltrasi garis depan. Ini membuat sniper memiliki peran strategis yang tidak dimiliki penembak jitu. Penembak jitu dipasang pada tingkat regu, sedangkan sniper pada tingkat batalyon dan tingkat kompi.
Sniper, atau penembak runduk, adalah seorang prajurit infanteri yang secara khusus terlatih untuk mempunyai kemampuan membunuh musuh secara tersembunyi dari jarak jauh dengan menggunakan senapan.

Istilah ini muncul pada tahun 1770-an, pada prajurit-prajurit Kolonial Inggris di India, dari kata snipe, yaitu sejenis burung yang sangat sulit untuk didekati dan ditembak. Mereka-mereka yang mahir memburu burung ini diberi julukan "sniper".

Doktrin militer tentang sniper dalam posisinya pada unit militer, lokasi menembak, dan taktik berbeda pada setiap negara. Namun secara umum, tujuan sniper dalam peperangan adalah mengurangi kemampuan tempur musuh dengan cara membunuh sasaran yang bernilai tinggi, seperti perwira, komandan lapangan, pembawa senapan mesin ataupun pembawa alat telekomunikasi.

Bidikan teleskopik harus mendapatkan perhatian khusus, karena lensa dari alat bidik harus terbuka, tapi dalam keadaan terbuka akan dapat memantulkan cahaya matahari, dan ini bisa membeberkan posisi sniper. Solusi yang biasa digunakan adalah mencari tempat bersembunyi yang tidak terkena cahaya matahari langsung, atau dengan menutupi lensa dengan sesuatu yang tidak memantulkan cahaya, seperti sebuah kain tipis.

Sniper menggunakan kamuflase dan membatasi gerakan mereka, agar tidak bisa dideteksi. Sniper modern juga harus memperhatikan kamuflase mereka jika dilihat dengan cahaya infra-merah, karena militer modern sudah menggunakan penglihatan suhu (thermal vision), menggantikan night vision, yang hanya meningkatkan intensitas cahaya. Bahan pakaian dan peralatan bisa muncul bila dilihat dengan alat thermal vision. Maka sniper juga bisa memakai bahan lain seperti plastik, atau bahan khusus seperti selimut thermal, atau bahan lain yang tidak terdeteksi oleh thermal vision.

Di kepolisian biasanya menurunkan sniper dalam penanganan skenario penyanderaan. Mereka dilatih untuk menembak sebagai pilihan terakhir, hanya jika nyawa sandera terancam langsung. Sniper polisi biasanya beroperasi dalam jarak yang lebih dekat dari pada sniper militer. Biasanya di bawah 100 meter dan bahkan kadang kadang kurang dari 50 meter. Karena inilah sniper polisi lebih tepat disebut sebagai penembak jitu. Sniper polisi lebih terlatih menembak untuk melumpuhkan daripada membunuh, dikarenakan peran polisi sebagai pengayom masyarakat.

Peran seorang sniper (penembak runduk) sudah dipakai dalam perang sejak abad ke-18, tapi senapan runduk termasuk penemuan yang lumayan baru. Perkembangan teknologi, khususnya pada bidikan teleskop dan perakitan modern, membuat satuan-satuan militer bisa mempersenjatai prajurit-prajurit yang dilatih khusus dengan senjata yang bisa menembak dengan akurat pada jarak yang jauh lebih besar daripada senjata infanteri biasa.

Misi sniper adalah pengintaian dan pengamatan, anti-sniper, membunuh komandan musuh, memilih target sendiri secara oportunis, dan bahkan tugas anti material (penghancuran peralatan militer), untuk melakukan tugas ini, tim sniper memerlukan senapan berkaliber besar seperti BMG 0.50.

Selain senjatanya yang khusus, pada masa sekarang ini telescope untuk bidikan juga dipercanggih dengan infra merah dan night vision bahkan ada yang menggunakan thermal vision (pendeteksi panas tubuh), sehingga mereka bisa beroperasi siang malam dan dalam keadaan tanpa cahaya sama sekali.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, khusunya untuk binocular yang digunakan oleh spotter, dibuat versi digital, di mana seorang spotter dapat memberitahuan jarak sasaran, kecepatan angin, arah angin dan suhu, di mana data-data tersebut mempengaruhi jalur peluru, sehingga penembak dapat menyesuaikan dengan memutar stelan pada bagian atas teleskopnya untuk akurasi tembakannya.

Kriteria senapan yang digunakan oleh sniper (penembak runduk) :
·         Telescopic
·         Kaliber besar
·         Peredam kilatan cahaya/api (pada saat menembak, tidak ada percikan api yang keluar dari laras senapan)
·         Sistem senjata Bolt Action
·         Kapasitas magazine paling banyak 10 peluru
·         Jarak tembak efektif 1000 s.d 2000 meter

Penembak jitu adalah istilah yang dipakai pada bidang militer. Seorang penembak jitu terlatih untuk menembak secara tepat dan akurat dengan menggunakan senapan tipe tertentu. Beberapa doktrin militer memakai penembak jitu yang tergabung dalam infanteri tingkat regu.

Salah satu awal munculnya penembak jitu adalah dalam Revolusi Amerika. Kompi senapan Amerika, yang dipersenjatai Pennsylvania/Kentucky Long Rifle, menjadi prajurit dalam Tentara Kontinental. Karena keakuratan prajurit-prajurit ini, banyak perwira Inggris yang harus mencopot lambang perwira mereka, agar tidak dijadikan target.

Pemakaian awal penembak jitu lainnya adalah pada Angkatan Darat Inggris di era Napoleon. Ketika itu, tentara lain lebih banyak menggunakan musket yang tidak akurat, tapi Green Jackets Inggris menggunakan senapan Baker yang terkenal. Dengan alur khusus di dalam larasnya, senapan ini jauh lebih akurat, walau pengisiannya lebih lama. Para pemakai senapan ini termasuk tentara elit Inggris, dan menjadi garis depan yang diandalkan pada banyak pertempuran.

Penembak jitu juga dipakai pada Perang Saudara Amerika. Penembak jitu ini digunakan oleh kedua pihak yang berperang. Prajurit elit ini terlatih dan dipersenjatai dengan baik, dan juga ditempatkan di garis depan sebagai yang pertama melawan musuh.

Karena penembak jitu modern tingkat regu (designated marksman) mengisi jeda antara infanteri biasa dengan penembak runduk, senapan penembak jitu juga dirancang sebagai penengah. Senapan penembak jitu harus memiliki jangkauan yang lebih jauh dari senapan serbu (sekitar 500 meter), tapi tidak perlu sampai jangkauan tingkat senapan runduk (lebih dari 1000 meter).

Kriteria senapan yang digunakan oleh penembak jitu (marksman) :
·         Bidikan Telescopic (karakter dari senapan runduk)
·         Kaliber lebih besar (karakter dari senapan runduk)
·         Kemampuan menembak semi otomatis (karakter dari senapan serbu)
·   Memiliki kapasitas magazine yang cukup besar (10 s.d 30 peluru) (karakter dari senapan serbu)

Sumber : Wikipedia dan beberapa sumber lainnya

rickysetiawan96.blogspot.com