Kamis, 17 November 2016

Keren.! Ketika Pilot TNI AU Tembak Jatuh Pesawat CIA

Central Intelligence Agency (CIA) merongrong pemerintahan Indonesia. Mulai dari menyebarkan propaganda hitam, mengadu domba, hingga membiayai aksi pemberontak.

Tahun 1950an, CIA ikut membantu para perwira pembangkang di Sumatera dan Sulawesi yang melawan Soekarno. Mereka mengirim aneka persenjataan, uang dan pilot-pilot militer untuk melawan Jakarta.

Awal tahun 1958, kekuatan Angkatan Udara Revolusioner milik Perjuangan Rakyat Semesta menguasai langit Indonesia Timur. Mereka kerap melakukan penyerangan pada kota-kota yang setia pada Soekarno. Pangkalan TNI AU, kapal dagang, kapal TNI AL, markas militer dan pusat perekonomian jadi sasaran mereka.

Serangan-serangan AUREV tergolong sukses besar. Banyak kerugian dan korban jiwa yang ditimbulkan. Pesawat yang menjadi kekuatan AUREV terdiri dari empat pesawat pengebom B-26 Invaders, dua buah pesawat pemburu P-51 Mustang. Mereka juga memiliki berbagai macam pesawat angkut guna menyuplai perbekalan dan mengangkut pasukan. Pangkalan mereka terletak di Filipina.

CIA merekrut para pilot veteran perang yang jago bertempur. Salah satunya Allan Lawrence Pope, seorang pria muda berusia 25 tahun, warga negara Amerika Serikat. Sebelumnya Pope sudah berpengalaman sebagai pilot pesawat pengebom. Dia terkenal karena keberaniannya menerbangkan pesawat B-26.

Tanggal 18 Mei 1958, Allan Pope kembali menerbangkan pesawat pengebomnya di atas Ambon. Dia menenggelamkan kapal TNI AL, mengebom sebuah pasar dan gereja.


"Kemudian Pope mengejar sebuah kapal bertonase 7.000 ton yang mengangkut 1.000 tentara Indonesia. Pope berusaha menenggelamkan kapal tersebut," tulis Tim Weiner dalam buku Membongkar Kegagalan CIA yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama tahun 2008.

Kali ini Pope menghadapi perlawanan sengit. Senjata antipesawat terbang di kapal tersebut terus menyalak. Di belakang B-26nya, pesawat pemburu milik TNI AU sedang mengejar.

Versi TNI AU disebutkan saat itu Kapten Udara Ignatius Dewanto sedang berada di Lapangan Terbang Liang. Saat itulah dia menerima laporan ada pesawat B-26 Invader yang menyerang Kota Ambon.

Dewanto bergerak cepat. Dia segera memacu pesawat P-51 Mustang terbang mencari musuh. Demikian ditulis dalam buku Bakti TNI Angkatan Udara 1946-2003.

Di atas Kota Ambon, Dewanto melihat kerusakan akibat serangan pesawat udara. Namun dia tidak menemukan B-26 buruannya. Setelah bergerak ke arah Barat, Dewanto baru melihat B-26 itu. Rupanya pesawat yang dipiloti Allan Lawrence Pope itu hendak menyerang konvoi Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).

Dewanto segera menyerang pesawat musuh itu dengan senapan mesin 12,7 mm dan roket hingga terbakar. Allan Pope menyuruh juru radio Hary Rantung menyelamatkan diri lebih dulu. Saat Pope melompat, kakinya terbentur sayap pesawat hingga patah.

Pope dan Hary Rantung berhasil ditangkap pasukan TNI. Dalam pakaian terbang Pope ditemukan identitas dan daftar penugasannya. Misi rahasia CIA di Sulawesi pun terbongkar. Pope adalah bukti nyata keterlibatan CIA dalam pemberontakan tersebut.

CIA menyadari mereka telah kalah dalam peperangan tersebut. Bos CIA Allen Dulles langsung mengirimkan telegram kilat pada para perwira di Indonesia, Singapura dan Filipina, keesokan harinya.

"Tinggalkan posisi, hentikan pengiriman uang, tutup jalur pengiriman senjata, musnahkan semua bukti dan mundur teratur," perintah Dulles.
Operasi CIA gagal total. Untuk menutupi rasa malu mereka, pemerintah AS pun berbalik mengirimkan bantuan pada Indonesia.

Allan Pope sendiri kemudian divonis mati oleh pengadilan militer. Namun akhirnya Presiden Soekarno membebaskan Pope, alasannya Soekarno tidak tega saat istri Pope datang dan menangis minta suaminya agar dibebaskan.
Itu pengakuan Soekarno, tapi diduga pemerintah AS yang gencar melobi agar Pope tidak dihukum mati.

Pope sendiri mengaku tak pernah menyesal menjadi agen CIA di Indonesia. Dalam wawancara dengan Tim Weiner tahun 2005 dia kembali mengingat aksinya yang gagal di Indonesia


"Kami telah memukul dan melukai mereka. Kami membunuh ribuan komunis, meskipun setengah di antaranya mungkin tidak mengerti apa yang dimaksud dengan komunisme," kenang Pope.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar